Kronologi ASN Rizkil Watoni Bunuh Diri di Balik Dugaan Pemerasan Polisi
Kematian Rizkil Watoni, ASN di Lombok Utara, menyisakan duka mendalam dan pertanyaan besar terkait dugaan pemerasan oleh oknum polisi.

Rizkil Watoni, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, ditemukan meninggal dunia dengan cara tragis, Senin (17/3). Kematian Rizkil yang diduga akibat bunuh diri ini mengangkat isu serius mengenai dugaan pemerasan yang melibatkan polisi. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat dan menuntut penegakan hukum yang lebih transparan.
"Sementara tim Propam Polda dan Reskrimum Polda sedang mendalami terkait kasus tersebut," kata Kabid Humas Polda NTB AKBP Mohammad Kholid saat dikonfirmasi, Kamis (20/3).
Informasi yang dihimpun, kronologi peristiwa ini dimulai pada Jumat, 7 Maret 2025, ketika Rizkil berbelanja di Alfamart Kayangan. Dalam keadaan yang tidak disengaja, ia mengambil ponsel milik karyawan, Raden Faozan, setelah menyelesaikan pembayaran.
Rizkil mengira ponsel tersebut miliknya sendiri karena kemiripan warna. Malam harinya, Rizkil menyadari kesalahannya dan segera mengembalikan ponsel tersebut kepada Raden Faozan, serta meminta maaf. Permintaan maaf tersebut diterima dengan baik, dan kasus ini tampaknya telah diselesaikan secara damai.
Namun, meskipun laporan polisi dicabut dan situasi tampak tenang, polisi di Polsek Kayangan diduga tetap melanjutkan proses kasus tersebut. Rizkil dipanggil dan diduga mengalami tekanan untuk mengaku bersalah.
Dalam proses ini, ia juga diduga diminta sejumlah uang yang awalnya sebesar Rp15 juta, namun kemudian meningkat menjadi Rp90 juta sebagai 'uang pelicin' agar kasusnya tidak berlanjut. Tekanan ini diduga menjadi beban mental yang sangat berat bagi Rizkil.
Penemuan Tragis dan Pesan Terakhir
Pada Senin, 17 Maret 2025, Rizkil Watoni ditemukan meninggal dunia di rumahnya dengan cara gantung diri. Di tembok rumahnya terdapat tulisan yang menggetarkan hati: 'Kejujuran sudah tidak berguna.' Tulisan ini seolah menjadi sebuah pesan terakhir yang menggambarkan betapa besar tekanan yang dialaminya akibat dugaan pemerasan tersebut.
Ayah Rizkil, Nasruddin, menyatakan bahwa anaknya mengalami tekanan mental yang hebat, dan ia meyakini bahwa kondisi tersebut menjadi penyebab utama Rizkil mengakhiri hidupnya.
Jumlah uang yang diminta oleh polisi terus meningkat, menunjukkan adanya praktik pemerasan yang sistematis. Kasus ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat. Banyak yang mempertanyakan proses penegakan hukum yang ada dan mendesak agar kasus ini diusut tuntas.
Reaksi Publik dan Tanggapan Tokoh Masyarakat
Kasus kematian Rizkil Watoni telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam di kalangan masyarakat. Tokoh publik, seperti komedian Arie Kriting, turut bersuara mengenai peristiwa ini.
Mereka menyerukan agar pihak berwenang melakukan investigasi menyeluruh terhadap dugaan pemerasan oleh polisi. Reaksi ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap penegakan hukum yang dianggap tidak adil.
Banyak netizen yang menyuarakan dukungan kepada keluarga Rizkil dan meminta keadilan bagi almarhum. Mereka berharap agar kejadian serupa tidak terulang dan menuntut adanya reformasi dalam sistem kepolisian. Kasus ini juga memicu diskusi mengenai kesehatan mental dan pentingnya dukungan bagi mereka yang mengalami tekanan mental.