Mensos Risma Ingin Penyandang Disabilitas Keluar dari Daftar Penerima Bansos
Menteri Sosial Tri Rismaharini mendorong aksesibilitas kepada penyandang disabilitas di Indonesia, khususnya Sulsel, agar bisa mandiri dan tidak bergantung pada
Menteri Sosial Tri Rismaharini mendorong aksesibilitas kepada penyandang disabilitas di Indonesia, khususnya Sulsel, agar bisa mandiri dan tidak bergantung pada bantuan sosial (bansos).
Mensos Risma Ingin Penyandang Disabilitas Keluar dari Daftar Penerima Bansos
Risma mengatakan isu disabilitas saat ini tidak hanya menjadi perhatian di ASEAN, tetapi seluruh dunia, karena jumlahnya yang cukup besar.
"Karena itu kita bicara disabilitas saat ini, yang ditujukan untuk bagaimana menangani seluruh masyarakat disabilitas di ASEAN. Namun kami juga undang, jadi peserta di USA, dan Inggris, dan dari Australia yang juga ikut mengamati diskusi ini," ujarnya kepada wartawan seusai membuka membuka ASEAN High-Level Forum (AHLF) untuk disabilitas di Four Point by Sheraton Kota Makassar, Selasa (10/10).
Mantan Wali Kota Surabaya ini mengatakan Forum AHLF sangat penting, karena membahas bagaimana negara dan pemerintah daerah memperhatikan dan memanusiakan penyandang disabilitas.
"Ini menjadi penting karena disabilitas semua coba lakukan di negara ASEAN. Untuk bagaimana penanganan disabilitas ini lebih manusiawi dan lebih baik terus, mulai anak-anak sampai orang tua," tegasnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini juga ingin menunjukkan kepada penyandang disabilitas yang sudah diberikan pelatihan bisa hidup mandiri. Bahkan, kata Risma, penyandang disabilitas yang sudah mendapatkan pelatihan berkelanjutan sudah bisa keluar dan tidak lagi menerima bansos.
"Saya ingin menunjukkan orang-orang disabilitas kalau kita berikan perhatian, kita latih mereka untuk keberlanjutan penghidupannya, maka mereka bisa. Ini ada beberapa video yang kita tampilkan, ternyata dia bisa keluar penerima bansos dan menunjukkan mereka bisa," bebernya.
Ia berharap disabilitas di Indonesia, khususnya Sulsel bisa mendapatkan aksesibilitas pendidikan dan perizinan usaha. "Kita berharap tentang aksesibilitas pendidikan untuk saudara kita dan anak kita," tegasnya.
Selain itu, Risma juga menjelaskan alasan Sulsel ditunjuk menjadi tuan rumah Forum AHLF. Makassar dinilai sangat unik dan memiliki peninggalan dan peradaban yang bisa dikenalkan kepada dunia. Ia menyebut banyak peradaban di Sulsel yang kurang dieksplorasi kepada publik.
"Makassar unik sekali, mereka punya peninggalan yang menurut saya kita perlu kenalkan ke seluruh dunia, dan itu terkait dengan peradaban. Banyak yang sebetulnya ingin tahu, tapi tidak pernah dieksplor ke publik tentang kekayaan peradaban di Sulsel. Karena itu saya punya ide bagaimana mengangkat ini supaya peradaban di Sulsel luar biasa ini bisa tereksplor ke dunia luar," sebutnya.
Meski demikian, Risma mengakui tidak mudah mengeksplorasi peradaban di Sulsel. Ia menyebut faktor fasilitas bagi penyandang disabilitas masih sangat minim.
"Tapi memang tidak mudah saat itu, kita harus membuat, kita harusnya memberi fasilitas terutama pada saudara kita yang disabilitas. Untuk kita siapkan dan bangun. Saat kita yang bangun yang kerjakan harus orang disabilitas agar mereka bisa buktikan mereka juga bisa," sebutnya.
Sebelumnya, Risma sempat mengunjungi Taman Pra Sejarah Leang-leang, Kabupaten Maros. Di tempat itu, Risma meninjau fasilitas bagi penyandang disabilitas agar bisa mempelajari sejarah di Taman Leang-leang.
Tak hanya Taman Pra Sejarah Leang-leang, Risma juga mengunjungi Sentra Wirajaya Kementerian Sosial (Kemensos) di Jalan Andi Pangeran Pettarani, Makassar. Sentra Wirajaya merupakan pusat pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas.
Mereka dibekali pendidikan dan keterampilan untuk mampu berwirausaha. Contohnya, dilatih dalam keahlian terkait, menjahit, memasak, kemampuan service alat elektronik dan masih banyak lagi.
Sementara Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mengapresiasi dan memberi penghargaan kepada Kemensos yang melaksanakan Forum AHLF. Kahfi mengaku kegiatan ini merupakan bentuk keberpihakan negara-negara ASEAN kepada penyandang disabilitas.
"Kegiatan ini sebagai bentuk keberpihakan ASEAN dalam menjunjung tinggi harkat dan martabt saudara kita menyandang disabilitas. Dalam UU terkait disabilitas, memang Indonesia di dorong membangun kerja sama untuk kepedulian kepada disabilitas," ujarnya.
Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sulsel ini mengatakan, penyandang disabilitas bisa menunjukkan potensinya. Dengan diberikan ruang, penyandang disabilitas tidak lagi bergantung pada bantuan dan bisa hidup mandiri.
"Kekurangan fisik bukan menjadi penghalang. Kita bisa lihat tadi, mereka bisa sangat mampu. Kita harus berikan disabilitas, sehingga mereka tidak bergantung dan bisa mandiri. Intinya kita bisa memberi ruang kepada saudara-saudara disabilitas," pungkasnya.