Usamah bin Zaid, Panglima Perang Termuda yang Ditunjuk Nabi
Merdeka.com - Usamah merupakan salah satu sahabat yang dekat dengan Nabi Muhammad secara personal. Ayah Usamah, Zaid bin Harits, adalah pelayan yang kemudian menjadi anak angkat Nabi Muhammad.
Sementara ibunda Usamah, Ummu Ayyam merupakan budak peninggalan ayah Nabi Muhammad, Abdullah bin Abdul Muthalib. Namun, Nabi begitu menghormatinya. Bahkan, Nabi menganggap Ummu Aiman sebagai ibu keduanya.
Usamah lahir dan tumbuh di Makkah, dalam lingkungan rumah tangga Nabi Muhammad. Karena itu, sejak kecil dia sudah mengenal dan memeluk Islam. Nabi begitu sayang terhadap Usamah. Tidak jarang Rasulullah memangku Usamah, bersama dua cucu kesayangannya; Sayyidina Hasan dan Husain.
-
Siapa nenek moyang Nabi Muhammad? Ayahanda nabi Muhammad, yakni Abdullah adalah cucu dari Hasyim yang merupakan cikal bakal dari Bani hasyim.
-
Kapan Nabi Muhammad dilahirkan? Berdasarkan catatan beberapa buku sejarah, menjelang fajar, tepatnya pada Senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal 571 M, yang bertepatan dengan tahun gajah, Sayyidah Aminah melahirkan seorang putra yang yang kelak akan menjadi pemimpin umat Islam, Nabi Muhammad SAW.
-
Apa nama ibu Nabi Muhammad? Nama ibu Nabi Muhammad SAW adalah Aminah Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ibu Nabi Muhammad adalah Siti Aminah binti Wahab, seorang wanita terhormat yang menjadi ibu dari utusan terakhir Allah, Nabi Muhammad SAW.
-
Apa arti mencintai Nabi Muhammad? Mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah perintah yang wajib bagi setiap Muslim. Dalam Islam, cinta kepada Nabi Muhammad bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata, tetapi tentang mengikuti jejak beliau dalam setiap aspek kehidupan.
-
Kapan Nabi Muhammad SAW dilahirkan? Beliau lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal dini hari yang bertepatan dengan 20 April 570 M.
-
Siapa ayah dari Nabi Muhammad SAW? Muhammad SAW lahir dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab.
"Ya Allah, sayangilah mereka, karena aku menyayangi mereka. Ya Allah, cintailah mereka, karena aku mencintai mereka," kata Nabi Muhammad, mendoakan Usamah, Hasan, dan Husain suatu hari.
Ketika usia Usamah beranjak dewasa, Nabi Muhammad menunjuknya menjadi panglima perang yang memimpin pasukan umat Islam melawan Romawi Timur (Byzantium).
Dalam buku Perang Muhammad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah yang ditulis Nizar Abazhah, peristiwa ini terjadi pada awal bulan Shafar tahu ke-11 H atau saat Usamah berusia 17 tahun. Penyerangan tersebut dimaksudkan sebagai pertahanan, agar Romawi Timur (Byzantium) tidak lagi berpikir untuk menyerang Madinah.
Sebagian sahabat keberatan dengan penunjukan Usamah tersebut. Mereka berpikir bahwa Usamah masih terlalu muda untuk memimpin tugas berat tersebut. Masih ada pembesar kaum Muhajirin dan Anshor yang lebih layak menempati posisi Usamah.
Nabi kemudian mendatangi mereka yang meragukan Usamah dan menyampaikan pidato seperti yang terekam dalam The Great Episodes of Muhammad Saw (Said Ramadhan al-Buthy, 2017).
"Jika kalian meremehkan kepemimpinan Usamah bin Zaid, berarti kalian juga meremehkan kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Demi Allah, jiwa kepemimpinan telah terpatri dalam dirinya. Demi Allah, dia orang yang paling aku cintai. Demi Allah, Usamah diciptakan untuk menjadi pemimpin," tegas Nabi Muhammad.
Usamah lantas berangkat meninggalkan Madinah. Ketika tiba di Jurf, sebuah wilayah yang jaraknya sekitar satu farsakh dari Madinah, dia menghentikan pasukannya dan mendirikan kemah setelah mendengar kondisi kesehatan Nabi Muhammad memburuk. Beberapa saat kemudian, Nabi Muhammad wafat.
Detasemen yang dipimpin Usamah gagal berangkat ke tujuan. Usamah langsung kembali ke Madinah. Dia menangis tersedu di makam Nabi Muhammad.
Usamah dan detasemennya baru diberangkatkan ke wilayah penduduk Ubna, yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur, pada masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar mengantar Usamah sebagai panglima perang dengan berjalan kaki, sementara Usamah berada di atas punggung unta.
Hal itu merupakan bentuk penghormatan yang dilakukan Abu Bakar kepada Nabi Muhammad, yang telah menunjuk Usamah sebagai panglima perang. Ketika melepaskan Usamah dan pasukannya yang berkekuatan 3.000 prajurit, Abu Bakar as-Shiddiq menyampaikan sebuah pidato yang sangat menyentuh.
"Berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah. Jangan berkhianat, jangan melanggar janji, jangan memotong-motong tubuh mayat. Jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, juga wanita. Jangan menebang pohon, jangan merusak, dan membakar pohon kurma. Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati suatu kaum yang berdiam di biara-biara, biarkan mereka. Perangi orang yang memerangi kalian dan berdamailah dengan orang yang berdamai dengan kalian," kata Abu Bakar as-Shiddiq dikutip dari nu.or.id. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan kemuliaannya, Nabi Muhammad menjadi suri tauladan bagi setiap umat muslim dalam menjalankan kehidupan.
Baca SelengkapnyaNama anak Nabi Muhammad dan kisah singkatnya yang penuh makna.
Baca SelengkapnyaSosok Habib Umar bin Hafidz ulama yang tengah jadi sorotan masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut momen Jenderal TNI berdarah Kopassus bertemu dengan perempuan berusia 107 tahun keturunan Rasulullah SAW.
Baca SelengkapnyaDoa Rasulullah kepada Ibnu Abbas diijabah oleh Allah dan menjadi kenyataan. Di mana Ibnu Abbas tumbuh menjadi anak muda yang cerdas.
Baca SelengkapnyaHabib Umar bin Hafidz baru saja datang ke Tanah Air sekaligus memberikan ilmu terkait akidah keislamannya.
Baca SelengkapnyaMakamnya jadi salah satu destinasi wisata religi penting di Surabaya
Baca SelengkapnyaTengah berada di negara Timur Tengah, Bilal merasa sedih karena tidak bisa melihat ibunya yang baru saja dirawat di rumah sakit.
Baca SelengkapnyaProfil Habib Hasan bin Jafar Assegaf, Pendiri Majelis Taklim Nurul Musthofa yang Wafat Pagi Tadi
Baca Selengkapnya