Sidang Tragedi Kanjuruhan, Ketua Panpel Arema FC Divonis 1,5 Tahun Penjara
Merdeka.com - Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya menjatuhkan pidana selama 1 tahun 6 bulan (1,5 tahun) penjara kepada Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC Abdul Haris. Hukuman dijatuhkan karena dia dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kelalaian sehingga menyebabkan Tragedi Kanjuruhan.
Amar putusan ini dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Abu Achmad Sidqi Amsya, serta hakim anggota Mangapul dan I Ketut Kimiarsa, Kamis (9/3).
"Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan," kata Hakim Ketua Achmad Sidqi membacakan putusan.
-
Bagaimana Kejagung mengusut kasus ini? “Iya (dua penyidikan), itu tapi masih penyidikan umum, sehingga memang nanti kalau clear semuanya kita akan sampaikan ya,“ tutur Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana di Kejagung, Jakarta Selatan, Senin (15/5/2023). Direktur Penyidikan (Dirdik) Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejagung, Kuntadi mengatakan, dua kasus tersebut berada di penyidikan yang berbeda. Meski begitu, pihaknya berupaya mendalami temuan fakta yang ada.
-
Apa pasal yang dikenakan pada pelaku? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Kapan Pratama Arhan mencetak gol? Pratama Arhan kembali berhasil mencetak gol dan memastikan kemenangan Tim Nasional Indonesia U-23 atas Turkmenistan pada Selasa (12/9).
-
Siapa yang divonis 4 tahun penjara? Siska Wati divonis penjara empat tahun dalam kasus korupsi pemotongan dana insentif aparatur sipil negara BPPD Sidoarjo senilai Rp8,5 miliar.
Dalam perkara ini, majelis hakim menilai terdakwa Haris telah lalai hingga menyebabkan 135 korban meninggal dunia, dan 600 lebih luka-luka. "Menyatakan Abdul Haris terbuti sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana karena kealpaannya menyebabkan orang lain mati luka dan luka sedemikian rupa," katanya.
Haris dinyatakan melanggar Pasal 359 KUHP, Pasal 360 ayat (1) KUHP dan Pasal 360 ayat (2) KUHP juncto Pasal 103 ayat (1) juncto Pasal 52 Undang-Undang No 11 Tahun 2022.
Hal yang memberatkan, kata hakim, yakni karena perbuatan terdakwa Haris kurang mengantisipasi kondisi darurat yang timbul dalam sepak bola. Sementara hal yang meringankan, Haris dinilai sudah meneruskan permintaan Kapolres Malang kala itu, yakni AKBP Ferli Hidayat, untuk memajukan jadwal pertandingan.
"Hal yang meringankan, terdakwa sudah meneruskan permintaan saksi Ferli Hidayat kepada PT LIB untuk memajukan jadwal pertandingan sepak bola demi alasan keamanan. Namun alasan itu tidak dipenuhi karena berbenturan dengan kepentingan bisnis semata, karena LIB telah terikat kontrak," katanya.
"Hal itu sangat disayangkan sebab hal itu LIB telah menempatkan pemain pemain, officer sebagai objek, dan mengabaikan keselamatan mereka,” ucapnya.
Kemudian, hal yang meringankan lainnya yakni peristiwa itu terjadi karena dipicu turunnya suporter dari tribune. Selain itu, terdakwa telah ikut berpartisipasi membantu meringankan penderitaan korban dan kekuaraga
Terdakwa juga belum pernah dipidana. Dia juga lama mengabdi di dunia sepak bola.
Mendengar putusan itu, terdakwa, pengacara dan jaksa mengaku akan pikir-pikir. “Pikir-pikir Yang Mulia,” kata mereka.
Putusan majelis hakim ini jauh lebih ringan dari tuntutan. Sebelumnya JPU meminta agar hakim menjatuhi terdakwa dengan hukuman 3 tahun penjara.
JPU menilai Haris terbukti melanggar tiga pasal sekaligus yaitu Pasal 359 KUHP, Pasal 360 ayat (1) KUHP dan Pasal 360 ayat (2) KUHP. Tuntutan yang sama juga disampaikan untuk terdakwa Security Officer Suko Sutrisno.
Sementara itu, 3 terdakwa dari kepolisian juga dituntut 3 tahun penjara. Mereka yakni eks Danki 1 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, eks Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto dan eks Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaPutu Kholis menegaskan keberpihakannya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaMantan Karo Paminal Divisi Propam Polri, Hendra Kurniawan telah bebas bersyarat sejak 2 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaErick Thohir menegaskan sepak bola Indonesia dalam pantauan FIFA
Baca SelengkapnyaHendra Kurniawan masih harus wajib lapor dan program bimbingan yang diselenggarakan Bapas Kelas I Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaPutusan ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yaitu 1 tahun dan 6 bulan penjara.
Baca SelengkapnyaSetahun lalu, 1 Oktober 2022 peristiwa berdarah yang menewaskan ratusan orang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, korban belum dapat keadilan.
Baca SelengkapnyaErick menegaskan, bahwa PSSI berkomitmen untuk mendorong pemberian hukuman maksimal.
Baca SelengkapnyaPengadilan Negeri Surabaya awalnya memvonis kedua polisi tersebut dengan hukuman bebas.
Baca SelengkapnyaKetum PSSI Erick Thohir menanggapi aspirasi keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang menuntut keadilan.
Baca SelengkapnyaHendra resmi bebas bersyarat dan masih harus wajib lapor serta mengikuti program bimbingan yang diselenggarakan Bapas Kelas I Jakarta Selatan.
Baca Selengkapnya