Strategi Prabowo Agar Danantara Lebih Besar dari Temasek
Danantara berbentuk superholding layaknya Temasek di Singapura.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melakukan pertemuan bersama Direksi Bank BRI, yang merupakan salah satu anggota Danantara.
Wakil Kepala BPI Danantara, Kaharuddin Djenod Daeng Manyambeang mengatakan, pertemuan tersebut bagian dari pengenalan visi misi Danantara terhadap BRI. Selama pertemuan itu, Kaharuddin mengatakan, BRI merespons positif dan siap mendukung target Danantara.
"Sangat positif setelah mengetahui bahwa kita akan bergerak seperti apa dan kita semuanya Danantara, BRI sangat-sangat mendukung visi Presiden untuk membangun Indonesia," kata Kaharuddin kepada awak media di Kantor Danantara, Jakarta, Selasa (19/11).
Pembentukan Danantara sebagai badan pengelolaan investasi Danantara yang digagas langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Nantinya, Danantara berbentuk superholding layaknya Temasek di Singapura.
"Maka dana antara adalah penggabungan keduanya. Temasek dan GIC itu digabungkan menjadi satu bentuk besar, raksasa, dan dinamakan Danantara. Di mana ide ini adalah ide Presiden langsung, dan nama Danantara juga dari Presiden langsung," beber dia.
Danantara memiliki perbedaan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) sebagai sovereign wealth fund (SWF) pertama di Indonesia yang dibentuk Presiden Jokowi pada 2020 lalu. Kaharuddin mengatakan, pengelolaan investasi yang dilakukan oleh Danantara akan jauh lebih besar.
"Ini jauh lebih penamanya INA yang di-expand. INA yang di-besarkan. Jauh lebih besar," bebernya.
Meski demikian, dia enggan menyebut lebih detail terkait teknis operasional Danantara. Saat ini, pihaknya masih fokus melakukan pembahasan bersama perusahaan BUMN lainnya.
Setali tiga uang, Direktur Utama BRI Sunarso memilih bungkam meninggalkan awak media di sesi doorstop. Saat dikonfirmasi awak media, dirinya justru bergegas meninggalkan lokasi.
Fungsi Danantara
Sebagai informasi, Presiden Prabowo Subianto resmi membentuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Lembaga ini dibentuk untuk melaksanakan tugas dalam mengelola investasi strategis negara. Nama Danantara berasal dari gabungan kata Daya Anagata Nusantara.
BPI Danantara memiliki fungsi berfokus investasi pada program prioritas nasional yang memberikan dampak besar dan berkelanjutan pada perekonomian Indonesia. Mekanisme kerjanya, Danantara hadir melalui pendekatan sumber investasi berbasis non-APBN. Dengan ini, BPI Danantara tidak bergantung dengan sumber APBN.
Untuk menarik investasi asing, Danantara akan menumbuhkan korporasi milik pemerintah berskala internasional dan membangun sinergi antar korporasi tersebut untuk menciptakan lingkungan investasi yang menarik, kondusif, dan kompetitif secara komersial.
Selanjutnya, BP Danantara akan mengelola 7 BUMN dengan skala terbesar. Di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID. Danantara juga mengonsolidasi INA.
Pada tahap awal, BP Danantara dibidik bisa mengelola assets under management (AUM) mencapai USD 600 miliar. Nilai ini setara Rp9.538 triliun (asumsi kurs Rp15.893) dari konsolidasian 7 BUMN plus INA tersebut.
Dengan modal awal tersebut, aset pengelolaan Danantara ditargetkan bisa meningkat hingga USD 982 miliar. Nilai kelolaan ini sekitar Rp15.612 triliun (asumsi kurs Rp15.612) setelah aset negara lainnya masuk dalam portofolio Danantara.