Budiman Sudjatmiko: Indonesia Butuh Meritokrasi
Budiman menyinggung, demokrasi yang dibicarakan akhir-akhir ini hanya sebatas persoalan eksistensi belaka.
Budiman menyinggung, demokrasi yang dibicarakan akhir-akhir ini hanya sebatas persoalan eksistensi belaka.
Budiman Sudjatmiko: Indonesia Butuh Meritokrasi
Budiman Sudjatmiko, Anggota DPR RI periode 2014-2019 sekaligus Aktivis 98 mengatakan dirinya merasa tak bangga dianggap sebagai aktivis demokrasi.
"Saya tidak merasa bangga menganggap diri saya aktivis demokrasi, tugas manusia kan bukan cuma berdemokrasi," kata Budiman saat menghadiri acara diskusi di Pascasarjana Universitas Indonesia (UI), Jumat (17/11).
Menurut Budiman, anak muda Indonesia saat ini mesti membicarakan soal peradaban tanah air di masa depan, bukan hanya merepetisi topik demokrasi semata. Menurutnya, dahulu tahun 1998 demokrasi adalah hal esensial yang harus diperjuangkan dan itu menjadi kebutuhan bangsa.
"Bagi saya, akan lebih baik jika anak muda di bulan ini di tahun ini membicarakan tentang peradaban di mata anak muda. Dulu tahun 1998, demokrasi dalam esensi, dalam pengertian sensasi dalam pengertian eksistensi itu menjadi kebutuhan," jelas Budiman.Berbeda, Budiman menyebut generasi muda saat ini harus dapat menjawab tantangan-tantangan zaman di masa depan. Kata Budiman setelah demokrasi, Indonesia membutuhkan meritokrasi.
"Indonesia hari ini butuh beyond dari demokrasi, kita butuh meritokrasi," sebut Budiman.
"Bahwa setelah demokrasi kita butuh meritokrasi, demokrasi tanpa meritokrasi hanya akan menjadi aktivitas politik memenuhi hasrat-hasrat kuantitatif aja, kita jadi manusia jumlah," paparnya.
Budiman menyinggung, demokrasi yang dibicarakan akhir-akhir ini hanya sebatas persoalan eksistensi belaka.
"Jangan-jangan demokrasi hari ini masih kita bicarakan, sebenarnya adalah soal-soal eksistensi aja. Karena jangan-jangan soal esensial seperti keadilan, daya saing Indonesia, jangan-jangan tak bisa dibebankan pada kebebasan individu," singgung Budiman.
Kata dia, jika ada suatu negara yang sumber daya manusianya pas-pasan, memiliki sumber daya berlimpah, sistem politiknya liberal, dan tidak punya senjata nuklir, itulah Indonesia, itulah Amerika latin, dan itulah Afrika.
Budiman menegaskan, di dalam relasi politik global, inilah yang paling lemah, tidak akan pernah bisa keluar dari jebakan pendapatan negara menengah.
Lebih lanjut, dalam hal ini Budiman mengibaratkan seperti orang kaya, sedikit bego, gemuk, ketika main ke luar rumah tak punya beceng (senjata) disitulah dia diporotin oleh teman-temannya.
"Ini kayak anaknya orang kaya. Agak bego dikit, gemuk, main ke luar rumah, enggak punya beceng, lha diporotin sama temen-temennya," pungkasnya.