Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menuju DKI 1 (2): Prediksi, kalkulasi dan feeling

Menuju DKI 1 (2): Prediksi, kalkulasi dan feeling Pemungutan suara Pilkada. merdeka.com/dok

Merdeka.com - Jika survei menjadi parameter menentukan calon kepala daerah, maka hal itu tidak berlaku di Jakarta. Pemilih Jakarta tak hanya cerdas, tapi juga tega.

Pernahkah petahana bisa bertahan atau memenangkan pemilihan kembali di DKI Jakarta? Jika pertanyaan itu ditujukan untuk jabatan gubernur, maka belum jelas jawabnya, karena DKI Jakarta baru sekali ada pemilihan gubernur, yakni Pilkada 2007.

Namun jika hal itu ditanyakan untuk pemilihan anggota legislatif, maka jawabnya jelas: pemenang pemilu legislatif di Jakarta tidak pernah bisa mengulangi kesuksesannya secara berturut-turut. Pada Pemilu 1999, PDI Perjuangan menang; tapi lima tahun kemudian partai itu dikalahkan oleh PKS; dan Pemilu 2009 lalu Partai Demokrat (PD) juara.

Orang lain juga bertanya?

Tak hanya pasca-Orde Baru, Golkar juga selalu gagal menghegemoni Jakarta sepanjang kekuasaan Orde Baru. Saat itu, PPP dan PDI sempat berjaya, meskipun kedua partai itu tidak memiliki keleluasaan dan pendanaan yang cukup.

Sikap pemilih Jakarta yang demikian itu, tidak hanya menandakan bahwa mereka masuk tipologi pemilih cerdas, tetapi juga bisa dikatakan sebagai pemilih tega.

Disebut cerdas, karena pemilih Jakarta tingkat pendidikan dan melek politiknya tinggi, karena mereka dengan mudah mengakses informasi. Mereka juga tidak terkungkung oleh ideologi tertentu, sehingga mereka tidak segan untuk mengalihkan suaranya ke partai lain, jika partai lain itu memberi harapan.

Pemilih Jakarta juga tega. Mereka mencatat betul janji dan perilaku partai yang dipilihnya. Jika mencederai atau kinerja buruk, mereka menolak untuk memilihnya kembali, tetapi juga akan memilih partai baru dan berusaha memenangkannya. Jadi, pemilih Jakarta menghukum dua kali partai yang mengecewakannya: tidak memilihnya lagi dan menciptakan pemenang baru.

Tipologi pemilih cerdas dan tega itulah yang membuat elite partai politik tidak gentar menghadapi petahana Fauzi Bowo alias Foke, meskipun hampir semua survei pemilih Jakarta menunjukkan, elektabilitas Foke paling tinggi di antara calon-calon lain. 

Tapi hasil survei itu bisa jadi tidak mencerminkan sikap politik warga Jakarta yang sesungguhnya pada saat hari H pemilihan nanti, jika muncul calon kuat yang bisa segera menandingi popularitas Foke. Pilihan Partai Golkar dan PPP pun jatuh pada Alex Noerdin.

Alex adalah kepala daerah sukses di Kabupaten Musi Banyuasin dan Provinsi Sumatera Selatan. Dia tipe pemimpin visioner, tegas dan cepat mengambil keputusan. Tak ada yang meragukan kemampuannya dalam memimpin daerah. Ini kontras dengan kepemimpinan Foke yang lamban dan tidak tegas. Jakarta mau dibawa ke mana?  Tidak pernah ada rumusan jelas yang datang dari Foke.

Alasan pemilih cerdas dan tega itu pula yang membuat elite PDI Perjuangan membawa nama Jokowi. Sebagai walikota yang sukses membangun Solo, popularitas Jokowi mampu melampaui batas-batas kota Solo dan Provinsi Jawa Tengah. Banyaknya orang Jawa yang jadi penduduk di Jakarta juga jadi salah satu pertimbangan.

Baik Alex maupun Jokowi, namanya jelas belum masuk dalam daftar layak pilih oleh survei-survei yang dilakukan di Jakarta. Sebab selama ini, kedua nama itu tidak masuk dalam survei. Jikapun responden diminta menjawab pertanyaan terbuka siapa nama calon gubernur Anda?

Oleh penduduk Jakarta, nama Alex dan Jokowi mungkin tak terbayangkan akan jadi gubernur DKI Jakarta. Pertama, mereka bukan orang Jakarta; kedua, mereka masih menjabat dalam posisinya masing-masing.

Oleh karena itu, jika elite Partai Golkar, PPP dan PDI Perjuangan, berani mengajukan Alex dan Noerdin, maka jelas bukan survei yang jadi pertimbangan. Tetapi lebih karena feeling, bahwa pemilih Jakarta akan menghukum Foke sekaligus menciptakan pemenang baru. (mdk/ren)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Hamdan Zoelva: Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Kemunduran Demokrasi, Ini Masalah Besar
Hamdan Zoelva: Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Kemunduran Demokrasi, Ini Masalah Besar

"Ini benar-benar memberikan kesimpulan yang sangat kuat, bahwa demokrasi mundur dan ini tidak boleh terjadi," kata Hamdan Zoelva.

Baca Selengkapnya
DPRD DKI Tolak Wacana Gubernur Jakarta Dipilih Langsung Presiden: Karena Merenggut Hak Rakyat Memilih
DPRD DKI Tolak Wacana Gubernur Jakarta Dipilih Langsung Presiden: Karena Merenggut Hak Rakyat Memilih

Fraksi DPRD DKI Jakarta menolak wacana kebijakan gubernur dipilih langsung presiden usai Ibu Kota berpindah ke IKN, Kalimantan Timur

Baca Selengkapnya
Tolak RUU DKJ, Politisi NasDem: Aneh Jika Ada Pihak Coba Kebiri Hak Warga Jakarta
Tolak RUU DKJ, Politisi NasDem: Aneh Jika Ada Pihak Coba Kebiri Hak Warga Jakarta

Ivan menambahkan kerukunan, keamanan dan kedamaian warga Jakarta dalam berdemokrasi bisa menjadi acuan bagi daerah lain.

Baca Selengkapnya
Aturan Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, Pimpinan Komisi II DPR Anggap Hak Demokrasi Warga Jakarta Dikebiri
Aturan Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, Pimpinan Komisi II DPR Anggap Hak Demokrasi Warga Jakarta Dikebiri

Usulan gubernur dan wakil gubernur Jakarta ditunjuk oleh Presiden usai tak menjadi ibu kota diatur dalam Rancangan Undang-undang Daerah Kekhususan Jakarta.

Baca Selengkapnya
Mendagri soal RUU DKJ: Pemerintah Tidak Setuju Gubernur Ditunjuk Presiden
Mendagri soal RUU DKJ: Pemerintah Tidak Setuju Gubernur Ditunjuk Presiden

Mendagri Tito mengatakan, pihaknya belum menerima surat dari DPR maupun draf RUU DKJ itu.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Survei Indikator Soal Dampak Bansos di Pilkada
VIDEO: Survei Indikator Soal Dampak Bansos di Pilkada "2017 Ahok Kalah di Jakarta"

Burhanuddin Muhtadi menilai efek bansos tidak signifikan pada Pilkada Jakarta

Baca Selengkapnya
Mendagri Tito Sebut RUU DKJ Adalah Inisiatif DPR
Mendagri Tito Sebut RUU DKJ Adalah Inisiatif DPR

Mendagri belum menerima surat dari DPR maupun draf RUU DKJ.

Baca Selengkapnya
LSI: Jumlah Pemilih Jakarta ke TPS Tinggi, Tapi Terbuka Peluang Coblos Semua Kandidat
LSI: Jumlah Pemilih Jakarta ke TPS Tinggi, Tapi Terbuka Peluang Coblos Semua Kandidat

Terkait dengan angka 93,3 persen itu belum dapat dipastikan jika pemilih untuk tidak golput.

Baca Selengkapnya
RK Tak Peduli Elektabilitasnya Rendah: Survei hanya Menentukan Mood Masyarakat Hari Ini, Bukan Takdir
RK Tak Peduli Elektabilitasnya Rendah: Survei hanya Menentukan Mood Masyarakat Hari Ini, Bukan Takdir

Rasa optimis RK itu disampaikan dalam sebuah diskusi yang dihadiri bersama para anak muda di M Blok Space, Jakarta Selatan, pada (20/8).

Baca Selengkapnya
Survei Indikator: Anies Unggul Jauh dari Ahok dan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta
Survei Indikator: Anies Unggul Jauh dari Ahok dan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta

Dengan asumsi metode simple random sampling ukuran sampel 800 responden

Baca Selengkapnya
PDIP Wanti-Wanti Ridwan Kamil Soal Pilkada: Apakah Mau Sesuatu Hal Kurang Pasti
PDIP Wanti-Wanti Ridwan Kamil Soal Pilkada: Apakah Mau Sesuatu Hal Kurang Pasti

PDI Perjuangan menilai Ridwan Kamil lebih pasti jika maju di Pilkada Jawa Barat ketimbang Jakarta.

Baca Selengkapnya
Poltracking Jelaskan Proses Survei Pilkada Jakarta, Tegaskan Bukan Konsultan Salah Satu Kandidat
Poltracking Jelaskan Proses Survei Pilkada Jakarta, Tegaskan Bukan Konsultan Salah Satu Kandidat

Hal ini menanggapi perbedaan hasil survei Poltracking Pilgub Jakarta hingga memutuskan keluar dari Persepi. Poltracking juga diberi sanksi oleh Persepi.

Baca Selengkapnya