Sosok Komandan Kopassus Bernyali Besar saat Operasi Seroja di Timtim, Gugur Terhormat Dihujani Peluru Musuh
Berikut sosok Komandan Kopassus yang bernyali besar saat Operasi Seroja di Timtim.
Berikut sosok Komandan Kopassus yang bernyali besar saat Operasi Seroja di Timtim.
Sosok Komandan Kopassus Bernyali Besar saat Operasi Seroja di Timtim, Gugur Terhormat Dihujani Peluru Musuh
Tidak hanya menyisakan luka, Operasi Seroja juga meninggalkan ribuan kenangan tak terlupakan.
Terlebih bagi setiap prajurit TNI yang dilibatkan maupun keluarganya.
Mengingat ada begitu banyak kisah-kisah heroik dalam pertempuran tersebut.
Salah satu kisah heroik datang dari sosok Komandan Kopassus yang bernyali besar ini.
Ia tak gentar saat dihujani peluru oleh musuh yang membuatnya gugur dengan cara terhormat.
Lantas bagaimana potret sosok Komandan Kopassus tersebut?
Melansir dari akun TikTok aspers99, Selasa (18/6), simak ulasan informasinya berikut ini.
Operasi Seroja atau pertempuran merebut Kota Dili, Timor Timur dari tangan Fretilin ini dilukiskan dalam buku biografi 'Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian. Cetakan pertama tahun 2015, yang diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
Dikatakan bahwa Komando Pasukan Khusus (Kopassus) turut dilibatkan dalam Operasi Seroja.
Pasukan elite TNI Angkatan Darat itu diterjunkan dari udara bersama 35 prajurit Yonif Linud 501 Kostrad. Sebanyak 19 prajurit Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha atau sekarang Kopassus) diterjunkan dari udara.
Tugas lainnya adalah membantu mengamankan Korps Marinir yang akan masuk melalui laut.
Jelang Subuh, tepatnya tanggal 7 Desember 1975, seluruh pasukan diterjunkan dari pesawat Hercules C-130.
Akan tetapi, hujan tembakan pun telah bermunculan padahal prajurit belum mencapai tanah. Akibatnya, beberapa prajurit tewas terkena peluru saat payung masih mengembang.
Sebagai perwira, Mayor Atang Sutresna mendapat tugas tambahan dalam Operasi Seroja. Ia saat itu ditunjuk sebagai Komandan Detasemen Tempur (Dandenpur).
Atang kemudian diperintahkan untuk membawa bendera merah putih. Tujuannya hanya satu, memberi tanda lokasi yang sudah direbut dari tangan musuh.
Semula, tugas ini dipandang mudah. Apalagi, informasi intelijen menyebutkan bahwa Tropaz dan Fretilin diyakini seperti hansip dan kamra.
Setelah terjun ke medan pertempuran, ternyata informasi tersebut salah. Musuh justru menembaki pasukan TNI secara membabi buta.
Tugas pun menjadi semakin berat lantaran tempat pengibaran bendera berada di tengah lapangan dan depan kantor gubernur. Di mana kedua lokasi tersebut sangat terbuka dari tembakan musuh. Hanya prajurit nekat yang bisa melakukannya.
Setelah mencapai darat, Mayor Atang segera membuka ranselnya dan mengeluarkan bendera Merah Putih.
Ia kemudian langsung memberikan tugas kepada dua prajuritnya, yaitu Koptu Sugeng dan Koptu Suhar untuk menaikan bendera Merah Putih di kantor Gubernur unyuk menggantikan bendera Fretilin.
Sementara itu, Ia bertugas memberikan tembakan perlindungan sekaligus mengalihkan perhatian musuh.
Koptu Sugeng dan Koptu Suhar langsung berlari menuju lokasi pengibaran bendera.
Dengan cepat, bendera Fretilin segera diturunkan, diganti dengan merah putih. Di sisi lain, suara desingan peluru sudah semakin dekat.
Merah putih baru setengah naik, satu peluru mengenai kaki Koptu Sugeng. Namun, hal itu tidak lantas meruntuhkan semangatnya.
Ia hanya berucap singkat, "Har, aku kena."
Kata-kata itu ditanggapi dingin oleh Koptu Suhar. Ia tetap mengerek bendera agar segera mencapai puncaknya. Bunyi desing peluru juga semakin banyak.
Tak lama, pengerekan bendera selesai. Keduanya langsung mencari tempat perlindungan. Mereka juga melaporkan hasil penugasannya pada Mayor Atang.
Koptu Sugeng juga langsung memeriksa kakinya yang terkena tembakan. Setelah dicek, ternyata peluru hanya mengenai kantong minumannya.
Hujan tembakan membuat Mayor Atang geregetan untuk menyudahinya. Ia berusaha bergerak mendekati lokasi persembunyian musuh.
Akan tetapi, niat tersebut tidak disetujui anak buahnya yakni Koptu Sugeng.
"Pak, tembakan masih ramai dari situ," ujar Sugeng sembari menunjuk ke salah satu lokasi.
Kekhawatiran anak buahnya tidak ditanggapi oleh Mayor Atang. Ia tetap berusaha keluar dari tempat perlindungannya.
Malang, baru 25 meter keluar dari tempat perlindungan, peluru Fretilin menembus perutnya. Belum berhenti, satu peluru lainnya tepat mengenai kepala Atang.
Atang gugur tertembak dalam Operasi Seroja hari pertama di Kantor Gubernur Timtim.
Gugurnya Mayor Atang ini menyisakkan duka mendalam.
Mendiang Mayor Atang kemduain mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa. Kini, Ia telah berpangkat menjadi Letkol Inf Anumerta Atang Sutresna.