Ratusan Siswa Jawa Timur-Bali, Buat Jembatan Berbahan Spageti di Banyuwangi
Merdeka.com - Ratusan siswa-siswi dari 30 sekolah di Provinsi Jawa Timur dan Bali mengikuti lomba membuat desain hingga konstruksi jembatan berbahan spageti. Bahan Spageti mentah yang belum dimasak menjadi mie, dipilih karena ringan dan keras, sehingga cocok sebagai uji coba pembuatan jembatan.
Lomba desain hingga membuat jembatan berbahan spageti ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi). Lomba membuat jembatan spageti hingga proses pengujian kekuatan jembatan berlangsung di Aula Poliwangi, Sabtu (16/11).
Pembimbing Himpunan Mahasiswa Sipil, Kampus Poliwangi Dora Melati Nurita Sandi mengatakan, lomba membuat jembatan berbahan spageti sudah rutin digelar selama 6 kali berturut turut tiap tahunnya.
-
Dimana saja jembatan di Banyuwangi dibangun? Tahun 2023 ini, pemkab melakukan pembangunan dan perbaikan sebanyak 52 jembatan yang tersebar di berbagai wilayah Banyuwangi, 10 di antaranya adalah jembatan rekonstruksi bencana.
-
Bagaimana proses perbaikan jembatan di Banyuwangi? Hingga saat ini, telah 47 jembatan yang rampung proses pengerjaannya. Termasuk sejumlah jembatan yang putus akibat banjir pada akhir 2022 lalu, telah selesai proses pengerjaanya dan bisa digunakan oleh masyarakat.
-
Bagaimana jembatan ini dibangun? Jembatan ini dibangun menggunakan rangka baja tipe Callender Hamilton dengan menggunakan dua profil siku ganda sebagai rangka jembatannya.
-
Bagaimana pembangunan jembatan ini dilakukan? “Pembangunan ini akan menambah akses jembatan baru, sehingga menjadi dua akses jembatan. Selain itu, akan dilakukan diperkuat jembatan eksisting yang sudah ada,“ jelas Gubernur Andi.
-
Bagaimana jembatan itu dibangun? Pondasi jembatannya terbuat dari batu andesit. Untuk penyangga di tiap ujungnya ada dua dan masing-masing penyangga terdiri dari empat seling besi.
-
Bagaimana jembatan bambu dibuat? Terlihat di lokasi bahwa jembatan hanya ditumpuk menggunakan 3 sampai 4 batang bambu saja. Warga juga merekatkannya menggunakan paku dan kawat, yang kekuatannya jauh dari kondisi standar.
Dia menjelaskan, bahan spageti dipilih sebagai uji coba pembuatan jembatan karena memiliki karakter yang keras, kaku dan ringan. Konsep tersebut di dunia konstruksi, kata Dora, juga menjadi cara untuk mengenalkan penggunaan bahan bangunan yang ramah terhadap kondisi alam yang rawan terjadi gempa maupun bencana.
"Pakai spageti itu karena ringan dan kaku. Di sipil melihat kondisi alam yang sering gempa, kita berusaha mendesain bangunan yang ringan dan kuat. Material yang bebannya berat dan besar mulai ditinggalkan," kata Dora.
Sebelum menggelar lomba membuat jembatan spageti, Poliwangi terlebih dahulu menggelar pembekalan kepada para siswa di sekolah-sekolah SMA serta SMK. Ratusan peserta yang mengikuti lomba sebelumnya telah melampaui proses uji desain konstruksi jembatan. Total terdapat 56 tim, dengan jumlah anggota tiap tim tiga orang, baik siswa laki-laki maupun perempuan.
"Kemudian pihak sekolah mengirimkan tim siswa dengan memberikan gambar desain, setalah lolos, mereka bikin jembatan sesuai desain gambar tadi," jelasnya.
Selama proses pembuatan jembatan spageti, panitia hanya menyediakan bahan spageti mentah, pisau pemotong dan lem cair. Peserta dilarang menggunakan bahan tambahan seperti tali saat proses membuat jembatan. Meski hanya menggunakan perekat lem, jembatan karya siswa ini mampu menahan beban hingga 20 kilogram.
"Nanti akan diuji dengan ditaruh beban timba dan diisi pasir secara bertahap hingga kekuatan maksimalnya kuat menahan hingga berapa kilo. Pengalaman tahun kemarin jembatan spagety dari peserta bisa menahan beban sampai 20 kilogram," katanya.
Desain-desain jembatan yang dibuat para siswa ini, kata Dora, murni dari ide kreatif para siswa. Selain sisi kekuatan jembatan, sisi desain yang mengusung kearifan budaya lokal juga menjadi penilaian tambahan.
"Berciri khas, ada temanya, mengusung budaya lokal. Itu yang memberi nilai plus. Kedua yang terkuat, dinilai kesesuaian dengan gambar, dan bisa memuat beban paling berat," jelasnya.
Jenis jembatan yang dikenalkan ke siswa, yakni desain lengkung dan pylon serupa jembatan Suramadu. Pihaknya berharap, lomba membuat desain jembatan, bisa mendorong generasi muda untuk berinovasi mendukung pembangunan infrastruktur negara yang aman dan nyaman.
"Kemudian melatih kepekaan mereka terhadap desain jembatan, desain bukan hanya rumah, gedung, jembatan-pun ada desainnya," katanya.
Sementara itu, peserta pembuatan jembatan spageti tampak yang berinovasi dalam proses pembuatan. Salah satunya, Arifani Cantika dari tim SMA Negeri 1 Rogojampi yang bertugas membuat serbuk dari spageti dengan cara dirampelas. Serbuk spageti berfungsi serupa semen, pasir, untuk memperkuat ikatan lem dalam tiap sambungan jembatan.
"Ini serbuknya dari spageti juga, caranya dihancurin pakai rampelas. Ini saya baru latihan Minggu kemarin sebanyak tiga kali," kata Cantika.
Saat membuat peserta dibatasi waktu selama 3 jam. Peserta harus mengoptimalkan bahan spageti yang dijatah dengan jumlah total berat 175 gram dengan ukuran diameter 11 mili. Selain itu, kesesuai dengan desain gambar juga diselaraskan dengan ukuran jembatan panjang, lebar dan tinggi yang telah ditentukan panitia.
"Saya senang bisa ikut berkompetisi seperti ini, bertemu dengan hasil kreasi para siswa lainnya. Ini desain murni dari ide kami," ujarnya. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ipuk mengaku senang Banyuwangi menjadi tuan rumah berbagai event nasional maupun regional.
Baca SelengkapnyaKompetisi Kreasi Baris Berbaris akan berlangsung selama tiga hari Senin-Rabu, 23-25 September 2024. Kompetisi diikuti 96 tim dari tingkat SD,SMP dan SMA.
Baca SelengkapnyaTerbaru, destinasi liburan keluarga jembatan kaca di Bromo, Jawa Timur akan segera diresmikan. Berikut penampakannya yang begitu memukau.
Baca SelengkapnyaSelain punya wadah untuk memamerkan produk, para siswa juga bertemu dengan para pelaku seni dan usaha di Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaJembatan ini menyita perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara
Baca SelengkapnyaSalah satu jembatan ikonik di Kabupaten Lumajang sempat hancur diterjang banjir lahar Semeru. Tak butuh waktu lama, jembatan tersebut berubah menawan.
Baca SelengkapnyaMasih jadi tanda tanya mengapa jembatan ini dinamakan jembatan cincin
Baca SelengkapnyaJembatan baru dengan panjang sekitar 40 meter itu diklaim bisa tahan selama 50 tahun.
Baca SelengkapnyaDani mengatakan, proses revitalisasi jembatan dilakukan lantaran sebelumnya terdapat tiang penopang jembatan yang mengakibatkan menumpuknya sampah-sampah.
Baca SelengkapnyaSalah satu infrastruktur baru di IKN nantinya akan menjadi penghubung antara Kabupaten Penajam Paser Utara dengan Kota Balikpapan
Baca SelengkapnyaMeski sudah tak layak pakai, masih banyak kendaraan roda empat yang nekat lewat karena jembatan merupakan akses penghubung antara dua kabupaten.
Baca SelengkapnyaAjang IPITEX atau juga dikenal dengan Thailand Inventor’s 2024 digelar di Bangkok 2-6 Februari 2024
Baca Selengkapnya