Terungkap Cara Pegawai Komdigi Beking Judi Online Sesatkan PPATK: Sembunyikan Nomor Rekening
Pegawai Komdigi menyimpan uang setoran dari bandar judi online di rekening tersembunyi.
Kepala Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana membongkar modus yang dipakai pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), untuk melindungi para bandar judi online demi situs mereka tidak diblokir.
Dikatakan Ivan, para pegawai Komdigi yang terlibat judi online tidak memakai nomor rekening mereka pada saat bertransaksi dengan para bandar.
"Oknum-oknum Komdigi yang tertangkap juga selama ini ternyata mencoba menyesatkan kami dengan menyembunyikan nomor-nomor rekening kelompok mereka, dan mengirimkan nomor-nomor rekening lainnya untuk kami tindak," kata Ivan saat dikonfirmasi, Kamis (7/11).
Pegawai Komidigi tersebut telah lebih dahulu mengirim rekening mereka yang nantinya sudah tahu akan dicek salah satunya oleh PPATK. Hal tersebut agar mengelabui pegawai Komdigi melakukan transaksi di luar kepegawaian.
"Sehingga bisa jadi menteri atau pimpinan sebelumnya jadi terkelabui, apalagi kami. Tapi untung kami pakai berbagai sumber informasi sehingga mayoritas yang mereka bina juga bisa kami blokir," ucap Ivan.
Total ada 13.481 rekening di 28 bank yang diduga terkait dengan transaksi judi online telah diblokir oleh PPATK, di mana beberapa di antaranya ada yang dimiliki oleh pegawai Komidigi.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkapkan fakta baru dibalik transaksi bandar judi online agar situsnya tidak diblokir oleh pegawai Komdigi. Para bandar judi online menyetorkan uang tersebut kepada pegawai Komidigi secara tunai melalui kantor money changer.
"Kemudian diketahui bahwa uang setoran dari para bandar itu diberikan kepada para pelaku dalam bentuk cash atau tunai dan juga melalui money changer," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi di Polda Metro Jaya, Rabu (6/11).
Terdapat dua kantor money changer oleh penyidik telah melakukan upaya penggeledahan. Hanya saja Ade Ary enggan untuk membeberkan lokasi dan nominal yang diserahkan bandar Judol itu kepada pegawai Komdigi.
"Penyidik masih melakukan pendalaman secara intensif," ujar dia.
Para pelaku diketahui menyewa sebuah ruko di kawasan Bekasi yang merupakan tempat 'satelit' alias pengoperasian pengendalian Judol oleh pegawai Komidigi. Total ada 1.000 website judol yang dilindunginya.
Pihak kantor satelit juga mematok harga sekitar Rp8,5 juta terhadap situs-situs yang terhindar pemblokiran. Sementara para pekerja diberi gaji sekitar Rp5 juta setiap bulannya.