Dulunya Terdapat 35 Kepala Keluarga, Ini Kisah Kampung Mati Wonogiri
Warga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Warga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Dulunya Terdapat 35 Kepala Keluarga, Ini Kisah Kampung Mati Wonogiri
Terdapat sebuah kampung mati di Kabupaten Wonogiri. Namanya Kampung Kopen Lama. Secara administratif kampung itu terletak di Desa Bero, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.
Dahulu, Kampung Kopen Lama memiliki 35 kepala keluarga. Namun pada tahun 2013, terjadi bencana tanah longsor yang membuat sejumlah rumah di kampung itu terkubur. Warga yang selamat kemudian direlokasi ke tempat lain.
(Foto: YouTube WONOGIREN)
-
Apa yang tersisa di Kampung Mati Wonotopo? Kampung itu kini hanya menyisakan bangunan terbengkalai karena sudah ditinggal pemiliknya.
-
Apa yang ada di Kampung Mati? Banyak rumah permanen yang masih utuh di kampung itu. Hanya sayang rumah itu sudah tak berpenghuni lagi.
-
Dimana Kampung Mati berada? Di Kabupaten Purbalingga, terdapat sebuah kampung mati yang lokasinya berada di tengah hutan.
-
Dimana letak Kampung Mati Wonotopo? Di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat sebuah kampung mati.
-
Bagaimana keadaan rumah-rumah di Kampung Mati Wonotopo? Semua rumah di sana tampak sudah tak ada penghuninya. Di salah satu rumah, tampak masih terlihat stok kayu bakar.
-
Kenapa Kampung Mati Wonotopo ditinggalkan? Kampung itu kini hanya menyisakan bangunan terbengkalai karena sudah ditinggal pemiliknya.
Pak Saimin, salah seorang warga setempat, bercerita bahwa dulu sebelum longsor terjadi, sudah muncul beberapa tanda seperti tanah yang bergerak hingga retak.
“Tanah di atas itu turun sekitar satu meter, regang sekitar setengah meter, panjangnya sekitar 50 meter ke utara,” ujar Pak Saimin dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.
Agar sesuatu yang lebih parah tidak terjadi, warga setempat kemudian mencarikan seekor kambing yang orang setempat menyebutnya “Wedus Kendit”.
Lewat suatu proses upacara, kambing itu disembelih dan kepalanya ditanam di perempatan jalan. Sementara kulitnya dibagi-bagi ke setiap warga dan kemudian dipaku di atas pintu.
Namun pada akhirnya bencana longsor yang ditakutkan itu terjadi juga. Satrio, salah satu pemuda Dusun Kopen Lama, mengatakan, waktu itu malam hari hujan turun dengan lebatnya.
Sebelum longsor terjadi, sebenarnya sudah ada aba-aba dari pemerintah setempat agar warga segera mengungsi ke tempat relokasi yang sudah disiapkan.
Pada akhirnya longsor terjadi pada pagi hari keesokan harinya sekitar pukul 05.00. Saat itu warga terbangun oleh suara gemuruh dari atas bukit.
Mereka langsung berlarian mencari tempat yang lebih aman. Namun ada salah seorang warga yang tak bisa menghindar dari longsoran dan meninggal dunia dalam peristiwa itu.
Sebelum peristiwa itu terjadi, sebenarnya warga sudah bersiap diri bahwa longsor akan terjadi. Beberapa warga bahkan rela tidak tidur saat malam hari untuk mengantisipasi jika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Bekas reruntuhan bangunan yang tertimpa longsor masih dapat ditemukan di sana. Batu-batu besar material longsoran juga masih bisa ditemukan di lokasi. Kini bekas jalur longsoran 11 tahun lalu sudah ditumbuhi rerumputan.
Saat bencana terjadi, setidaknya ada dua bangunan yang tertimpa longsor. Mengantisipasi bencana serupa, semua warga direlokasi. Kini Kampung Kopen Lama menjadi kampung mati karena semua warganya pindah ke Kampung Kopen Baru.
Banyak bangunan yang ditinggalkan. Salah satunya sebuah bangunan tua yang kini sudah tak digunakan lagi. Di bangunan itu, tersimpan sebuah gamelan yang bagiannya masih utuh. Tapi sekarang gamelan itu tak digunakan lagi sehingga dibiarkan saja dimakan rayap.
Di kampung itu pula terdapat sebuah sumber mata air. Kini air dari sumber itu masih digunakan dan disalurkan dengan mesin sanyo ke Dusun Kopen Baru. Ada pula sebuah masjid yang kini telah sepi. Masjid ini memang masih digunakan, namun kondisinya sudah tak seramai dulu.