Kabinet Prabowo Super Gemuk, Pengusaha Kelapa Sawit Khawatir Ada Tumpang Tindih Kebijakan
Kendati demikian, kata Eddy, Gapki tidak mempermasalahkan penambahan Kementerian Lembaga di kabinet Merah Putih Presiden Prabowo.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) merespons terkait kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto yang dinilai gemuk, alias terdapat 48 Kementerian.
Diketahui dalam susunan kabinet tersebut terdiri dari tujuh Kementerian Koordinator (Kemenko) hingga 41 Kementerian Teknis. Selain itu, Prabowo juga membentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN), penasihat khusus Presiden, utusan khusus Presiden, Staf khusus Presiden.
Selain itu, Prabowo juga membentuk Badan Gizi Nasional, Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono mengkhawatirkan akan terjadi tumpang tindih kebijakan antar Kementerian dan Lembaga terkait. Sehingga, dikhawatirkan akan membuat dunia usaha kebingungan, termasuk usaha di sektor sawit.
"Kita terlalu banyak Kementerian dan Lembaga Pemerintah, malah kebijakan itu dikhawatirkan akan tumpang tindih," kata Eddy dalam konferensi Pers IPOC 2024, Selasa (22/10/2024).
Sebelumnya, Gapki berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) terkait kebijakan dibidang sawit. Namun, sekarang ada DEN, sehingga membuat koordinasi semakin kompleks.
Kendati demikian, kata Eddy, Gapki tidak mempermasalahkan penambahan Kementerian Lembaga di kabinet Merah Putih Presiden Prabowo selama berdampak baik terhadap iklim usaha, khususnya di sektor sawit.
"Sekarang ditambah DEN. Kita mendukung pak Prabowo ini mencapai untuk ketahanan energi, pangan, termasuk pertumbuhan ekonomi 8 persen," pungkasnya.
Gapki Gelar IPOC 2024
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) kembali akan menggelar 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024) yang akan diadakan pada tanggal 6-8 November 2024 di Bali International Convention Center, The Westin Resort, Nusa Dua, Bali.
IPOC kali ini mengusung tema "Seizing Opportunities Amidst Global Uncertainty". Konferensi ini diharapkan menjadi forum strategis untuk membahas berbagai peluang di tengah ketidakpastian global.
Bendahara Umum Gapki sekaligus Ketua Panitia Pelaksanaan IPOC 2024 Mona Surya, mengatakan IPOC 2024 direncanakan akan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, serta menghadirkan sejumlah menteri lain, seperti Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
"Konferensi ini juga akan menyajikan analisis mendalam mengenai situasi pasar minyak nabati global, dengan fokus pada perkembangan dan dinamika terkini yang memengaruhi industri minyak sawit," kata Mona dalam konferensi pers IPOC 2024, Selasa (22/10).
Selain itu, dalam IPOC 2024 juga akan dibahas mengenai berbagai kebijakan minyak sawit Indonesia, perspektif pasar dari negara-negara pengimpor, serta analisis pasokan dan permintaan minyak sawit dunia akan menjadi topik pembahasan utama dalam IPOC 2024 ini.
Para pakar terkemuka di bidang minyak nabati seperti Thomas Mielke (Oil World), Julian McGill (Glenauk Economics), Nagaraj Meda (Transgraph), dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd) dijadwalkan hadir untuk memberikan pandangannya mengenai tren harga di masa depan.
Mona menyebut bahwa IPOC telah menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan di industri kelapa sawit, baik di tingkat nasional maupun internasional selama 19 tahun terakhir. Dalam penyelenggaraan dua hari tersebut mencakup konferensi, pameran produk, perkembangan teknologi, dan layanan terbaru di industri kelapa sawit.