Demokrat Ungkap Isi Pertemuan Tertutup Prabowo dan SBY di Cikeas: Bahas Danantara dan Diplomasi Internasional
Herman mengatakan, pembentukan lembaga pengelolaan investasi ini akan menjadi terbesar kelima di dunia.
Ketua DPP Partai Demokrat Herman Khaeron membocorkan sejumlah agenda dibahas dalam pertemuan tertutup antara Presiden Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Herman menyebut salah satu agenda khusus dibahas dalam pertemuan tersebut mengenai pembentukan Danantara (Daya Anaga Nusantara) lembaga pengelolaan investasi.
"Pertama ya kalau bocoran Pak Dasco terkait dengan Danantara dan ini bagus, danantara ini akan menjadi lembaga investasi yang sangat kuat, sangat bagus, terbesar kelima di dunia," kata Herman di gedung DPR, Rabu (6/11).
Herman mengatakan, pembentukan lembaga pengelolaan investasi ini akan menjadi terbesar kelima di dunia.
"Danantara ini akan menjadi lembaga investasi yang sangat kuat, sangat bagus, terbesar kelima di dunia, hitung-hitungan asetnya sangat besar karena mencapai Rp14 juta kurang lebih. Dan tentu ini akan menjadi sumber pembiayaan baru di negara kita, oleh karena ini harus dibicarakan," kata anggota Komisi VI DPR fraksi Demokrat ini.
Selain itu, Herman menyebut agenda lain turut dibahas adalah mengenai rencana Prabowo melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga perlu pembahasan mendalam bersama SBY sebagai mantan presiden.
"Yang kedua kan Pak Prabowo akan ke luar negeri dan Pak SBY sebagai presiden sebelumnya berpengalaman bagaimana proses diplomasi dengan negara-negara asing, dan negara di dunia internasional. Tentu bagaimana komunikasi politik internasional pasti didiskusikan, tentu isu-isu substansial. Ini harus dibawa dalam perbicaraan bilateral dengan negara-negara yang nanti akan dikunjungi Pak Prabowo," kata Herman.
Sebelum bertemu SBY, Presiden Prabowo juga sempat bertemu dengan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo di Solo, pada Minggu (3/11) lalu.
Selain berbincang, Presiden dan Jokowi juga melakukan makan malam bersama di sebuah warung angkringan khas Solo.
Artikel ini ditulis reporter magang program Kemendikbud: Maria Hermina Kristin
