Saat Manusia Kehilangan Nurani dan Empati
Merdeka.com - Warga Amborawang Darat, Samboja, Kutai Kartanegara, geger. Kaget bukan kepalang. Seorang anak 14 tahun yang biasa dilihat wara wiri, kini terbujur kaku. Tak bernyawa di dalam lumpur. Kondisinya mengenaskan setelah hilang seharian.
Pelakunya SA (37), bukan orang sembarang. Dia tetangga korban. Masalahnya sepele. Burung kesayangan yang digadai ke orangtua korban dijual. Sebab, SA tak mampu mengembalikan uang pinjaman sebesar Rp120 ribu kepada orangtua korban.
Ironisnya, setelah membunuh korban, SA memperkosa mayatnya. Kemudian dikubur di dalam lumpur, tak jauh dari rumah mereka.
-
Apa yang terjadi pada bocah di Tasikmalaya? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia tak berhenti menangis usai kepalanya tersangkut di kaleng wafer.
-
Apa yang terjadi pada korban? Sebuah kecelakaan maut melibatkan seorang mahasiswi yang baru pulang ‘dugem’ terjadi pada Sabtu (3/8) di Jalan Tuanku Tambusai jalur Selatan tepatnya di depan Penginapan Linda, Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga menabrak seorang ibu hingga tewas.
-
Apa yang terjadi pada bocah tersebut? Tampak kepala seorang bocah tersangkut di kolong roda bus. Diduga, bocah ini tengahh bermain di area parkiran bus.
-
Dimana kejadian kepala bocah tersangkut kaleng? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
-
Kenapa anak itu trauma? Tak hanya luka bakar yang tak kunjung sembuh, kini korban mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya “Aku kan biasanya buka jendela kalau pagi-pagi. Terus dia takut, 'jangan dibuka, aku takut kalau dibakar. Itu ada orangnya.' Jadi dia kayak trauma gitu“
-
Bagaimana kondisi korban setelah kejadian? Sialnya dokter menyatakan potongan kepala kelamin korban tak bisa disambung lagi. Parahnya lagi, korban terancam mengalami penyempitan saluran kemih dan berdampak ke ginjal. Hal itu karena korban susah buang air kecil.
Psikologis Forensik, Reza Indragiri mengatakan, kekejaman manusia merupakan hasil dari proses belajar.
"Kemampuan belajar kejahatan yang meningkat adalah pertanda bahwa pelaku punya kapasitas kecerdasan yang baik 'tidak luar biasa'," kata Reza saat dihubungi merdeka.com, Rabu (23/2).
"Karena itulah ada ungkapan bahwa pelaku kejahatan selalu dua, tiga langkah di depan hukum," tambah Reza.
Kasus kekejaman serupa juga terjadi di Desa Kampala, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sabtu (19/2) lalu. Gara-gara hal sepele. Hanya saling ejek. Dua petani saling baku hantam.
Bahkan satu di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Tangannya putus ditebas orang yang tak lain juga merupakan tetangganya sendiri.
Menurut Reza, lidah lebih tajam daripada sembilu. Dia mengungkap, mempertahankan harga diri sering menjadi pemicu terjadinya kasus kekerasan bahkan sampai pembunuhan.
"Kekerasan yang dilatarbelakangi oleh harga diri, semisal honor killing, menjadi masuk akal. Karena kita toh dilatih untuk menjunjung harga diri di atas segalanya. Juga 'tidak luar biasa'," ungkapnya.
Manusia seolah tak lagi memiliki hati nurani. Menurut Reza, ada beberapa motif kejahatan seperti motif emosional dan instrumental.
"Kalau bukan motif emosional, ya motif instrumental. Motif instrumental: Memperoleh manfaat dari aksi jahat. Misal duit, kemasyhuran, menutupi kejahatan lain, dan lain-lain," jelas dia.
Sadis Layaknya Hewan
Psikolog Forensik, Meyti lebih dalam mengungkap fenomena masyarakat yang kini lebih mengedepankan nafsunya ketimbang akal sehat. Bahkan, lebih sadis ketimbang hewan.
“Kadang perilakunya sudah menyerupai binatang. Manusia jadi lebih mudah marah, mudah diadudomba, mudah percaya dengan berita hoaks, mudah meluapkan emosinya dan kurang mau berpikir,” jelas dia.
Dengan perilaku demikian, menurut dia, manusia akan sangat mudah melakukan tindakan kekerasan dan cenderung sadis.
Dia mengungkap, penyebab perilaku-perilaku sadis manusia. Misalnya saja, pola asuh orang tersebut sejak masih kecil.
“Dicek pola asuhnya gimana dulu, ada juga masa kecil yang kurang bahagia. Memiliki trauma, perlakuan oleh orang dewasa di masa lalu kepadanya, lingkungan, pendidikan, pemahaman agama, kemiskinan dan lain-lain,” kata Meyti.
Sehingga harus dilakukan pemeriksaan untuk melihat apa motifasi orang tersebut melakukan perbuatan melawan hukum. Kemudian, lanjut dia, diperiksa juga apakah orang tersebut memiliki kepribadian sadisme, atau mungkin mengalami gangguan kepribadian lainnya.
“Atau mungkin gangguan jiwa, karena enggak ada manusia normal bisa sesadis itu,” tambah Meyti.
Menurut dia, tidak ada orang normal sanggup melakukan perbuatan sadis kecuali orang tersebut mengalami gangguan. Bisa gangguan kepribadian atau gangguan jiwa/mental.
Karena mengalami ‘gangguan', maka harus diperiksa psikologisnya seperti apa. Bagaimana latar belakang orang tersebut, apa motifnya melakukan perbuatan sadis. Bagaimana intelegensinya.
“Bisa jadi dia enggak paham/tidak bisa berpikir karena keterbatasan kognitif atau memang justru mengalami gangguan lainnya,” tegas Meyti lagi.
Termasuk kejahatan dilakukan oleh orang di lingkungan terdekat. Keluarga atau tetangga. Menurut dia, orang dengan gangguan kejiwaan tidak pernah melihat apakah calon korbannya tersebut keluarga atau tetangga.
“Karena sudah mati rasa, empatinya sudah enggak ada, logika sudah enggak jalan. Apalagi hatinya,” katanya.
Pembunuhan di Kukar
Kepolisian menetapkan SA (37) tersangka pembunuhan anak 14 tahun di Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Belakangan diketahui korban dipukul balok dan dibuang ke parit lalu disetubuhi. Jasad korban kemudian dikubur pelaku di area perkebunan.
Peristiwa itu dipicu utang uang Rp120 ribu tersangka kepada ayah korban dengan menggadaikan burung jalan peliharaan kesayangan pelaku. Karena tersangka tidak kunjung membayar, burung itu dijual ayah korban.
Tersangka SA menaruh dendam. Puncaknya pada terjadi hari Minggu (20/2) pagi. Korban diminta pergi ke warung oleh orangtuanya untuk membeli telur. Kebetulan tersangka nongkrong di warung itu. Pulang dari warung, tersangka mengikuti korban.
"Tersangka dua kali memukulkan kayu ulin 40 cm setebal 5 cm ke lengan kanan, dan pukulan kedua bagian belakang kepala, di antara tengkuk dan leher. Itu agak mematikan. Ada luka memar dan robek sekitar 5 sentimeter," kata Kapolsek Samboja AKP Adyama Baruna Pratama, saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (22/2).
Adyama menerangkan, tersangka memastikan korban tidak bernyawa dan menyeret korban ke arah parit, kemudian membuangnya di parit selebar 1,5 meter dengan kedalaman sekitar 2 meter. Saat itu, tersangka melihat sarung korban tersingkap.
"Jadi, korban saat pergi ke warung beli telur itu mengenakan jilbab, baju kemeja dan bawahan sarung. Karena tersingkap itu tersangka bernafsu dan menyetubuhi korban di dalam parit. Pengakuan tersangka, korban saat itu sudah tidak bernyawa," ujar Adyama.
"Ada beberapa menit, pelaku kembali ke warung untuk merokok dan ngopi. Korban ditinggalkan sementara begitu saja di dalam parit. Selesai merokok dan ngopi tersangka kebali, dan korban kemudian dipindahkan ke kebun berjarak sekitar 15 meter," tambah Adyama.
Di kebun itu, lanjut Adyama, tersangka sempat menggali tanah dan berlumpur menggunakan cangkul. "Korban kemudian dimasukkan ke dalam tanah yang sudah digali, kemudian ditutup tanah campur lumpur lagi dan bebatuan besar. Iya benar, itu untuk menutupi kuburan korban," sebut Adyama memastikan.
Tersangka dengan korban tinggal bertetangga. Kesehariannya tersangka tidak memiliki pekerjaan tetap, di samping aktivitas sehari-hari dia menjaga sarang burung walet di milik orangtuanya.
Dalam kasus itu, tim Reskrim Polsek Samboja bergerak cepat mengamankan semua barang bukti seperti kalung emas dan pakaian korban. Termasuk hasil visum jenazah dari korban yang dikeluarkan rumah sakit.
"Alat yang digunakan pelaku, potongan kayu ulin sudah kami sita. Juga cangkul untuk menggali tanah, batu-batu untuk menutup kubur korban itu adalah semen yang sudah mengeras," tambah Adyama lagi.
Untuk sementara penyidik menjerat tersangka dengan Undang-undang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara. Korban telah dimakamkan pada Senin (21/2) sore kemarin.
"Iya benar. Sakit hati sama bapaknya, dilampiaskan tersangka kepada anaknya," pungkas Adyama.
Diberitakan sebelumnya, jasad anak perempuan 14 tahun ditemukan terkubur di area kebun di Amborawang Darat, Samboja, Senin (21/2) pagi. Ternyata anak itu dilaporkan hilang orangtuanya ke Polsek Samboja sejak Minggu (20/2).
Pelaku SA ditangkap setelah dia berpura-pura ikut mencari korban. Di mana karena panik, dia justru berbeda arah pencarian bersama warga yang ternyata menuju ke gundukan tanah di mana dia mengubur usai membunuh dan menyetubuhi korban. Dia mengakui perbuatannya dan digelandang ke Mapolsek Samboja.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.
Baca SelengkapnyaKondisi itu dikarenakan Pegi mendengar kabar jika dirinya akan dipindah ke Nusakambangan.
Baca SelengkapnyaKondisinya sudah miring, dengan beberapa bagiannya berlubang. Bahkan, salah satu tali baja penopang beban juga putus.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pegi Setiawan dijenguk orang tuanya, Rudi Setiawan dan Kartini bersama pengacaranya di Mapolda Jabar, Selasa (4/6).
Baca SelengkapnyaMengonsumsi makanan bergizi, minum cukup air putih, dan tidur teratur adalah perawatan dasar untuk mencegah keriput.
Baca SelengkapnyaPada saat anak sedang sakit, orangtua biasanya akan mengalami sejumlah kebingungan. Penting bagi orangtua untuk memerhatikan sejumlah hal.
Baca Selengkapnya11 orang mengalami luka ringan dan sudah dinyatakan sembuh, serta 1 orang kini masih menjalani perawatan.
Baca SelengkapnyaKeringat yang berlebihan ini muncul bukan karena panas matahari atau pakaian Anda yang terlalu tebal, tapi bisa jadi karena masalah pada kesehatan Anda.
Baca SelengkapnyaPara peneliti di India baru-baru ini menemukan seekor katak hidup dengan jamur kecil tumbuh di sisi tubuhnya. Yuk, simak penjelasannya!
Baca Selengkapnya