Kesaksian Kapten saat KM Bandar Nelayan Diterjang Badai di Samudera Hindia
Merdeka.com - 19 Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Bandar Nelayan 188 terlihat mengenakan jas pelampung warna oranye saat turun dari KRI Escolar-871 di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Jumat (21/5) pagi. Mereka dievakuasi dengan KRI Escolar-871 yang digiring oleh kapal Angkatan Laut Australia HMAS ANZAC.
Satu per satu ABK dengan tertib turun ke dermaga. Sujud syukur sembari mengusap wajah nampak terlihat saat para ABK menginjakkan kaki di Pelabuhan Benoa.
Kendati langkah kaki terlihat letih dan wajah lesuh, mereka terlihat tertib mendekati petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Denpasar. Tubuh dan barang bawaan mereka disemprot cairan disinfektan diukur suhu tubuh, serta cuci tangan untuk penularan Covid-19.
-
Kapan kapal tersebut tenggelam? Lempengan-lempengan yang diukir dari marmer Purbeck ini merupakan muatan kapal karam bersejarah tertua di Inggris yang tenggelam di lepas pantai Dorset pada masa pemerintahan Henry III di abad ke-13, seperti dikutip dari Ancient Origins, Jumat (14/6).
-
Kapan kapal itu tenggelam? Pada 1994, para penyelam pertama kali menemukan bangkai kapal yang tenggelam 2.600 tahun lalu di perairan dekat tenggara Spanyol.
-
Dimana kapal itu tenggelam? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dari cerita Kapten Kapal Bandar Nelayan 188 yaitu Murdiono (41) asal Cilacap Jawa Tengah, saat peristiwa nahas itu dirinya bersama 19 kawan lainnya di antara hidup dan mati saat kapalnya diterjang badai lebih dari 7 meter.
"Iya, tak bisa dibayangkan antara hidup dan mati. Saya kaptennya," kata Murdiono di Pelabuhan Benoa.
Dia bercerita, bahwa ada satu temannya yang terluka bernama Tarno dan sempat dirawat di Rumah Sakit di Australia dan menjalani transplantasi. Jari telunjuknya terpaksa diamputasi. Namun rekannya sudah kembali ke Jakarta lewat jalur udara setelah kondisinya membaik.
Murdiono, yang sudah menjadi Kapten Kapal Bandar Nelayan 188 selama 3 tahun ini mengatakan, saat terombang-ambing di tengah laut dengan kondisi kapal yang setengah tenggelam merasa bersyukur bisa ditolong oleh kapal ikan Jepang dan Kapal dari Australia.
"Kita ketemu kapal Jepang dulu, terus ketemu Kapal Australia dan langsung ke sini," ujar dia.
Dia bersama kawan sejawatnya terombang-ambing selama empat hari. Saat musibah itu, dia makan seadanya di kapal tersebut untuk bertahan hidup.
"Empat harian. Makan iya seadanya. Kita bawa biskuit dan coba bertahan hidup sambil (menunggu) bantuan datang.Kita, sudah diterjang badai dan yaudah kita pasrah sajalah sama yang diatas, yang penting kita tetap semangat," kata dia.
Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada Kapal Ikan Jepang dan Kapal Australia serta pemerintah Indonesia, yang telah menolongnya dan rekan-rekannya. "Terima kasih kepada Jepang, Australia dan Indonesia yang sudah menjembatani kita pulang dan bertemu keluarga," ujar Murdiono.
Seperti yang diberitakan, sebelumnya kapal penangkap ikan, KM Bandar Nelayan 188 mengalami kebocoran sehingga nyaris tenggelam di Samudra Hindia. Informasi tentang peristiwa yang terjadi pada Kamis (13/5) lalu, itu didapat Basarnas sekitar pukul 09.10 Wita.
Kapal tersebut, bertolak dari Pelabuhan Benoa, Bali, sejak tanggal 8 April 2021 menuju Fishing Ground. Posisi kejadian koordinat 31° 10.70' S 102° 16.32' E radial 206°/ 1.520 Nm dari Kantor Basarnas Bali dan radial 270°/ 697Nm dari Perth Australia.
"Pihak Basarnas berkoordinasi dengan JRCC Australian untuk mengambil aksi," kata Gede Darmada Kepala Kantor Basarnas Bali, Jumat (21/5).
Kemudian, JRCC langsung mengeluarkan broadcast darurat kepada kapal- kapal di area tersebut dan mengerahkan Perth Challenger menuju lokasi. Setelah, ditemukan posisi kapal, selanjutnya menjatuhkan dua sekoci penyelamat. Akhirnya pada Sabtu (15/5) pukul 07.00 WIB diterima info dari Japan CG ke JRCC Australia bahwa FV Fukuseki Maru 15 telah menyelamatkan sebanyak 20 ABK KM Bandar Nelayan.
"Selanjutnya ditransfer ke kapal Australia Hmas Anzac dan dibawa ke Australia," tandasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaMomen kru kapal evakuasi enam nelayan yang terombang-ambing di lautan karena kapalnya tenggelam ini bikin warganet terharu.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaPelabuhan Cilacap menjadi pintu satu-satunya untuk kabur dari Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaTak ada yang mau menolong, aksi heroik nelayan lindungi anak-anaknya saat terombang ambing di lautan selama 2 jam ini viral.
Baca SelengkapnyaKapal ini tenggelam bersama seluruh krunya pada 1904.
Baca SelengkapnyaMereka diduga hendak diselundupkan ke Australia melalui perairan laut Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaPria ini pun kembali melakukan sujud syukur usai menginjakkan kaki di tanah Lampung sebelum melanjutkan perjalanan ke Jambi.
Baca SelengkapnyaKapal Wisata bernama KM Duta Samota dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang membawa 33 wisawatan asing ke Labuan Bajo kandas di perairan Pulau Kelor.
Baca SelengkapnyaSebanyak 11 anak buah kapal (ABK) akhirnya ditemukan selamat setelah sempat terombang-ambing di Selat Malaka. Mereka ditemukan nelayan yang melintas.
Baca Selengkapnya