Ari Dwipayana Respons Permintaan Mahasiswa UGM ‘Pulang’ ke Jalan Demokrasi
Mahasiswa UGM meminta Ari Dwipayana dan Pratikno 'pulang' ke jalan demokrasi.
Ari menyampaikan terima kasih atas 'surat cinta' yang ditujukan untuknya dan Pratikno.
Ari Dwipayana Respons Permintaan Mahasiswa UGM ‘Pulang’ ke Jalan Demokrasi
Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana merespons pernyataan sikap sejumlah mahasiswa, dosen, dan alumni Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP Fisipol Universitas Gadjah Madah (UGM), yang meminta dirinya dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno untuk 'pulang' kembali ke jalan demokrasi.
Ari menyampaikan terima kasih atas 'surat cinta' yang ditujukan untuknya dan Pratikno.
"Terima kasih atas ‘surat cinta’ adik-adik mahasiswa pada saya dan Prof. Pratikno," kata Ari kepada wartawan, Selasa (13/1).
Dia mengaku tak ambil pusing terkait kritikan yang disampaikan para civitas akademika Fisipol UGM. Ari menilai kritik dan perdebatan merupakan sesuatu yang menyehatkan dalam masyarakat akademik.
"Karena itu kita harus terus menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman/perbedaan perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama," jelasnya.
Ari menekankan dirinya dan Pratikno berkomitmen menjaga integritas.
Dia dan Pratikno juga memiliki komitmen yang sama memperkuat demokrasi di Indonesia.
"Saya dan Prof Pratikno memiliki komitmen yang sama untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara," tutur Pratikno.
Civitas akademika dari Departemen Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Politik (Fisipol) UGM melakukan aksi memanggil dua dosennya yaitu Mensesneg Pratikno dan Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana pulang kembali ke jalan demokrasi.
Perwakilan mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan UGM Rubiansyah mengatakan pihaknya melihat ada upaya dari pemerintah menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Upaya-upaya pemerintah ini disebut mencederai demokrasi.
"Kita melihat ada upaya-upaya mencederai demokrasi untuk kepentingan pribadi dan golongannya oleh kekuasaan. Yang lebih disayangkan lagi ada dua civitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan yang berada dalam pusaran kekuasaan itu,"
kata Rubiansyah, Senin (12/2) di Fisipol UGM.
merdeka.com
Rubiansyah membeberkan kondisi hari ini di tengah perhelatan Pemilu 2024 masyarakat menyaksikan demokrasi di ujung kematiannya.
Pemerintah, lanjut Rubiansyah, menyuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik.
Kondisi ini disebut sebagai kemerosotan demokrasi. Dia menuturkan kemerosotan demokrasi ini disebabkan oleh banyak aktor, di antaranya Pratikno dan Ari Dwipayana.
"Kemarin setelah gelombang petisi universitas-universitas, kita merasakan ada konflik yang sublim antara akademisi dan rezim. Sayangnya ada civitas akademika kami juga yang berada dalam pusaran konflik itu. Ini bukan kesalahan Pak Tik (Pratikno) dan Mas Ari semata," ucap Rubiansyah.
"Biar bagaimanapun kami menyadari dua guru kami telah menjadi bagian dari persoalan bangsa. Pak Tik dan Mas Ari mengajarkan demokrasi di dalam kelas tapi yang mereka ajarkan tak sejalan dengan pratiknya," sambung Rubiansyah.
Oleh sebab itu, civitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan UGM meminta maaf yang sebesar-besarnya atas terlibatnya civitas akademika mereka terhadap kemunduran demokrasi di Indonesia akhir-akhir ini.
Rubiansyah mewakili civitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan juga menyerukan kepada Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali 'pulang' ke UGM dan menjadi akademisi dan penjaga pilar demokrasi.
"Hari ini kami berseru, Pak Tik dan Mas Ari kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan," kata Rubiansyah.
"Pak Tik dan Mas Ari, kembalilah ke demokrasi. Kembalilah mengajar kami dengan kata dan perbuatan," imbuh Rubiansyah.