Ramah Lingkungan, IKN Berkomitmen Jadi Kota Berkelanjutan
Hal tersebut diungkapkan Diani Sadiwati sebagai Staf Khusus Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Otorita IKN.


Kenapa aspek keberlanjutan ini penting? Sebab, untuk mereson berbagai perubahan yang terjadi di masa yang akan datang. Menariknya, aspek-aspek hunian masa depan tersebut bisa ditemukan di Ibu Kota Negara (IKN). Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Staf Khusus Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Otorita IKN, Diani Sadiwati. Menurutnya pembangunan IKN berprinsip pada kota berteknologi tinggi yang ramah lingkungan.
IKN yang sedang dalam tahap pembangunan hingga 2045 ini berlokasi di Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur. IKN dibangun dengan komposisi 25% untuk kota dan huniannya, sedangkan 75% adalah ruang terbuka hijau.
"Bangunan IKN dibuat lebih ramah lingkungan, dengan komitmen menjadi kota berkelanjutan, sebagai smart city, smart living. Semua berbasis pada teknologi juga. Serta, dirancang untuk menjadi superhub ekonomi di masa depan. Dalam jangka panjang, diharapkan IKN dapat menumbuhkan lagi, memperkuat lagi identitas nasional dan keberagaman bangsa yang selama ini sudah ditekankan dengan Bhinneka Tunggal Ika,” jelas Diani.
© 2023 merdeka.com

Pentingnya Membuat Kota Layak Huni
Sementara itu, Direktur TOWNLAND, Monika Indirasari menekankan pentingnya membuat kota yang layak huni dalam mencapai konsep kota yang berkelanjutan.
Menurut Monika kelayakan tersebut terukur dari konektivitas yang tinggi, sehingga penghuninya dapat berpindah dari satu area ke area lain sesuai kebutuhan mereka dengan cepat sekaligus nyaman.“Berkaca dari IKN sebagai salah satu contoh kota yang dibuat ramah lingkungan, kita menciptakan Ten Minutes City," imbuh Monica.
Artinya apa? Segala fasilitas publik di kota tersebut dapat dijangkau dalam jarak dekat dan cepat. Orang juga jadi nyaman berpindah tepat dengan jalan kaki ke mana pun sehingga mengurangi penggunaan kendaraan dan polusi udara.
Monika juga melihat IKN sebagai salah satu kota yang akan menjadi Sponge City. Artinya, IKN memiliki kemampuan untuk mengelola air hujan yang ditampung dulu sehingga airnya lebih bersih ketika dialirkan ke saluran kota. Jadi, tidak membebani saluran kota.
© 2023 merdeka.com

Lima Elemen Iklim yang Harus Diperhatikan Saat Membangun Hunian
Sementara menurut Founder dan Principal Studio ArsitektropiS, Ren Katili ada lima elemen iklim yang perlu diperhatikan dalam membangun hunian di Indonesia.
Kelima elemen iklim yang perlu diperhatikan tersebut adalah tingginya radiasi matahari, temperatur tinggi, kelembapan, curah hujan, tapi kecepatan anginnya rendah.Menurut Ren seringkali masyarakat Indonesia tidak paham mengenai iklim di Indonesia sendiri yang membuat huniannya tidak sustainable. Akibatnya, blunder, dengan membangun rumah bergaya luar negeri.
"Ketika berada dalam rumah, jadi kepanasan, akhirnya rela membayar tagihan listrik yang tinggi karena penggunaan AC. Kita pun mengambil hak generasi selanjutnya karena sumber daya alam jadi menipis,” jelas Ren.
Ia menambahkan, "Sama seperti memakai baju, kita juga harus merespons iklim di Indonesia ketika membangun rumah dengan membuatnya terasa nyaman tanpa perlu tambahan peralatan elektronik yang menghabiskan energi." Menurut Ren, "Pembangunan hunian di IKN bisa menjadi tren atau panduan ketika membangun rumah. Saya melihat bangunan-bangunan di kota tersebut dapat merespons lima elemen iklim di Indonesia."
Ren juga menambahkan jika dengan membuat hunian yang mampu merespons kondisi iklim, pada akhirnya, memberikan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian. Pasalnya, hunian yang sesuai kondisi iklim dapat menghemat pengeluaran dalam pemakaian energi.

Bisa Mengakomodasi Kebutuhan Perempuan dan Anak
Menurut Diani, IKN sendiri berupaya agar penduduk perempuan setempat dapat mengakses berbagai fasilitas dan berperan dalam pengambilan keputusan di IKN.
Diani juga menambahkan IKN juga akan memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan kepada penduduk perempuan setempat, seperti pembuatan hidroponik, membatik, memasak, menjadi barista, berbahasa Inggris. Tujuannya, untuk meningkatkan penghasilan mereka.
© 2023 merdeka.com
Hal tersebut turut diamini oleh Monica. Menurutnya, kota disebut layak huni ketika mampu merespons kebutuhan perempuan dan anak-anak."Aktivitas perempuan yang luas, dari berkantor hingga mengurus rumah tangga, harus diberikan ruang yang fleksibel untuk mengakomodasi hal tersebut. Fasilitas dalam kota dibuat terintegrasi dan compact guna memudahkan mobilitas," pungkasnya.