Suhu di Bali Terasa Lebih Dingin, Begini Penjelasan BMKG
Penjelasan BMKG soal fenomena suhu di Bali lebih dingin
Suhu di Bali Terasa Lebih Dingin, Begini Penjelasan BMKG
Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, Bali, menerangkan terkait suhu udara di wilayah Bali dalam beberapa hari ini yang lebih dingin dari biasanya.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah lll Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya mengatakan, berdasarkan pantauan dari empat stasiun pengamatan di wilayah Bali, dari tanggal 1 hingga 10 Juli 2024, suhu udara minimum terendah terjadi pada tanggal 3 Juli 2024 adalah 24.9° C yang tercatat di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai.
di Stasiun Geofisika Denpasar terjadi di tanggal 1 Juli 2024 dengan suhu 23.0° C, pada Pos Pengamatan di Karangasem terjadi di tanggal 7 dan 9 Juli 2024 dengan suhu 19.0° C, dan di tanggal 6 Juli 2024 di Stasiun BMKG Negara, Bali, tercatat suhu terendah adalah 21.4° C.
"Kemudian, jika dibandingkan dengan nilai normalnya pada masing-masing lokasi masih pada batasan normal. Suhu udara masuk dalam kategori esktrem apabila terdapat selisih 3°C dari nilai normal setempat," kata Wiryajaya, dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7).
Penyebab suhu udara lebih dingin dari biasanya, pertama karena peredaran semu matahari pada Bulan Juni, posisi semu tahunan matahari berada di titik balik utara yakni pada lokasi 23.5 ° LU atau di tanggal 21 Juni.
Hal ini menyebabkan belahan bumi utara ekuator atau BBU mengalami musim panas sedangkan belahan bumi selatan ekuator atau BBS mengalami musim dingin.
Sementara, Pulau Bali sendiri terletak di sebelah Selatan ekuator sehingga wilayah Bali akan mengalami defisit sinar matahari.
Permukaan bumi memerlukan waktu untuk melepaskan energi panas yang diterima dan diserapnya saat mengalami surplus penyinaran matahari.
Oleh karena itu, suhu udara minimum terendah tidak serta merta terjadi saat matahari berada di garis balik utara pada Bulan Juni namun terjadi setelahnya yakni di Bulan Juli dan Agustus.
Kemudian, penyebab kedua ialah angin monsun Australia, di posisi semu tahunan matahari pada Bulan Juli yang berada di BBU menyebabkan Benua Australia yang berada di BBS akan mengalami defisit sinar matahari sehingga terjadi musim dingin.
Sedangkan, Benua Asia yang berada di BBU akan mengalami surplus sinar matahari dan terjadi musim panas.
Sesuai dengan hukum fisika bahwa temperatur udara yang rendah memiliki tekanan udara tinggi sementara itu temperatur udara yang tinggi akan memiliki tekanan udara rendah serta sifat dari fluida atau angin mengalir dari daerah tekanan udara tinggi menuju ke daerah tekanan udara rendah maka terjadilah aliran udara dari Benua Australia menuju ke Benua Asia.
"Yang menyebabkan Indonesia secara khususnya wilayah Bali mengalami musim kemarau. Hal ini disebabkan karena angin yang bertiup banyak berasal dari daerah gurun pasir yang bersifat kering di bagian utara Australia dan juga melewati laut yang sempit. Oleh karena itu, uap air yang dibawa oleh angin ini dalam jumlah sedikit dan berdampak pada berkurangnya curah hujan di wilayah Bali," lanjutnya.
Selain itu, penyebab ketiga ialah dampak musim dingin Australia, karena di Bulan Juli adalah pertengahan musim dingin di Australia, dan udara kutub yang dingin berhembus ke arah Australia dan membentuk sel-sel tekanan tinggi.
Kemudian, massa udara polar yang bersifat dingin dan kering turut terbawa dalam perjalanan monsun Australia saat melewati wilayah Bali. Adanya sel-sel tekanan tinggi yang terbentuk di Benua Australia tersebut menimbulkan terjadinya perbedaan atau
gradient tekanan yang signifikan dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, sehingga memicu terjadi peningkatan kecepatan aliran yang dirasakan sebagai peningkatan kecepatan angin atau angin kencang.
"Angin yang bersifat kering, dingin, dan memiliki kecepatan yang lebih tinggi tersebut, mengakibatkan proses pendinginan permukaan bumi khususnya pada malam dini hari berlangsung cepat sehingga terjadi penurunan suhu permukaan yang signifikan dan terasa sebagai suhu dingin," jelasnya.
Selanjutnya, penyebab keempat adanya tutupan awan sedikit pada musim kemarau uap air yang tersedia di atmosfer sedikit, sehingga potensi pembentukan awan rendah dan tutupan awan sedikit atau langit terlihat cerah di wilayah Bali.
Sehingga radiasi gelombang pendek sinar matahari dapat mencapai dan diserap secara maksimal oleh permukaan bumi pada siang hari menjadikan kondisi pada siang hari terasa panas terik.
Sementara itu, pada malam dini hari radiasi gelombang pendek yang terserap oleh permukaan bumi kembali dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk gelombang panjang. Proses pelepasan radiasi gelombang panjang ini dapat terjadi dengan maksimal karena tidak terganggu oleh adanya tutupan awan yang dapat memantulkan kembali radiasi tersebut ke permukaan. Akibatnya, proses pendinginan permukaan bumi berlangsung cepat dan suhu udara permukaan menjadi turun atau mendingin.
Kondisi suhu dingin ini umumnya masih dapat berlangsung terutama selama periode monsun Australia yakni Bulan Juli-Agustus.
Imbauan kepada masyarakat agar tetap menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan beristirahat cukup. Pastikan agar masyarakat terus memperbaharui informasi terbaru dari sumber terpercaya yakni BMKG.
"Kesimpulannya, kondisi suhu udara dingin yang berlangsung saat ini di wilayah Bali merupakan kondisi yang normal tiap tahunnya sehingga tidak ada bahaya yang perlu dikhawatirkan. Penyebab utamanya adalah gerak semu tahunan matahari yang mengakibatkan terjadinya monsun Australia dan berdampak pada parameter cuaca lainnya termasuk suhu udara," ujarnya.