Tangkal hoax, Gus Mus minta pengguna media sosial jaga kewarasan
Merdeka.com - Kiai Haji Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus mengajak para pengguna berbagai media sosial terus memerangi berita bohong (hoax). Sebab berita bohong berpotensi mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pengguna media sosial harus terus menjaga kewarasan, jangan sampai orang-orang tidak waras menguasai media sosial dan seolah menjadi sumber kebenaran, padahal tak waras," katanya di Semarang. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (20/4).
Hal teraebut disampaikan Gus Mus pada acara Sarasehan Nasional dengan tema "Melawan Hoax, Mengembalikan Jati Diri Bangsa" yang berlangsung di Wisma Perdamaian dan diikuti berbagai kalangan masyarakat.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Bagaimana cara membuat orang yang suka bergosip sadar? Untuk membuatnya sadar, kalian bisa memberikan kata-kata sindiran halus.
-
Bagaimana cara membedakan hoaks dengan berita asli? Jika dilihat lebih detail, ada sejumlah kejanggalan yang terlihat pada layout unggahan tersebut dengan tampilan pada situs asli Liputan6.com. Satu di antaranya yaitu perbedaan font tulisan, struktur tanda baca, serta tata letak penulisan, nama penulis, dan tanggal unggahan artikel.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Siapa yang membuat berita hoaks? Menurut NewsGuard, situs-situs ini mengklaim diri mereka sebagai sumber berita lokal yang independen, namun tidak mengungkapkan afiliasi partisan atau asing mereka.
Menurut Gus Mus, hoax tidak hanya menjadi sarana penyebar fitnah, tapi juga berpotensi memecah belah bangsa.
Gus Mus menjelaskan bahwa jati diri adalah persoalan kemampuan melakukan peran dalam kehidupan bermasyarakat.
"Ya seperti ini, ulama enggak perlu memimpin demo dan gubernur ya jangan wiridan terus, gubernur perlu kerja untuk rakyat. Antara ulama dan pemerintah ada tugas masing-masing, enggak perlu berebutan," ujarnya.
Gus Mus berharap para pemimpin dan pemilik kekuasaan mampu mengatasi kemungkaran.
"Kadangkala harus menggunakan 'tangan' untuk mengatasi kemungkaran. Polisi dan pemerintah ya jangan mengimbau, mereka punya daya tekan. Mengimbau itu kewajiban ulama," kata Gus Mus lagi.
Di acara tersebut juga hadir Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ditunjuk sebagai salah satu pembicara, Ganjar menilai pengguna media sosial di Indonesia terkenal aktif, namun tidak memiliki literasi yang memadai guna kepentingan konfirmasi dan verifikasi mengenai kebenaran sebuah informasi.
"Mereka enggan melakukan konfirmasi dan lebih senang mendramatisasi keadaan melalui 'meme' hingga seolah menjadi kebenaran," ujarnya.
Menurut Ganjar, keadaan seperti itu harus dilawan agar hoax tidak merajalela dan perlawanan yang dimaksud bukan dalam arti kekerasan. Namun lebih pada memberikan edukasi ke pengguna media sosial hingga mau menerima kebenaran.
"Memang butuh keberanian, suka tidak suka ada tantangan, namun jangan sampai hoax merajalela," katanya.
Ditambahkan Romo Aloysius Budi Purnomo, selain hoax, yang harus dilawan dan diburu adalah penyebar kabar bohong di masyarakat.
"Perbuatan orang-orang semacam itu sangat jahat karena bisa menghancurkan negara," tutup Romo Aloysius.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaGalih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaDengan mengikuti tips ini, diharapkan masyarakat akan semakin waspada terhadap konten hoaks di media sosial yang berpotensi menyesatkan jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSeseorang ketika mencari informasi cenderung sudah punya pemahaman, cara pandang, atau stigma tertentu.
Baca SelengkapnyaMenurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaRuang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyebut masih banyak media online yang tidak memiliki dewan redaksi.
Baca SelengkapnyaDia ingatkan, agar menghindari fitnah demi mendukung capres tertentu
Baca SelengkapnyaHal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.
Baca Selengkapnya