Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Meneladani Pengorbanan & Kejujuran Para Pendiri TNI AU untuk Indonesia

Meneladani Pengorbanan & Kejujuran Para Pendiri TNI AU untuk Indonesia Pesawat Hercules pembawa alat kesehatan dari China tiba di Bandara Halim. ©Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com - Pesawat C130 Hercules dengan nomor registrasi A-1333 mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pesawat yang dipiloti Komandan Skadron Udara 32 Letkol Pnb Suryo tersebut baru saja melakukan misi kemanusiaan dari Shanghai. Mengangkut berton-ton alat kesehatan dan pelindung diri (APD) untuk tenaga medis.

Peristiwa tersebut terjadi tanggal 23 Maret 2020 lalu. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyambutnya langsung. APD yang dibawa dari China tersebut meliputi 7,2 ton baju pelindung dan 128 kg masker N95. Ditambah lagi 110 kg sarung tangan, 700 kg masker pelindung dan 77 kg kacamata pelindung tenaga kesehatan.

Saat itu, dunia baru saja menghadapi pandemi virus covid-19. Indonesia ikut mengalami krisis alat perlindungan diri. Di awal pandemi, para tenaga medis bahkan sampai mengenakan jas hujan yang dimodifikasi untuk APD. Kelangkaan APD diperburuk dengan penimbunan. Harga masker melambung, dari Rp 40.000 menjadi Rp 500.000 per boks isi 50 lembar.

Orang lain juga bertanya?

Misi kemanusiaan yang dilakukan TNI AU adalah salah satu yang pertama dilakukan di tengah pandemi covid-19. Para prajurit udara ini menembus angkasa, melawan 'musuh' yang tidak kelihatan. Membawa harapan untuk masyarakat Indonesia.

pesawat hercules pembawa alat kesehatan dari china tiba di bandara halim

Sejak awal berdiri, misi kemanusiaan yang menyerempet bahaya sudah sering dilakukan oleh TNI AU. Tugas penting membawa obat-obatan dari luar negeri ini mengingatkan kita pada peristiwa bersejarah tanggal 29 Juli 1947.

Misi Kemanusiaan VT-CLA

Saat itu Indonesia baru saja merdeka. Kondisi sangat sulit karena Belanda kembali ingin berkuasa melakukan agresi militer. Mereka juga melakukan blokade untuk memutuskan hubungan antara Republik Indonesia dengan dunia luar.

Walau begitu masyarakat dunia tetap menunjukkan simpatinya pada kemerdekaan Republik Indonesia. Di tengah segala keterbatasan dan bahaya, misi diplomatik RI di luar negeri mendapat titik terang. Ada bantuan pesawat angkut sipil C-47 Dakota dari india. Ada pula obat-obatan dari Palang Merah Malaya yang akan diserahkan ke Palang Merah Indonesia (PMI).

Pesawat C-47 Dakota VT-CLA bertolak dari Singapura menuju Yogyakarta. Ada tiga perwira TNI AU dalam pesawat tersebut. Mereka adalah Komodor Muda Udara Adi Sutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo Wiryokusumo.

Pada pukul 16.00 WIB, 29 Juli 1947, pesawat VT-CLA sudah siap mendarat di Bandara Maguwo. Ban pesawat bahkan sudah diturunkan dan siap meluncur di landasan. Tiba-tiba munculah dua pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk Belanda.

dakota vt cla

Pesawat Belanda langsung memuntahkan peluru pada C-47 Dakota yang tak bersenjata. Peluru mengenai mesin pesawat hingga terbakar dan jatuh di Desa Ngoto, Yogyakarta. Obat-obatan yang mereka bawa berserakan di reruntuhan pesawat. Ketiga tokoh TNI AU gugur dalam tugas kemanusiaan. Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Bakti TNI AU.

Dalam upacara peringatan ke-73, 29 Juli 2020 lalu, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, meminta seluruh prajurit TNI AU mewarisi semangat pengorbanan seperti para pendirinya.

"Meskipun hidup di era yang berbeda, namun prajurit TNI AU di masa kini harus mampu berjuang dan mengabdi dengan semangat yang sama," pesan Marsekal Fadjar.

Tak cuma mengangkut APD dari China, TNI AU juga melakukan berbagai operasi kemanusiaan. Mulai untuk korban gempa Mamuju dan Majene hingga korban banjir di Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021 lalu. TNI AU juga melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi potensi banjir di Jabodetabek.

Semangat Antikorupsi

Para pendiri dan perintis TNI AU tak cuma memberikan teladan pengorbanan dan keberanian di medan tempur. Banyak cerita yang bisa diteladani generasi penerus di tengah kondisi bangsa saat ini.

Teladan tersebut adalah sifat kesederhanaan dan antikorupsi. Suatu hal yang kini sangat langka. Bahkan di tengah pandemi, masih saja ada menteri dan pejabat yang ditangkap karena korupsi.

Ada kisah menarik dari Marsekal Suryadi Suryadarma, Kepala Staf TNI AU pertama di Republik (1946-1962). Di masa kepemimpinannnya, TNI AU membangun kekuatan hingga menjadi salah satu yang paling disegani di Asia.

suryadi suryadarma

Tahun 1960an, TNI AU membeli MiG-15 UTI dan MiG-17 Fresco dari Polandia. Dari Uni Soviet, TNI AU membeli TU-16 dan pesawat pemburu tercanggih kala itu, MiG-21. Begitu juga dengan peluru kendali anti pesawat tempur SAM-2 dan segala perlengkapan canggih lainnya.

Di tengah segala kesempatan, Suryadarma sama sekali tak tergoda untuk korupsi. Dia tak mau memanfaatkan anggaran negara untuk kepentingan pribadi. Saking lurusnya, rumah yang ditempatinya belum lunas saat Suryadarma meninggal tahun 1975.

Ceritanya tahun 1954, Suryadarma diberi tanah oleh Menteri Pertahanan Iwa Kusuma Sumantri di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Iwa tahu kejujuran Suryadarma. Karena itu dia ingin mengusahakan agar Suryadarma punya rumah. Namun apa yang terjadi? Oleh Suryadarma, tanah tersebut malah dihibahkan pada AURI dan kemudian menjadi Wisma Angkasa.

Iwa gelang-geleng. Dia kemudian memberikan lagi tanah pada Suryadarma. Kali ini dengan pesan. "Ini tanah dari saya pribadi ya. Jadi jangan diberikan ke AURI lagi," pesan Iwa.

Namun tanah di Kalibata tersebut malah akhirnya terkena pelebaran Taman makam Pahlawan. Sampai dengan akhir hayatnya, Suryadarma masih menyicil rumah yang ditempatinya dari tahun 1950. Akhirnya cicilan tersebut baru dilunasi TNI AU di era Kasau Saleh Basarah.

Demikian diceritakan dalam Buku Suryadi Suryadarma, Bapak Angkatan Udara yang ditulis Adityawarman Suryadarma dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas Tahun 2017.

Kisah lain soal kesederhanaan Suryadarma adalah soal kebiasaannya membawa roti atau bekal dari rumah. Jarang sekali Bapak TNI AU ini makan di rumah makan apalagi restoran mewah.

Suryadarma pun sering blusukan hingga ke pangkalan TNI AU yang terpencil. Hal ini dilakukannya diam-diam untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya terjadi. Uniknya, dia selalu membawa veldbed atau tempat tidur lipat sendiri.

Biasanya Suryadarma akan tidur di base ops pangkalan. Kadang malah dimintanya awak pesawat tinggal di hotel, sementara untuk dirinya cukup beralas veldbed di pangkalan.

Kembalikan Uang Perjalanan Dinas

Ada lagi teladan Suryadarma saat purnatugas di AURI dan mendapat tugas diplomatik ke Kuba tahun 1962. Ketika pulang, Suryadarma langsung mengembalikan uang sisa perjalanan dinasnya ke Kementerian Luar Negeri. Lengkap dengan catatan seluruh pengeluarannya selama bertugas. Rupanya hal ini malah membuat heran petugas.

"Belum pernah ada yang seperti ini, Pak." katanya.

Saat itu rupanya sudah jadi kebiasaan kalau uang perjalanan dinas dianggap 'habis' saja. Jika ada kelebihan, tak pernah dikembalikan. Suryadarma hanya tersenyum mendengar hal itu.

suryadi suryadarmaSuryadi Suryadarma©2021 Perpusnas

Kisah serupa juga dialami oleh sosok Proklamator RI dan Mantan Wapres Mohammad Hatta. Saat itu Bung Hatta baru kembali setelah berobat di Austria tahun 1971. Bung Hatta yang terkenal jujur, ingin mengembalikan sisa uang perjalanan dinasnya ke Sekretariat Negara. Namun pihak Setneg malah menolak uang tersebut. Mereka menyebut uang yang sudah dikeluarkan, sudah sah menjadi hak milik orang yang dibiayai. Tak perlu dikembalikan.

Bung Hatta menolak hal ini. Menurutnya sisa uang perjalanan dinas, berapa pun nilainya, harus dikembalikan ke negara. Bung Hatta menilai masih banyak rakyat Indonesia yang lebih membutuhkan uang tersebut. Prinsip Bung Hatta soal kejujuran sangat tegas.

Sekretaris Bung Hatta sampai bolak-balik ke Istana mencari cara untuk mengembalikan uang itu. Setelah ada bukti pengembalian uang, barulah Bung Hatta merasa puas. Demikian dikisahkan Gemala Rabi’ah Hatta dalam buku Bung Hatta di mata tiga puterinya yang diterbitkan Kompas tahun 2015.

Banyak kisah lain soal kejujuran yang dicontohkan para pendiri TNI AU lainnya. Ada kisah pilot jagoan TNI AU, Komodor Leo Wattimena yang tak mau mengambil sedikit pun barang yang bukan miliknya saat operasi.

Leo juga yang marah saat anak buahnya hanya diberi makan tempe saat operasi tempur, sementara para pejabat makan daging. Hal ini murni didorong rasa kepemimpinan dan jiwa korsanya yang sangat tinggi.

Kesederhanaan dan Kejujuran yang dicontohkan para pendiri TNI AU ini masih relevan sampai kapan pun. Semoga kisah-kisah ini bisa diteladani generasi muda agar Indonesia bebas korupsi. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Prabowo: Kehidupan Prajurit TNI Pengabdian dan Pengorbanan bagi Bangsa
Prabowo: Kehidupan Prajurit TNI Pengabdian dan Pengorbanan bagi Bangsa

Jalan kehidupan dan pengabdian seorang TNI adalah hal yang mulia

Baca Selengkapnya
Keteladanan Kasau Pertama RI, Marsekal Suryadi yang Sederhana, Jujur dan Tak Tergoda Korupsi
Keteladanan Kasau Pertama RI, Marsekal Suryadi yang Sederhana, Jujur dan Tak Tergoda Korupsi

Marsekal Suryadi Suryadarma menjabat Kepala Staf TNI AU pertama di Republik Indonesia dari tahun 1946-1962.

Baca Selengkapnya
Panglima TNI: Sekarang Bukan Hanya Dwifungsi, Tapi Multifungsi ABRI
Panglima TNI: Sekarang Bukan Hanya Dwifungsi, Tapi Multifungsi ABRI

Agus menilai dwifungsi ataupun multifungsi ABRI/TNI dilakukan demi kebaikan bangsa dan negara.

Baca Selengkapnya
Cerita Heroik Serka (Pur) Asmujiono, Anak Buah Prabowo Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest
Cerita Heroik Serka (Pur) Asmujiono, Anak Buah Prabowo Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest

Saat itu, Asmujiono membawa nama Indonesia, karena memang negara tetangga Malaysia juga menjalankan misi serupa.

Baca Selengkapnya
Kisah Jenderal KSAD Bertangan Satu Pertaruhkan Nyawa,  Ini Sosoknya yang Terlatih Gigih Sejak Kecil Hidup Penuh Cobaan
Kisah Jenderal KSAD Bertangan Satu Pertaruhkan Nyawa, Ini Sosoknya yang Terlatih Gigih Sejak Kecil Hidup Penuh Cobaan

Dirinya harus kehilangan tangan kanannya karena luka membuat bagian tubuhnya tersebut membusuk dan harus diamputasi.

Baca Selengkapnya
Panglima TNI Agus Subiyanto Serah Terima Risalah Kasad, Beri Tiga Tugas Ini ke Jenderal Maruli
Panglima TNI Agus Subiyanto Serah Terima Risalah Kasad, Beri Tiga Tugas Ini ke Jenderal Maruli

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyerahkan risalah serah terima jabatan Kasad ke Jenderal Maruli.

Baca Selengkapnya
75 Kata-Kata TNI Singkat Penuh Makna, Ungkap Semangat Perjuangan dan Solidaritas
75 Kata-Kata TNI Singkat Penuh Makna, Ungkap Semangat Perjuangan dan Solidaritas

Kata-kata TNI berguna untuk meningkatkan semangat nasionalisme, agar kecintaan terhadap NKRI semakin bertambah.

Baca Selengkapnya
TNI AU Luncurkan Prangko Empat Pahlawan Nasional
TNI AU Luncurkan Prangko Empat Pahlawan Nasional

Merilis prangko bertemakan pahlawan nasional TNI AU

Baca Selengkapnya
Jenderal Maruli Bongkar Kunci Sukses Hadapi Ancaman Ganggu Pertahanan Negara, Tegaskan Kegigihan jadi Poin Penting
Jenderal Maruli Bongkar Kunci Sukses Hadapi Ancaman Ganggu Pertahanan Negara, Tegaskan Kegigihan jadi Poin Penting

Hal itu ia ungkap saat puncak Peringatan Hari Juang TNI AD ke-78

Baca Selengkapnya
Injakkan Kaki di Kota Palu, Panglima TNI Disambut Tentara Cilik 'Bintang 2'
Injakkan Kaki di Kota Palu, Panglima TNI Disambut Tentara Cilik 'Bintang 2'

Momen Panglima TNI disambut tentara cilik saat berkunjung ke Palu.

Baca Selengkapnya
Letjen TNI Maruli Simanjuntak Terima Penghargaan dari MURI, Bantu Pengadaan Air Terbanyak di Indonesia
Letjen TNI Maruli Simanjuntak Terima Penghargaan dari MURI, Bantu Pengadaan Air Terbanyak di Indonesia

Letjen TNI Maruli Simanjuntak menerima Penghargaan dari MURI berkat dedikasinya membantu pengadaan air di Indonesia.

Baca Selengkapnya
HUT ke-73 TNI, Jenderal Bintang Dua Ini Beri Hormat di Makam Soeharto dan Ibu Tien
HUT ke-73 TNI, Jenderal Bintang Dua Ini Beri Hormat di Makam Soeharto dan Ibu Tien

Ziarah memperingati HUT TNI Ke-78 ini dilaksanakan untuk mengenang, menghormati, meneladani jasa-jasa dan perjuangan para Pahlawan Kusuma Bangsa.

Baca Selengkapnya