Kehabisan Peluru, Prajurit Kopassus Cabut Pisau Komando Tewaskan 6 Musuh di Medan Tempur
Aksi prajurit Kopassus bertempur sampai titik darah penghabisan ini menimbulkan simpati dari kawan dan lawan.
Ini kisah legendari prajurit Kopassus di medan tempur. Bertarung sampai titik darah penghabisan.
Kehabisan Peluru, Prajurit Kopassus Cabut Pisau Komando Tewaskan 6 Musuh di Medan Tempur
Bagi seorang prajurit komando, bertempur sampai akhir adalah sebuah keharusan.
Kisah ini terjadi dalam operasi tempur di Timor Timur oleh seorang prajurit Kopassus. Dia mendapat penghargaan tertinggi, Bintang Sakti atas keberaniannya.
-
Siapa yang memimpin Kopassus? Saksikan Video ini: Komandan Jenderal Baru Korps baret Merah
-
Siapa prajurit Kopassus yang gugur di Timor Timur? Masjid ini dinamai Suparlan, salah satu prajurit legendaris korps baret merah. Suparlan gugur saat bertempur di Timor Timur tahun 1983.
-
Siapa Komandan Kopassus ke-13? Agum menjadi Komandan Kopassus ke-13 menggantikan Brigjen Tarub. Dia dilantik oleh Kasad Jenderal Wismoyo Arismunandar tanggal 6 Juli 1993.
-
Bagaimana Kopassus dilatih? Para prajurit Kopassus dilatih dengan standar tinggi dalam berbagai bidang seperti pertempuran, penyelamatan sandera, pengintaian, dan tindakan-tindakan khusus lainnya, menjadikan mereka salah satu pasukan elit terbaik di Indonesia.
-
Kapan Kopassus dibentuk? Satuan ini didirikan pada tanggal 16 April 1952 dan memiliki peran utama dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara, serta melaksanakan operasi-operasi khusus baik dalam maupun luar negeri.
-
Kenapa Kopassus hanya membawa sedikit peluru? Agum pun memerintahkan anak buahnya tidak membawa banyak peluru dan granat. Menurutnya hal itu tak berguna dan malah menciptakan kesan menakutkan bagi warga desa. Setiap prajurit hanya dibekali 10 butir peluru. Selesai patroli dicek lagi berapa jumlah peluru yang terpakai. “Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa,“ tegas Agum.
Tanggal 9 Januari 1983, Satu Unit Tim Nanggala Berpatroli di Komplek Liasidi di Timor Timur
Komplek Liasidi adalah salah satu pusat kekuatan Freetilin. Diperkirakan ada sekitar 300 gerilyawan Freetilin dengan persenjataan berat, mortir dan pelontar granat.
Tim Nanggala sendiri hanya berjumlah sembilan orang. Terdiri dari 4 Kopassus (saat itu bernama Kopasandha) dan 5 Kostrad.
Salah satunya adalah Prajurit Satu Suparlan, anggota Kopassus. Tim ini dimpin oleh Letnan Poniman Dasuki.
Tim Nanggala Tak Sengaja Bertemu Pos Tinjau Freetilin, Kontak Senjata Tak Bisa Dihindari
Suara tembakan memancing kedatangan ratusan gerilyawan lain. Mereka menembaki Tim Nanggala dari segala arah.
Posisi Tim Nanggala tidak menguntungkan karena berada di bawah sementara musuh di ketinggian. Satu per satu anggotanya tewas diterjang peluru.
Tiga anggota Kostrad yang membawa senapan mesin dan berjalan paling depan tewas.
Pasukan harus melewati celah bukit yang sempit untuk lolos dari serangan Freetilin. Situasi sangat mencekam bagi unit Nanggala.
"Komandan Bawa Mereka, Saya Akan Menghambat Musuh!" Teriak Suparlan
Suparlan tiba-tiba lari melindungi unitnya. Dia membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin rekannya yang gugur.
Tanpa ampun Suparlan memberondongkan senapan mesin itu ke arah pasukan Freetilin.
Walau terkena tembakan berkali-kali, Suparlan tetap berusaha tegak memegang senapan mesin.
Seragamnya sudah penuh darah. Ketika pelurunya habis, Suparlan mencabut pisau komandonya.
Freetilin rupanya tidak ingin langsung membunuh Suparlan. Mereka ingin mempermainkan anggota Kopassus yang mengamuk seperti banteng ini.
Dengan Pisau Komando, Suparlan Menewaskan 6 Orang Musuh
Sampai dia tidak mampu lagi menggenggam pisau tersebut karena luka-lukanya semakin parah.
Sisa unit Nanggala berusaha memberikan tembakan bantuan dari ketinggian. Namun dari lima orang, tiga prajurit TNI tewas terkena serangan Fretilin.
Suparlan terkulai lemas. Melihat itu, prajurit Freetilin ramai-ramai mendekatinya.
Namun setelah dekat, Suparlan mencabut pin granat dan menerjang ke arah musuh sambil meneriakan takbir. Sejumlah orang ikut tewas bersamanya.
Penghormatan Untuk Suparlan
Di saat kritis bantuan dari Kostrad dan Brimob datang. 7 Prajurit TNI AD, termasuk Suparlan gugur. Sementara dari pihak Freetilin, 83 prajurit tewas.
Suparlan mendapat anugerah Bintang Sakti atas keberaniannya dari pemerintah RI.
Tak cuma itu, komandan Freetilin pun mengirimkan surat. Memujian keberanian Suparlan. Hal ini sangat langka dalam perang. Hanya ditujukan untuk soosk dengan keberanian luar biasa.