Debat capres II tak ubah pilihan, Jokowi masih unggul
Merdeka.com - Sudah dua kali debat capres digelar. Debat pertama dilaksanakan 9 Juni 2014. Debat kedua 15 Juni 2014. Dan debat ketiga rencananya akan digelar pada 22 Juni 2014. Pada debat ketiga ini tema yang akan dikupas adalah politik internal dan ketahanan nasional. Namun dua debat capres yang sudah dilaksanakan ternyata tak banyak mempengaruhi preferensi capres pilihan.
Debat capres tidak mempengaruhi pilihan politik masyarakat jelang Pilpres 9 Juli 2014. Hal ini ditunjukkan oleh hasil poling Indikator Politik Indonesia sebelum dan sesudah debat.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan sejumlah responden mengaku tetap berada pada capres pilihannya, walau mengakui capres lawan lebih unggul dalam berdebat kedua.
-
Apa klaim Prabowo tentang dirinya dan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan. Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Bagaimana Prabowo mendapatkan dukungan dari Jokowi? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
-
Bagaimana Prabowo-Gibran unggul dalam Pilpres? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
"Debat tidak ada efeknya ketika semakin dekat ke hari pemilihan. Masyarakat sudah menentukan pilihan untuk 9 Juli, debat ini ibarat mengukuhkan pilihan mereka," kata Burhanuddin seperti dilansir MetroTVnews.com, Minggu 15 Juni 2014.
Menurut dia, sebagian pemilih Jokowi beranggapan Prabowo Subianto tampil lebih baik ketimbang Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu dalam debat tentang pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial di Hotel Grand Melia Jalan HR Rasuna Said, Jakarta. Namun, hal tersebut tidak mengubah pilihan politik pendukung Jokowi - JK pada pilpres 9 Juli nanti.
"Tapi ketika ditanya pilihan politik pada 9 Juli, Jokowi unggul dengan 51 persen sedangkan Prabowo dapat 41 persen," kata dia.
Indikator Politik Indonesia menyurvei 466 responden. Survei tersebut dilakukan melalui telepon.
Sementara pendiri Lingkaran Survei Indonesia Denny JA menyebut Denny ada tiga alasan mengapa debat presiden di Indonesia tidak banyak berpengaruh pada perubahan dukungan pemilih.
"Penonton debat umumnya kalangan menengah kota saja, terutama yang pendidikannya SMA ke atas, yang totalnya hanya 30 persen. Sementara, 70 persen pemilih yang pendidikan akhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama ke bawah, kata dia, sangat jarang yang menonton debat presiden tersebut.
Kedua, dalam debat presiden di Indonesia menurut Denny umumnya hasilnya berimbang saja. Tidak ada yang menang dan kalah mencolok. Seperti antara pasangan Prabowo - Hatta dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebab, Prabowo lebih konsepsional sementara Joko Widodo lebih praktikal.
Dalam enam sesi debat yang direncanakan itu menurut Denny, Joko Widodo lebih kuat pengalaman praktisnya di birokrasi sementara Prabowo lebih kuat di abstraksi.
Ketiga, debat capres-cawapres di Indonesia umumnya hanya mengkonfirmasi pilihan dari pemilih yang sudah punya pilihan saja.
"Debat justru lebih menguatkan dukungannya ke pasangan pilihan," ujar Denny seperti dikutip Pikiran Rakyat, 10 Juni 2014,.
Meski tak memiliki efek elektoral, debat capres yang digelar pertama kali pada pilpres 2004, menurut Denny tetap penting ditradisikan karena sehat bagi perkembangan demokrasi. (skj) (mdk/cza)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data itu berdasarkan hasil debat ketiga calon presiden digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1) malam.
Baca SelengkapnyaDebat capres ketiga tersebut mengusung tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.
Baca SelengkapnyaHasil survei tersebut diambil sebelum debat capres ketiga berlangsung.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran unggul dari dua paslon lain dengan memperoleh angka 50,7 persen.
Baca Selengkapnya"Kalau tingkat kepuasan Jokowi naik maka kabar baik bagi Prabowo, kurang baik bagi Anies," kata kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta
Baca SelengkapnyaBurhanudin Muhtadi menyebut, dengan hasil itu tidak mustahil Prabowo-Gobran bisa menang satu putaran.
Baca SelengkapnyaHasil survei terbaru dari tiga lembaga survei Indikator, Poltracking, dan Populi menunjukkan popularitas pasangan Prabowo-Gibran melampaui 40 persen.
Baca SelengkapnyaResponden pun ditanya siapa pasangan calon presiden yang dinilai paling mampu meneruskan program Jokowi.
Baca SelengkapnyaSebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran memiliki elektabilitas di angka 39,4% ditempel ketat pasangan Ganjar-Mahfud dengan angka 29,1%.
Baca SelengkapnyaEep menegaskan, Pilpres 2024 belum selesai. Baik Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin masih berpeluang meraih kemenangan.
Baca SelengkapnyaJelang debat Capres, elektabilitas para Capres dirilis sejumlah lembaga survei.
Baca Selengkapnya