Temui Ganjar, Djarot curhat masalah Jakarta dan jajaki kerja sama
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kantor Pemprov Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/3).
Dalam pertemuan yang hanya satu jam itu, Djarot mengajak kerja sama Ganjar selaku orang nomor satu di Jawa Tengah terkait komoditi bahan pokok yang diproduksi di Jawa Tengah seperti beras dan bawang merah.
"Di antaranya ada masalah-masalah DKI, kita kerja sama dengan Jawa Tengah untuk stabilisasi harga pangan. Mosok rek, aku kok ngene gara-gara harga bumbu inflasi Jakarta naik. Gara-gara ini, bumbu-bumbu bawang merah, cabai, bawang putih," kata Djarot usai bertemu dengan Ganjar.
-
Apa saja keluhan petani bawang merah kepada Ganjar? Ganjar mencatat tiga keluhan utama para petani bawang merah di sana, yakni pupuk, pasar untuk jual hasil panen, dan ketersediaan pengairan lahan.
-
Siapa yang ditemu Ganjar di Jakarta? Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo ditemani istrinya, Atikoh menemui anak-anak muda di Tim Pemenangan Muda Creative Hub, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
-
Siapa yang Ganjar Pranowo ajak berdialektika? 'Tidak, maksud saya biar ada dialektika. Kan kita ini masih belajar nih, kita ini belum mapan-mapan banget. Kalau Anda boleh, kenapa saya tidak boleh?' ujarnya dengan nada tanya.
-
Dimana Ganjar bertemu dengan petani? Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengangkat bawang merah saat bertemu dengan para petani di Desa Kertabesuki, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Rabu (10/1/2024).
-
Apa kritik Djarot untuk Jokowi? Menurut Djarot, meski tidak melanggar prosedur, tindakan Jokowi melanggar etika moral.
-
Dimana Ganjar Pranowo berdialog dengan nelayan? 'Ada bajak laut,' kata nelayan.Berdasarkan pengakuannya, nelayan itu menyetor mulai Rp3 juta hingga Rp5 juta setiap minggunya. 'Orang biasa seperti saya, cuma baik keamanannya kalau ada masalah,' ujar nelayan.
Untuk menjalin kerja sama itu, Djarot perlu meminta izin kepada Ganjar selaku pemimpin daerah. "Maka dari itu, kita kulonuwun akan menjalin kerja sama dengan beberapa kabupaten penghasil. Jakarta ini sebetulnya bukan produsen. Kita pemerintah sebagai distributor. Ya sebagai tanda petik yah, agen," lanjutnya.
Djarot secara blak-blakan menyatakan keinginan dari Pemerintah DKI untuk menjadi 'tengkulaknya petani' yang baik.
"Sebagai tengkulak, di sini ya, tapi tengkulak yang baik hati. Artinya apa? Ketika itu panen raya, maka harga jatuh petani harus kita lindungin. Yang bisa melindungi siapa? Ya pemerintah. Yang punya duit, yang punya kebutuhan itu siapa? Ya kita ini. Kami akan beli dengan harga yang sudah ditentukan supaya petani enggak rugi," ungkapnya.
Jika perlu, menurut Djarot yang lahir di Magelang, Jawa Tengah ini pihaknya akan membangun gudang sebagai tempat penyimpanan kebutuhan pokok untuk warga Jakarta. Jika saat musim panen, komoditas kebutuhan pokok ini disimpan di gudang. Jika diperlukan akan dilepas ke pasar di wilayah DKI Jakarta. Hal ini dilakukan supaya petani tidak dipermainkan oleh para tengkulak yang nakal.
"Misalnya, harga bawang merah di Brebes lagi panen raya, turun kan. Supaya enggak turun kita beli. Makanya Jakarta lagi kita bangun gudang gede yang bisa tahan sampai enam bulan. Ketika panen raya kita ambil, ketika paceklik kita keluarkan untuk mengontrol harga. Sekarang ini kan dimainkan oleh para tengkulak-tengkulak ini. Pemain-pemain ini. Itu yang khusus untuk Jakarta," bebernya.
Selain komoditas bawang merah, konsep ini juga bisa diterapkan di komoditas yang lain seperti cabai atau yang lainnya yang tidak bisa dihasilkan di Jakarta.
"Bisa saja, beliau punya lahan hektaran di sini. Kemudian kita buat pergudangan yang gede gitu yah. Bersama-sama bekerja sama dengan Pemorov Jawa Tengah ketika panen raya kita beli. Entah itu bawang, entah itu beras apalagi yang di sini yang banyak? Apalagi? Cabai, kita beli. Bikin gudang gede. Tujuanya untuk membantu para petani. Dengan dikasih disparitas harga," ujarnya.
Djarot menegaskan, jika saat ini kondisi para petani yang ada di daerah terpojok. Di mana saat terjadi panen raya, harga komoditas terjun akibat permainan para tengkulak. Apalagi saat ini kondisi cuaca sangat buruk dengan situasi dan kondisi dengan anomali cuaca yang sangat tak menentu. Dirinya mengaku khawatir, dalam kondisi terpojok, profesi petani akan banyak ditinggalkan dan beralih ke profesi informal.
"Sekarang petani kita posisinya terpojok. Kepepet. Ketika panen raya harga jatuh. Apalagi musimnya sekarang anomali. Siapa yang melindungi? Yang berbahaya mereka akan berpikir bahwa petani atau pertanian tidak menarik. Ini malah bahaya lagi. Pindah profesi menjadi profesi yang lain di sektor informal misalnya," ujarnya.
Termasuk kehawatiran Djarot akan terjadi bahaya urbanisasi besar-besaran yang dilakukan para warga desa ke kota-kota besar, salah satunya di Jakarta. Langkah ini dilakukan karena para petani merasa tidak terlindungi oleh pemerintah.
"Bisa juga mereka datang ke kota-kota besar berurbanisasi. Ini malah lebih bahaya karena tidak ada kebijakan khusus melindungi petani. Maka kita bisa bersama-sama membuat kebijakan khusus untuk melindungi mereka. Dengan apa? Dengan stabilitas harga. Misalnya dengan Jawa Tengah kita kerja sama bikin saja gudang besar di sini," tuturnya.
Djarot mengaku selain akan mebangun gudang, dirinya juga akan melakukan kerja sama dengan melibatkan beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta.
"Sapi katakanlah, kita bisa bikin di sini penggemukan, mana tempatnya, kita bisa kerja sama. DKI kan juga banyak BUMD. Beras katakanlah, kita punya Cipinang Food. Daging misalnya, kita punya Dharma Jaya. Barang-barang kebutuhan di pasar misalnya, kita punya pasar PD Jaya. Gampang itu. Inilah manfaat kalau kita betul-betul klop Jakarta sama Jawa Tengah," ujarnya.
Djarot merasa bersyukur karena kebetulan dirinya dengan Ganjar dari partai yang sama, sehingga dirinya berharap kerja sama ini bisa berjalan dengan baik. Terutama dalam rangka upaya pemerintah secara bersama-sama untuk melindungi dan menjaga keberlangsungan nasib para petani saat ini.
"Kebetulan, saya dengan Pak Ganjar sama, warna sama, partainya sama. Jadi kerja samanya kan lebih enak untuk kepentingan untuk kepentingan warga Jawa Tengah dan warga DKI. Bayangkan saja, saya dengan Pak Ganjar ketemu saja cemberut-cemberutan, ya susah kita. Tadi kita kan senyum-senyum. Ini manfaatnya," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo melanjutkan kampanye di Jawa Tengah. Hari ini, Jumat (29/12), dia blusukan ke Pasar Kota Wonogiri.
Baca SelengkapnyaGanjar disambut meriah oleh warga yang berada di pasar.
Baca SelengkapnyaWarga pasar yang mengetahui wilayahnya disambangi Ganjar langsung memburu untuk berfoto dan bersalaman.
Baca SelengkapnyaGanjar mencatat tiga keluhan utama para petani bawang merah di sana, yakni pupuk, pasar untuk jual hasil panen, dan ketersediaan pengairan lahan.
Baca SelengkapnyaGanjar Teken Kerja Sama Pertanian dan Wisata dengan Thailand Demi Perkuat Ketahanan Pangan
Baca SelengkapnyaGanjar mengatakan, Jokowi sebagai presiden punya kewenangan untuk bepergian ke mana pun, termasuk ke Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaKabupaten Bogor dianggap menarik karena jumlah pemilihnya sangat banyak.
Baca SelengkapnyaMenggunakan setelan kopiah dan berbaju hem lengan panjang bergulung, Ganjar menyapa para pedagang pasar.
Baca SelengkapnyaDubes Thailand mengaku terkesan dengan kunjungan pertama kali ke Semarang.
Baca SelengkapnyaPernyataan Ganjar itu pun sontak mengundang tawa dari para peserta Rakorpimnas Inkindo.
Baca SelengkapnyaPenyaluran pupuk subsidi tepat sasaran juga harus menjadi perhatian dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur Jawa Tengah mengatakan sangat fluktuatif dan bergantung terhadap cuaca.
Baca Selengkapnya