KKB Pimpinan Lekagak Telenggeng Masih di Tembagapura, Kondisi Belum Aman
Merdeka.com - Kepala Kepolisian Resor Mimika, Papua, AKBP I Gusti Gde Era Adhinata menyebut kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Lekagak Telenggeng hingga kini masih berada di kawasan Aroanop, Distrik Tembagapura. Sehingga menciptakan situasi kamtibmas yang cukup rawan di wilayah itu.
"Saya bisa memastikan bahwa mereka masih berada di sekitar sana, terutama di daerah Aroanop," kata AKBP Era Adhinata di Timika, seperti dilansir Antara, Selasa (30/6).
Dengan masih bercokolnya KKB di wilayah Aroanop dan kampung-kampung sekitar di Distrik Tembagapura itu mengakibatkan upaya untuk mengembalikan seribuan warga Banti, Opitawak dan Kimbeli ke kampung mereka mengalami kesulitan.
-
Apa yang membuat kampung itu terbengkalai? Sementara rumah-rumah di sekeliling rumah Bu Wahyuti tampak terbengkalai. Bagian atap hingga dindingnya sudah dipenuhi tumbuhan merambat.
-
Di mana lokasi kampung terisolir ini? Sebuah kampung di Kabupaten Grobogan letaknya berada di pedalaman hutan jati. Akses menuju kampung itu terbilang sulit. Pengunjung dengan kendaraan roda dua harus melewati jalan berpasir yang sempit di antara pohon-pohon jati yang membentang sejauh empat kilometer.
-
Apa yang terjadi di Kampung Kopen Lama? Dahulu, Kampung Kopen Lama memiliki 35 kepala keluarga. Namun pada tahun 2013, terjadi bencana tanah longsor yang membuat sejumlah rumah di kampung itu terkubur.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Mengapa KKB Papua menyerang Brimob dan TNI? Gerakan mereka lambat laun semakin meresahkan dan mengancam keselamatan warga Papua yang tidak tahu menahu dengan agenda aktivitas kelompok bersenjata tersebut.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
"Kita belum bisa menjamin bahwa daerah-daerah itu akan aman terus tanpa gangguan KKB. Nanti kita lihat perkembangan situasi ke depan seperti apa. Jangan sampai nanti masyarakat dipulangkan ke Banti, Opitawak dan Kimbeli justru masyarakat yang akan menjadi korban. Kita tidak mau itu terjadi karena kalau terjadi apa-apa, ujug-ujugnya pemerintah lagi yang dipersalahkan," kata AKBP Era Adhinata.
Sejak Maret seribuan jiwa warga Banti, Kimbeli dan Opitawak diturunkan ke Timika dari Tembagapura setelah sejumlah grup KKB dari wilayah pedalaman Papua di bawah pimpinan Lekagak Telenggeng memasuki kawasan Distrik Tembagapura, tepatnya pada 14 Februari 2020.
Ribuan warga Banti, Kimbeli dan Opitawak itu kemudian diinapkan pada rumah-rumah kerabat mereka di Kota Timika dan sekitarnya. Setelah beberapa bulan berlalu, warga Distrik Tembagapura tersebut ingin segera kembali ke kampung mereka dengan alasan untuk mengurus rumah dan ternak mereka yang tertinggal di kampung.
Kapolres Mimika menegaskan persoalan tersebut tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pihak kepolisian, namun membutuhkan dukungan dan kerja sama semua pihak terkait secara lintas sektoral.
"Butuh kerja sama semua pihak baik Pemda, tokoh-tokoh masyarakat untuk menyelesaikan persoalan ini. Yang jelas masalah yang terjadi di Banti itu bukan kita yang ciptakan, masyarakat harus kita turunkan dari sana karena di lokasi itu ada beberapa kelompok yang berseberangan dengan NKRI," tutur Kapolres.
Kapolres menambahkan, dalam situasi seperti sekarang ini diharapkan ada solusi terbaik untuk masa depan masyarakat yang mengungsi tersebut.
"Apakah mereka harus kembali ke kampung mereka dengan situasi keamanan yang tidak menjamin atau kah ada upaya menyiapkan lahan di Timika untuk mereka bisa tinggal," kata AKBP Era Adhinata.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Teror KKB membuat warga yang menghuni lima kampung di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Tengah, mengungsi.
Baca SelengkapnyaImbauan itu sebagai bentuk antisipasi penembakan yang dilakukan KKB
Baca SelengkapnyaKKB juga membakar bangunan pelayanan kesehatan dan tempat ibadah. Hal ini juga menambah rasa takut dan trauma warga Sugapa.
Baca SelengkapnyaAksi KKB mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu.
Baca SelengkapnyaKapolres mengaku, aksi penyerangan disertai penembakan itu dilakukan KKB sejak Jumat (19/1) dari segala arah.
Baca SelengkapnyaKKB terus menebar teror. Termasuk pilot Susi Air yang disandera masih mereka tawan. Penyanderaan sudah dilakukan hampir lima bulan.
Baca SelengkapnyaMoeldoko menyadari ada komunikasi yang tak tepat dalam proses relokasi ini. Sehingga memancing emosi warga.
Baca SelengkapnyaAparat keamanan menyatakan tidak ada warga yang mengungsi.
Baca SelengkapnyaKini saatnya semua masyarakat Papua untuk fokus pada kerja keras, kerja bersama untuk mengisi kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaKKB melakukan penyerangan dari arah pemukiman warga.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem membuat Distrik Agandugume dan Distrik Lambewidi Kabupaten Puncak, Papua Tengah mengalami kekeringan. Bahkan dampak kekeringan 6 orang meninggal
Baca SelengkapnyaAparat TNI-Polri bertemu sejumlah tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah daerah pasca-kerusuhan di Dogiyai, Papua. Pertemuan digelar di Polres Dogiya.
Baca Selengkapnya