Seskab Sebut Indonesia Alami Obesitas Regulasi
Merdeka.com - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Indonesia sedang mengalami obesitas regulasi. Hal itu ditandai dengan banyaknya regulasi yang mengikat, baik di tingkat kementerian, lembaga, maupun pemerintah daerah.
Berdasarkan data, kata Pramono, total regulasi di Tanah Air sebanyak 42.000. 42.000 Aturan itu merupakan gabungan dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), dan Keputusan Presiden (Kepres).
Kemudian Peraturan Menteri (Permen), Peraturan Gubernur (Pergub), Peraturan Wali Kota, dan Peraturan Bupati.
-
Apa rencana Prabowo terkait kementerian? Presiden terpilih Prabowo Subianto dikabarkan akan menambah jumlah kementerian lembaga menjadi 40.
-
Apa yang ditekankan Prabowo di sidang kabinet? Prabowo turut mengulas peringatan tegasnya kepada jajaran dalam sidang kabinet pertama beberapa waktu lalu, yang menekankan tekat kuat merealisasikan program makan bergizi gratis bagi siswa di sekolah dan ibu hamil.
-
Kenapa Prabowo ingin menambah kementerian? Kalau memang ingin melibatkan banyak orang menurut saya enggak masalah, justru semakin banyak semakin bagus kalau saya pribadi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (6/5).
-
Siapa yang mendorong Kemenpan RB buat aturan? Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mendorong Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) untuk membuat aturan yang bisa mencegah terjadinya kasus pelecehan seksual di kalangan aparatur sipil negara (ASN).
-
Apa itu Obligasi Pemerintah? Adapun obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah untuk mendapatkan pendanaan.
-
Bagaimana proses penentuan jumlah kementerian di Kabinet Prabowo-Gibran? Terkait jumlah kementerian, Dasco mengaku belum mengetahui pasti berapa jumlah penambahan Kementerian/Lembaga. Ia menyebut Prabowo masih menggodok jumlah nomenklatur.
"Sehingga Indonesia dapat dikatakan sedang mengalami obesitas regulasi. Benar-benar ini menjadi problem yang sangat serius bagi bangsa kita," kata Pramono saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Nasional Reformasi Hukum: Menuju Peraturan Perundang-undangan yang Efektif dan Efisien di Ballroom Grand Hyatt, Jalan M.H. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta, Rabu (28/11).
Seminar Nasional ini dihadiri Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, dan Ketua Komisi Yudisial Jaja Ahmad Jayus. Ada juga Ketua Ombudsman Amzulian Rifai, Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi, dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki.
Pramono melanjutkan, banyaknya regulasi memicu rendahnya produktivitas anak bangsa dan pembangunan nasional. Selain itu, obesitas regulasi menjadikan peringkat Indonesia terendah dalam pelbagai penilaian di dunia internasional.
Sebagai contoh, indeks kualitas peraturan atau regulatory quality index yang dikeluarkan oleh Bank Dunia pada 2016, menempatkan Indonesia pada kedudukan 93 dari 193 negara. Peringkat ini lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya.
"Padahal Indonesia baik oleh Bank Dunia McKinsey diprediksi pada tahun 2045 akan menjadi empat atau lima kekuatan ekonomi dunia," sambungnya.
Presiden Joko Widodo sendiri telah mewanti-wanti agar kementerian, lembaga, maupun pemerintah daerah untuk memangkas regulasi yang tidak penting. Jokowi juga kerap menekankan agar pelbagai pihak terkait tidak membuat Undang-Undang yang justru menghambat kemajuan bangsa.
"Tidak jarang regulasi membatasi keluwesan pemerintah dan mengakibatkan pembangunan nasional menjadi terhambat," tegasnya.
Secara terpisah, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki mengatakan obesitas regulasi menghambat perekonomian Indonesia. Dia menyebut, ada empat hal yang menyandera regulasi di Tanah Air.
Satu, kualitas regulasi rendah. Dua, jumlah regulasi terlalu banyak. Tiga, kurangnya pemahaman pembuat regulasi. Selama ini, kata Teten, regulasi dianggap sebagai satu-satunya kebijakan.
"Empat, tanpa ada otoritas tunggal. Kita rasakan kenapa regulasi banyak, karena tanpa otoritas tadi," kata dia. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kendati demikian, kata Eddy, Gapki tidak mempermasalahkan penambahan Kementerian Lembaga di kabinet Merah Putih Presiden Prabowo.
Baca SelengkapnyaKepala negara meminta apa yang dipelajari negara lain juga dipelajari Indonesia. Jokowi meminta RI bergerak adaptif guna menghadapi kompetitor.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo juga menyinggung terkaiit koncoisme
Baca SelengkapnyaShinta Kamdani mengungkap, usai pihaknya bertemu Menkes, para pengusaha akan diberikan ruang untuk konsultasi lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto mengakui jumlah kementerian yang dibentuknya memang besar.
Baca SelengkapnyaPenambahan 44 kementerian ini berpotensi untuk mengancam pelaksanaan program prioritas.
Baca SelengkapnyaTembakau sebagai ekosistem yang memiliki jutaan nasib.
Baca SelengkapnyaSaid meminta supaya pemerintahan yang baru segera menyiapkan semua regulasi seperti Perpres. Sehingga setiap kementerian bisa segera berkolaborasi dengan DPR.
Baca SelengkapnyaCak Imin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti bersama Anies Baswedan, harus dilandasi pada objektifitas, kalkulatif dan memahami skala prioritas.
Baca SelengkapnyaProtes yang dilayangkan banyak mencermati kurangnya partisipasi publik dalam penyusunan peraturan-peraturan terkait kesehatan.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga mengatakan, hasil rapat terbatas bersama Prasiden Joko Widodo (Jokowi) meminta ada perubahan aturan untuk memperlancar masuknya barang impor.
Baca SelengkapnyaKeluhan ini disampaikan ke publik karena Kemenperin melihat ini adalah kepentingan publik.
Baca Selengkapnya