Penghuni sel mewah di Lapas Cipinang bakal dipindah ke Nusakambangan
Merdeka.com - Kasus jual beli fasilitas mewah di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) kembali terjadi. Teranyar, BNN menemukan adanya sel mewah kepada narapidana narkoba Haryanto Chandra alias Gombak di Lapas Cipinang.
Temuan ini membuat Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meradang. Yasonna berencana memindahkan Haryanto Chandra ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
"Yang berikutnya itu napinya, siapa namanya, Chandra akan saya pindahkan ke Nusakambangan. Tetapi sekarang kan masih di bawah BNN. Jadi jangan juga seolah-olah ada kesan yang tidak kita biarkan masuk," kata Yasonna usai buka puasa bersama Komisi III di Masjid Baiturrahman, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/6).
-
Apa yang diduga dilakukan di Lapas Cebongan? Petugas kepolisian dari Polresta Sleman menyelidiki dugaan pungli jual beli kamar tahanan di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sleman atau Lapas Cebongan, Sleman.
-
Kenapa polisi menyelidiki dugaan pungli di Lapas Cebongan? Penyelidikan kasus dugaan pungli di Lapas Cebongan ini berawal dari laporan keluarga warga binaan.
-
Siapa yang diduga melakukan pungli di Lapas Cebongan? Kelik Sulistyanto mengakui memang ada oknum yang diduga melakukan pungli.
-
Di mana penjara over kapasitas di Jawa Tengah? Berbagai cara untuk menanggulanginya mulai pendistribusian narapidana ke tempat-tempat yang masih longgar hingga program asimilasi.
-
Di mana penjara ditemukan? Arkeolog mengumumkan penemuan penjara dalam toko roti di reruntuhan kota kuno Pompeii di Italia.
-
Mengapa Harsono Tjokroaminoto disekap? Ia ditangkap karena ikut dalam gerakan pemuda Indonesia yang hendak meruntuhkan pemerintahan Jepang.
Yasonna mengaku telah memerintahkan Dirjen Pemasyarakatan I Wayan Dusak menyurati BNN untuk meminta daftar nama-nama jaringan narkoba yang mendekam di Lapas. Jaringan-jaringan narkoba itu nantinya akan langsung dipindahkan ke Lapas Nusakambangan.
"Tadi saya sudah minta pada Dirjen menyurati BNN. seperti yang kejadian sebelumnya supaya meminta daftar yang seluruh ditengarai punya jaringan narkoba karena kami tidak punya alat," tegasnya.
Lapas Nusakambangan, kata Yasonna, akan mendapat pengawasan super ketat dari petugas baik dari kepolisian, BNN, dan semua pihak terkait. Dilibatkannya BNN dalam pengawasan karena mereka memiliki alat yang mampu mendeteksi praktik peredaran narkoba di dalam Lapas.
Peredaran narkoba dari dalam Lapas juga tak lepas dari peran petugas yang tergoda iming-iming uang dari para jaringan narkoba. "Di situ ada polisi, BNN dan semua pihak jadi untuk mengurang apa yang dikatakan potensi jaringan itu. Kami enggak punya alat. Kami enggak tahu seperti apa bahwa mereka memainkan. Pasti ada lah petugas yang lemah dengan uang. Nah itu yang kita mainkan," tandasnya.
Sebenarnya, Kemenkum HAM telah memiliki alat pendeteksi peredaran narkoba di Lapas. Akan tetapi, menurut Yasonna, alat tersebut belum dipasang.
"Kita sudah punya beberapa alat tapi mungkin sudah masuk sebelum alat kita install, kami kan dapat APBN-Perubahan yang lalu. Ada beberapa alat canggih yang kita masukkin, hanya itu mungkin dimasukkin sebelum alat itu datang," ungkapnya.
Bagi petugas Lapas yang kedapatan menerima suap, Yasonna menegaskan bakal mengambil tindakan tegas. Tak tanggung-tanggung, petugas menerima atau memeras para napi akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan penyuapan.
"Soal memeras napinya yang terjadi di rutan ini semua. Saya sudah katakan enggak ada kompromi lagi, langsung main keras. Kalau ada yang dikasih pidana dan penyuapan dan lain-lain, saya serahkan kepada polisi," ujar Yasonna.
Sebelumnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) membongkar tindak pidana narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dilakukan oleh para bandar dari dalam lapas. Dalam operasi kali ini mereka berhasil menyita dengan total aset sejumlah kurang lebih Rp 39.606.000.000.
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso mengatakan, barang bukti tersebut diamankan dari 4 orang tersangka berinisal LLT, A, CJ dan CSN alisa Calvi dimana mereka masuk dalam jaringan Haryanto Chandra alias Gombak. Mereka ditangkap dalam sel mewah ketika sedang mengonsumsi sabu.
"Di dalam lapas mereka masih bisa bekerja luar biasa, dan mereka di lapas bisa langsung mengonsumsi sabu secara bebas ini yang luar biasa," katanya di Kantor BNN, Selasa (13/6).
Dia mengungkapkan, Haryanto Chandra alias Gombak masih mendapat fasilitas mewah. Sehingga Gombak masih bisa mengendalikan praktik jual beli di dalam lapas. Seperti terdapat laptop, ipad, wifi, sampai CCTV.
"Kenapa mereka selalu bekerja karena mereka mendapatkan peluang fasilitas dan dukungan, apapun ini fakta demikian mereka bekerja di lapas karena dapat dukungan dari oknum yang ada di lapas. Buktinya mereka bisa bunya laptop, iPad bahkan bisa pasang CCTV ini sangat luar biasa koordinasinya mudah. Bahkan mereka masih aktif melakukan kegiatan jaringannya yang berada di luar lapas," jelasnya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Muhyani tidak pernah terbayang dan sangat terpukul saat harus berurusan dengan hukum.
Baca SelengkapnyaHarun Masiku akhirnya ditetapkan sebagai tersangka pada tahun 2020 bersama tiga orang tersangka lain
Baca SelengkapnyaJenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Basuki menggantikan Bambang Susantono yang mengundurkan diri dari Kepala Otorita IKN.
Baca SelengkapnyaMomen AHY blusukan ke Manado, satu hari setelah dilantik jadi Menteri ATR/BPN.
Baca SelengkapnyaYasonna meminta agar seluruh anak buahnya untuk dapat mengenang jasa para pahlawan.
Baca Selengkapnya"Perlu kami sampaikan bahwa adanya informasi mengenai permintaan ke salah satu pawang hujan dari Banyuwangi itu hoaks" kata Dirjen IKP Kemenkominfo.
Baca SelengkapnyaMeski membawa para suster, Atta dan Aurel Hermansyah kompak mengurus putri-putrinya sendiri saat berada di dekat Ka'bah.
Baca SelengkapnyaApabila ditafsirkan, penanda datangnya malam merupakan ketika matahari tenggelam
Baca Selengkapnya