Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Embun Es Dieng, 'Salju' Cantik nan Mematikan

Mengenal Embun Es Dieng, 'Salju' Cantik nan Mematikan Embun Es Menyelimuti Dieng. ©2019 Merdeka.com/Liputan6.com

Merdeka.com - Kemunculan embun es Dieng, Jawa Tengah selalu ditunggu wisatawan. Banyak di antaranya yang rela menginap hingga berhari-hari, sembari berharap bisa menyaksikan langsung fenomena embun beku ini.

Embun es mendatangkan berkah. Kemunculannya selalu disusul dengan naiknya tingkat kunjungan dan penuhnya penginapan-penginapan yang dikelola warga. Embun es bak salju negara empat musim yang begitu diburu.

Namun, bak dua sisi mata uang, embun es Dieng sekaligus dianggap sebagai bencana. Bagi petani, kemunculan embun es yang disebut bun upas oleh warga lokal itu adalah musibah lantaran bisa menyebabkan kematian tanaman.

Paling terdampak adalah tanaman kentang. Daun dan batang kentang yang terselubung embun es menguning, dan lantas mati membusuk. Dampak lebih parah terjadi pada kentang muda usia.

Rabu pagi, 19 Juni 2019, sebagian wilayah Dieng kembali berselimut embun es. Embun beku itu menempel di daun dan rerumputan di sekitar kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.

Sebelumnya, embun es juga muncul pada Senin, 17 Juni, 1 Juni 2019, dan dua kali pada Mei 2019. Kemunculan embun es pada Mei di luar kebiasaan.

Petani pun mengkhawatirkan kemunculan embun es Dieng yang lebih cepat dari biasanya. Pasalnya, sebagian besar tanaman kentang petani masih berusia muda.

"Kalau sampai tebal tanaman kentang bisa mati," kata Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiono, Rabu malam.

Kini, usia kentang rata-rata berumur antara 40-50 hari. Kentang usia muda sangat rentan cekaman embun es.

Menurut Slamet, tanaman kentang berusia muda berisiko mati jika daun dan batangnya terselubung embun es. Pada awalnya, daun dan batang menguning dan layu. Selanjutnya, bisa dipastikan tanaman bakal membusuk dan mati.

Karenanya, warga Dieng menyebut embun es sebagai bun upas, atau embun beracun. Bukan beracun kepada manusia, tetapi embun es itu mematikan untuk tanaman.

Sejauh ini, petani masih beruntung. Sebab, embun es yang muncul masih tipis. Skala kemunculannya juga tak luas.

"Baru di sekitar lapangan kompleks candi. Tanaman kentang yang berada di sebelahnya juga tidak kena," dia mengungkapkan.

Lazimnya embun es muncul pada Juli dan berpotensi muncul lebih tebal pada Agustus, saat suhu sedang sangat rendah. Kebiasaan ini sudah diamati oleh petani selama bertahun-tahun.

Sebab itu, petani menanam kentang ketika embun es belum berpotensi muncul pada akhir musim hujan dan awal kemarau. Harapannya, saat embun es menebal, tanaman kentang sudah tua dan resisten terhadap embun es.

"Atau bisa langsung dipanen," ujarnya.

Meski saat ini embun es masih tipis, Slamet mengaku khawatir embun es akan kembali muncul lebih tebal dan dalam skala lebih luas. Bisa dipastikan, tanaman kentang yang masih muda itu bakal terdampak. Sementara, tanaman kentang yang sudah terdampak embun es tidak mungkin pulih.

"Sekarang ini suhu delapan derajat Celsius. Kalau di luar sekitar empat derajat Celsius. Pagi biasanya sudah mencapai nol derajat," dia mengungkapkan.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayodhie menerangkan, embun es muncul lantaran terjadi penurunan suhu ke titik beku. Makanya, embun es muncul saat suhu turun di titik terendah, yakni pagi hari.

Menurut dia, penurunan suhu belakangan ini disebabkan oleh rendahnya kandungan uap atmosfer. Ini terlihat dari cuaca cerah di kawasan sekitar Dieng.

"Terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir," kata Setyoajie.

Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Rendahnya kandungan uap air di atmosfer menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Akibatnya, energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan. Ini lah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia pada kemarau, terutama malam hari relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan.

Suhu dingin itu akan lebih terasa di wilayah pegunungan atau dataran tinggi, seperti Dieng. Penurunan suhu yang signifikan berpotensi memunculkan embun es.

"Jika peristiwa ini berlangsung cukup lama biasanya akan disertai fenomena frost di dataran tinggi karena embun yang membeku akibat suhu di bawah titik beku," jelasnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sudah 3 Hari Kompleks Candi Arjuna Dieng Diselimuti Es, Begini Potretnya
Sudah 3 Hari Kompleks Candi Arjuna Dieng Diselimuti Es, Begini Potretnya

Suhu udara di sekitar kompleks Candi Arjuna Minggu (14/7), pukul 05.30 WIB, tercatat mencapai minus 1 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya
Cuaca Dingin Ekstrem Landa Dieng, Wisatawan Bikin Es Krim Secara Alami
Cuaca Dingin Ekstrem Landa Dieng, Wisatawan Bikin Es Krim Secara Alami

Cuaca ekstrem ini biasa terjadi setiap Agustus-September.

Baca Selengkapnya
Sudah Muncul Embun Es, Begini Kondisi Terkini Dieng di Awal Musim Kemarau
Sudah Muncul Embun Es, Begini Kondisi Terkini Dieng di Awal Musim Kemarau

Dieng Culture Festival rencananya akan digelar akhir Agustus tahun ini.

Baca Selengkapnya
Suhu Mencapai Minus Satu Derajat Celsius, Begini Kondisi Dieng yang Kembali Membeku
Suhu Mencapai Minus Satu Derajat Celsius, Begini Kondisi Dieng yang Kembali Membeku

Embun es ke-5 yang tercatat di tahun ini. Begini kondisi Dieng yang kembali membeku.

Baca Selengkapnya
Niat Lihat Lautan Awan Malah Lautan Manusia, Momen Para Wisatawan Ramai Berkunjung ke Dieng Ini Curi Perhatian
Niat Lihat Lautan Awan Malah Lautan Manusia, Momen Para Wisatawan Ramai Berkunjung ke Dieng Ini Curi Perhatian

Para pengunjung tampak memenuhi area wisata dataran tinggi Dieng.

Baca Selengkapnya
Mengenal Embun Upas, Fenomena yang Kembali Muncul di Wisata Gunung Bromo
Mengenal Embun Upas, Fenomena yang Kembali Muncul di Wisata Gunung Bromo

Kepala Bagian Tata Usaha TN BTS, Septi Eka Wardhani menjelaskan soal fenomena embun upas.

Baca Selengkapnya
Menikmati Sensasi Gumpalan Awan di Gunung Embun, Pesona Hutan Mangrove Hingga Museum Sadurengas
Menikmati Sensasi Gumpalan Awan di Gunung Embun, Pesona Hutan Mangrove Hingga Museum Sadurengas

Kaltim memiliki banyak destinasi wisata eksotis yang bisa dinikmati para wisatawan.

Baca Selengkapnya
10 Wisata Dieng yang Wajib Dikunjungi saat Datang ke Negeri Atas Awan
10 Wisata Dieng yang Wajib Dikunjungi saat Datang ke Negeri Atas Awan

Rekomendasi wisata Dieng yang bisa dijadikan referensi liburan Anda bersama keluarga.

Baca Selengkapnya
Wisata Kawah Ijen Terbaik 2023, Lengkap dengan Harga Tiketnya
Wisata Kawah Ijen Terbaik 2023, Lengkap dengan Harga Tiketnya

Wisata Kawah Ijen termasuk destinasi populer di Banyuwangi.

Baca Selengkapnya
Tempat Wisata Dieng Wonosobo yang Indah dan Memukau, Wajib Dikunjungi
Tempat Wisata Dieng Wonosobo yang Indah dan Memukau, Wajib Dikunjungi

Dieng terkenal karena keindahan alamnya yang memukau.

Baca Selengkapnya
Bekas Tambang Pasir di Pasuruan Ini Disulap Jadi Destinasi yang Eksotis, Bentuknya Mirip Labirin
Bekas Tambang Pasir di Pasuruan Ini Disulap Jadi Destinasi yang Eksotis, Bentuknya Mirip Labirin

Lokasi ini cocok jadi temat untuk melihat sunrise dan sunset yang belum banyak diketahui. Yuk intip keindahannya.

Baca Selengkapnya
Menjelajahi Zaman Es di Dataran Tinggi Magetan, Bermain Hujan Salju hingga Kenalan dengan Hewan Purba
Menjelajahi Zaman Es di Dataran Tinggi Magetan, Bermain Hujan Salju hingga Kenalan dengan Hewan Purba

Pada momen libur Natal dan Tahun Baru, setiap hari sekitar 3.000 pengunjung asyik bermain hujan salju.

Baca Selengkapnya