Mbah Gotho, manusia tertua asal Sragen dipasang alat bantu dengar
Merdeka.com - Manusia tertua di dunia Suparman (145) alias Mbah Gotho asal Sragen akan menerima alat bantu pendengaran dari program 'So Indonesia May Hear'. Pemasangan ini diharapkan bisa memperlancar komunikasi Mbah Gotho dengan keluarga, lingkungan maupun media.
Penyerahan alat bantu dengar dari Starkey Foundation tersebut merupakan kerjasama PT ABDI dengan Kemensos, Pemkot Solo, PMI Solo, PMS, LIons Club Solo Bengawan, Lions Club Mustika. Lions Club Solo Putri, Lions Club Solo Centenial, Persatuan Dokter THT dan Komunitas HORE Solo.
Juru bicara Komunitas HORE, Veronica Lahji mengatakan ide awal pemasangan alat bantu dengar berasal dari sejumlah anggota komunitas yang di antaranya merupakan jurnalis.
-
Apa yang Mbah Sugiyarno pakai selama 40 tahun? Mbah Sugiyarno (76) merupakan warga Desa Semanggi, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Pria paruh baya itu sudah menggunakan topi laken antik berbahan tunggak kayu jati Blora sejak tahun 1983. Terhitung sejak saat itu hingga kini, Mbah Sugiyarno sudah memakai topi laken selama 40 tahun.
-
Bagaimana Mbah Sugiyarno mendapatkan ilmunya? Banyak ilmu hidup yang diperoleh Mbah Sugiyarno sejak memakai topi antik itu.
-
Siapa yang bisa menjadi pendengar yang baik? Introvert cenderung menjadi pendengar yang baik dan pengamat yang cermat. Ini membantu mereka mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Menurut Harvard Business Review, introvert memiliki kecenderungan alami untuk membaca ruangan sebelum berbicara dan melatih empati, yang merupakan keterampilan penting dalam meraih kesuksesan.
-
Dimana Mbah Sugiyarno tinggal? Mbah Sugiyarno (76) merupakan warga Desa Semanggi, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.
-
Apa yang dilakukan Mbah Man? Inilah tugas sehari-hari Mbah Man, seorang pencari batu candi yang bekerja untuk Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah. Kini ia harus mencari batu untuk melengkapi bangunan Candi Bubrah yang awalnya tak berbentuk.
-
Siapa yang menemani Mbah Soyo di gubuknya? Saat Jejak Richard mengunjungi gubuk itu, kebetulan istrinya juga datang. Sang istri datang dengan membawa nasi beserta makanan yang disimpan di dalam panci.'Ini makanan saya bawa dari bawah. Ada terong dan sayur lodeh. Ini juga ada keripik tempe,' kata Ibu Karsi, istri Mbah Soyo.
"Ide ini disetujui oleh keluarga dan langsung kita konsultasikan dengan pak Martono (Sumartono Hadinoto) dari PMI. Beliau setuju untuk menyampaikan ke PT ABDI. Kami juga akan menyerahkan sedikit donasi untuk Mbah Gotho," ujar Veronica, Minggu (13/11).
Sekretaris PMI Solo Sumartono Hadinoto mengatakan kegiatan tersebut merupakan fase kedua dengan 1.426 alat bantu dengar yang dibagikan untuk warga Solo dan sekitarnya. Pada fase pertama bulan Agustus lalu dilakukan pmemeriksaan dan pengukuran telinga.
Dari kuota 1.500 yang datang hanya 1.426 orang. Setelah diukur, kata dia, tiga hari ini dipasang dan di-stel ke masing-masing penerima.
"Sebanyak 1.426 alat dengar siap dibagikan kepada warga Kota Solo yang membutuhkan. Pembagian dilakukan selama tiga hari mulai hari ini di Pendapi Gedhe Balai Kota Solo. Secara simbolis bantuan untuk Mbah Gotho dan lainnya akan diserahkan wali kota saat apel peringatan Hari Kesehatan Nasional di halaman Balai Kota Solo, Senin besok," terang Sumartono.
Sumartono menjelaskan, bantuan 1.426 alat bantu dengar untuk masyarakat Solo ini tanpa syarat usia, ataupun penyebab gangguan pendengarannya, baik bawaan lahir maupun karena sakit. Pembagian alat dengar ini melalui tiga fase.
Pada fase pertama sudah dilakukan screening dan pemeriksaan telinga pada 7 Agustus hingga 9 Agustus di Pendapi Gede Balai Kota. Untuk fase kedua, pembagian alat bantu dengar sesuai dengan hasil pengukuran di fase pertama. Sedangkan fase ketiga berupa monitoring atau pengecekan.
"Ada pengecekan, apakah ada masalah di alat bantu dengar jika ada masalah akan di perbaiki segera," tandas dia.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak banyak yang tahu, Mbah Harjo Mislan Jemaah haji tertua se-Indonesia pernah ikut perang melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaBagi Mbah Suparni, menjaga pikiran adalah kunci agar kondisi jiwa raga tetap sehat.
Baca SelengkapnyaSudah banyak pelajaran hidup yang ia peroleh sejak memakai topi antiknya.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini di usianya yang senja, ia masih gigih untuk mengasah kemampuannya melengkingkan suara dalam melantunkan beluk.
Baca SelengkapnyaSeorang polisi berpangkat Inspektur Polisi Dua (Ipda) tiba-tiba mencegat pria paruh baya yang sedang gowes becak.
Baca SelengkapnyaMbah Tukiran berusia sekitar 30 tahun saat Bung Karno pidato di Alun-Alun Trenggalek. Kakek yang kini berusia 100 tahun itu ungkap isi pidato Bung Karno.
Baca SelengkapnyaBaru lulus sekolah pada usia senja, nenek 116 tahun tampak masih segar bugar.
Baca SelengkapnyaPeringatan hari pahlawan akan berlangsung pada Minggu (10/11) besok.
Baca SelengkapnyaIpda Purnomo kembali bertemu dengan ODGJ di pinggir jalan, ia menangani ODGJ tersebut dengan sangat hati-hati.
Baca SelengkapnyaSosoknya mulai menjadi sorotan usai tetangganya mengabadikan tindakan terpuji sekaligus profesi mulianya ini.
Baca SelengkapnyaIa berangkat haji didampingi anak, menantu, dan besannya.
Baca SelengkapnyaMbah Soyo sudah 35 tahun tinggal menyendiri di puncak bukit. Dia tinggal di sana untuk menjaga lahan pertaniannya dari serangan kera
Baca Selengkapnya