Kisah gesitnya Kopassus serbu penjara buat kagum para tawanan
Merdeka.com - Latihan keras yang dijalani calon anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) membuat mereka bergerak dengan luwes di medan pertempuran. Bahkan, gerakan yang tak terduga ini sempat membuat kagum seorang tawanan politik Fretilin dari dalam penjara.
Cerita ini bermula dari penyerbuan Dili, Timor Timur pada 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja. Kopassus yang waktu itu masih bernama Pasukan Komando Sandi Yudha (Kopassandha) bersama Lintas Udara ambil bagian dalam pertempuran tersebut.
Kisah ini ditulis oleh wartawan senior MS Kamah dalam bukunya 'Wartawan Perang: Dari Irian Barat Hingga Timor Timur' terbitan Antara Pustaka Utama cetakan 2009. Tiga dari ratusan anggota Kopassandha/Lintas Udara mendarat di atas penjara Dili usai terjun payung.
-
Siapa yang memimpin Kopassus? Saksikan Video ini: Komandan Jenderal Baru Korps baret Merah
-
Apa yang terjadi pada perwira tersebut di dalam tahanan? Dalam video, tampak sekumpulan pria berpakaian serba oranye, bertuliskan 'Narapidana Militer'. Sementara tentara yang menjadi tahanan baru, mengenakan seragam loreng dan dipajang di tengah lapangan. Pangkat yang melekat di pundaknya tidak ada artinya. Perwira itu digojlok oleh para tahanan senior. Perwira itu diperintah untuk menyebutkan nama dan pangkatnya.
-
Kenapa polisi ini disekap? 'Kejadian itu berawal dari rasa sakit hati pelaku AI terhadap istri korban. Karena telah memberitahukan tempat tinggal dan alamat bekerja tersangka terhadap orang yang mencarinya,' ujar Kasat Reskrim Polrestro Tangerang, Rabu (8/11). Kemudian, AI menceritakan hal ini kepada N dan S dan disepakati oleh para pelaku untuk melakukan tindakan percobaan pembunuhan terhadap korban.
-
Siapa yang menyekap polisi? Tiga pelaku diamankan. AI, N dan S diduga pelaku percobaan pembunuhan terhadap anggota Pam Obvit Polda Metro Jaya, Bripka Topan Febriyanto.
-
Apa yang membuat tahanan PKI kebal peluru? 'Dor..Dor..' senapan menyalak. Namun Sang Lurah tak roboh ke tanah. Rupanya dia kebal peluru.' Pemandangan itu Sangat Menyeramkan Darah yang mengalir dari tubuh lurah tersebut dengan tenang dia 'hirup' kembali. Kadet Suhardiman yang berada di tempat itu mengingat tak ada tanda-tanda orang tersebut merasa kesakitan terkena tembakan.
-
Bagaimana polisi disekap? 'Dalam prosesnya pada Rabu (18/10), AI menghubungi korban untuk menemui dirinya dengan menggunakan satu kendaraan. Alasannya untuk menemui rekan bisnis. Saat itu, pelaku telah menyiapkan tali ties, lakban hingga senjata tajam jenis badik untuk menyerang korban,' ungkap Kompol Mikael.
Tiga orang tersebut terdiri dari sersan, kopral dan seorang lainnya yang mendarat sekitar 100 meter dari penjara. Masih ada dua orang lainnya yang mendarat persis di pinggir penjara. Kelompok ini dipimpin Kapten Max.
Ketika masih berada di udara, Max dan pasukannya sudah menghadapi moncong senapan dan desingan peluru dari pasukan Tropas/Fretilin. Namun, kondisi itu tak membuatnya gentar. "Hebat dan cukup mengerikan," ucapnya santai.
Setelah menjejakkan kakinya di atap penjara, Max berusaha turun sembari menghindari tembakan musuh. Dia juga berkali-kali memberikan aba-aba hingga berhasil bergabung bersama anak buahnya dan membentuk kekuatan tempur.
Meski sudah berupaya melakukan pengepungan total, Tropas yang diperkuat satu peleton tak bisa menghentikan pergerakan Kopassandha. Mereka tidak mampu mengimbangi kegesitan pasukan Max yang bergerak seperti kancil.
Hanya dalam satu jam, Kopassandha berhasil menguasai penjara. Sedangkan seluruh pasukan Tropas terpaksa mundur.
Rupanya, pertempuran sengit itu disaksikan sejumlah tawanan politik Fretilin. Dia adalah Arnaldo Dos Reis Araujo, pimpinan Partai Apodeti yang memberikan kesaksiannya kepada MS Kamah.
Saat masih berada di dalam penjara, dia mendengar suara gemuruh pesawat yang disusul suara tembakan gencar. Saat itu, dia langsung sadar, pasukan Indonesia sudah masuk dan akan merebut Dili dari tangan Fretilin.
"Langsung saya katakan kepada teman-teman bahwa pasukan Indonesia sudah datang," ujarnya.
Dia menceritakan, dalam beberapa menit saja, pasukan Kopassandha yang dipimpin Kapten Max sudah menguasai sebagian besar penjara. Yang membuatnya kagum adalah kecepatan mereka saat menyerbu dan melumpuhkan kekuatan Tropas.
Ketika itu, Araujo mendengar pintu penjara didobrak paksa. Saat itu pula, dia melihat prajurit 'asing' berseragam loreng dan senjata lengkap masuk. Tak lama, terdengar suara tembakan dan orang asing itu pun menghilang dalam sekejap.
"Mereka bergerak cepat sekali," puji salah seorang anak buah Araujo menggambarkan serbuan kilat itu.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meraih baret merah dan brevet komando, simbol kebanggaan unit ini, bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.
Baca SelengkapnyaAksi prajurit Kopassus bertempur sampai titik darah penghabisan ini menimbulkan simpati dari kawan dan lawan.
Baca SelengkapnyaKeberanian prajurit Kopassus ini jadi legenda di medan tempur.
Baca SelengkapnyaProfil satuan elite TNI AD Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 300/Braja Wijaya yang sedang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaKopassus didirikan pada tanggal 16 April 1952. Selamat ulang tahun ke-72, Kopassus! Berikut kata-kata ucapan selamat HUT Kopassus.
Baca SelengkapnyaVideo merekam calon prajurit Kopassus lakukan longmarch dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.
Baca Selengkapnyaerbagai macam misi dijalankan Kopassus, dimulai dari operasi-operasi militer di awal kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaSebuah peristiwa pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 ini menjadi momen bersejarah bagi Kopassus.
Baca SelengkapnyaBukannya naik ke atas pohon, makhluk kecil itu malah turun ke arah prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaPos Satgas Cartenz di Intan Jaya Diserang: KKB Hendak Bebaskan Rekannya yang Ditangkap, Dua Warga Kena Tembak
Baca SelengkapnyaKristomei menjelaskan kejadian bermula saat anggota TNI mendapat kabar, anggota KKB akan melakukan pembakaran puskesmas
Baca SelengkapnyaMisi itu berhasil menyelamatkan seluruh anggota TNI dan Polri yang dikepung. Di sisi lain, tak jatuh satu pun korban dari warga sipil.
Baca Selengkapnya