Mengenang kejayaan Bioskop Kelud
Merdeka.com - Bioskop Kelud atau biasanya disebut Dulek (dibaca terbalik sesuai dengan bahasa walikan khas Malang), berlokasi di Jalan Kelud 9, dekat Jalan Kawi. Meskipun berada di area perkampungan, letaknya masih tergolong strategis karena dekat dengan kawasan Ijen yang merupakan jantung kota Malang.
Kala itu, bioskop menjadi satu-satunya hiburan rakyat yang paling dicari. Selain Bioskop Kelud, ada beberapa bioskop legendaris lain yang ramai didatangi, misalnya Bioskop Garuda dan Merdeka. Namun, Dulek tetap jadi primadona warga Malang, khususnya yang datang dari kalangan menengah ke bawah.
Cikal-bakal Bioskop Kelud diawali oleh dua anggota BRIMOB, Noersalam dan Marsam, yang membuka usaha pemutaran bioskop keliling di sekitar Malang. Hasil dari manggung keliling digunakan untuk membeli lahan yang dulunya bekas gedung bulu tangkis. Gedung tersebut dihancurkan dan kembali dibangun menjadi Bioskop Kelud.
-
Di mana bioskop pertama di Indonesia? Rumah seorang pengusaha ini dialihfungsikan sebagai bioskop dengan nama 'The Royal Bioscoope'.
-
Siapa yang membangun bioskop pertama di Medan? Di Medan, pada tahun 1889 telah dibangun bioskop pertama yang didirikan oleh seorang Belanda bernama Michael.
-
Apa nama bioskop pertama di Medan? Bioskop tersebut bernama De Oranje Bioscoop yang pada saat itu masih menayangkan film-film bisu yang menceritakan kisah orang-orang Belanda maupun Eropa.
-
Kenapa bioskop pertama di Medan dibangun? Pada saat itu, orang-orang yang datang ke bioskop adalah dari kelompok masyarakat kalangan elite yang tinggal di Kota Medan, sekaligus para pejabat pemerintahan Hindia-Belanda.
-
Kapan bioskop pertama di Medan dibangun? Di Medan, pada tahun 1889 telah dibangun bioskop pertama yang didirikan oleh seorang Belanda bernama Michael.
-
Dimana mereka mempromosikan filmnya? Pemain-pemain film 'Galaksi', yaitu Bryan Domani, Mawar Eva de Jongh, dan Fadli Faisal, mengunjungi kantor KLY di Jakarta Pusat pada hari Selasa (8/8/2023).
Peristiwa tersebut terjadi bersamaan dengan terbentuknya yayasan PANJURA (Delapan Penjuru Angin) pada tanggal 4 Juli 1970. Yayasan yang dibina oleh anggota BRIMOB ini mengelola beberapa bioskop, termasuk Bioskop Kelud.
Dibandingkan bioskop lain, suasana Dulek lebih mirip pasar malam. Sembari duduk manis nonton film, warga disuguhi berbagai jajanan yang dijajakan keliling oleh pedagang. Dua makanan yang paling laris kala itu adalah gorengan dan sate bekicot. Penonton yang datang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari tukang becak sampai wakil rakyat. Semua berbondong-bondong memadati tribun dan pelataran bioskop murah meriah tersebut.
Ketenaran Bioskop Kelud telah tersebar ke pelosok Malang. Saat malam minggu atau tanggal merah, bioskop ini selalu dijejali ribuan penonton setianya. Film apa pun yang disuguhkan pasti dilahap. Beberapa genre film yang kerap diputar, seperti film India, Barat, dan tentu saja Indonesia.
Kabarnya, bioskop yang buka mulai pukul 21.00 ini pernah diserbu 7.000 penonton saat pemutaran film Inem Pelayan Sexy, yang dibintangi oleh Titiek Puspa dan Doris Callebaute. Saat seperti itu, semua pedagang asongan semangat menyodorkan dagangan. Penonton, ada yang berdiri, duduk, jongkok, dan mojok. Persis seperti nonton layar tancep. Penonton pun dibebaskan untuk berbicara keras dan tertawa sejadi-jadinya.
Bioskop legendaris itu kini tinggal kenangan. Eksistensi Bioskop Kelud telah tergeser modernisasi budaya di masyarakat. Budaya nonton film tak lagi sama seperti dulu. Guyub dan merakyat. Sekarang, orang bisa membeli atau menyewa kaset film di pasaran. Bila bosan menonton sendirian, mereka bisa pergi ke 21 Cineplex, yang menyuguhkan kursi empuk dan ruangan ber-AC. Bedanya, penonton tidak bebas berbicara keras atau bahkan jalan mondar-mandir. (mdk/arr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 1900-an, masyarakat saat itu menyebutnya sebagai "Toneel Melajoe" atau "Komedi Stamboel".
Baca SelengkapnyaTempat pemutaran film pertama di Kota Medan yang sudah ada sejak akhir abad 19.
Baca SelengkapnyaSebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, Banda Aceh memiliki kisah dan sejarah panjang tentang lahirnya bioskop dan perfilman di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPada 1907 jadi tahun pertama kemunculan bioskop di Kota Kembang. Letaknya ada di sekitar alun-alun Kota Bandung, dengan gedung tenda bilik sederhana.
Baca SelengkapnyaAl Hambra adalah bioskop pertama di Jogja. Pada awal kemunculannya, bioskop ini dibagi menjadi dua kelas berdasarkan status sosial masyarakat pada saat itu.
Baca SelengkapnyaMas Adi turut mengapresiasi acara ini sebagai wujud pengisi kemerdekaan khususnya oleh para pemuda.
Baca SelengkapnyaBenny Suherman memiliki 54 persen saham Cinema XXI melalui perusahaan induknya Harkatjaya Bumipersada.
Baca SelengkapnyaPengunjung bisa menjumpai pita kaset film hingga kursi bioskop VIP zaman dulu.
Baca SelengkapnyaPemkot Medan akan menyediakan bioskop di Lapangan Merdeka.
Baca SelengkapnyaRelawan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko yakni, Konco Kulo Moeldoko menggelar pesta rakyat yang diselenggarakan di Kediri, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSosok ini dikenal dengan sebutan ‘Bapak Film Indonesia’.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka sosok Benyamin rupanya pernah ditawari jadi menteri penerangan namun ditolak.
Baca Selengkapnya