Kampanye di Karawang, Ganjar Dicurhati Ibu-Ibu 'Cari Kerja Dipersulit, Harus Bayar Rp5 Juta ke Ordal'
Di hadapan Ganjar, Eli menceritakan dua anaknya yang lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesulitan mencari kerja.
Ibu-Ibu tersebut mengeluhkan banyaknya praktik 'Ordal' saat mencari pekerjaan
Kampanye di Karawang, Ganjar Dicurhati Ibu-Ibu 'Cari Kerja Dipersulit, Harus Bayar Rp5 Juta ke Ordal'
Seorang ibu rumah tangga bernama Icha tak kuat menahan tangis saat curhat kepada Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo, di Karawang, pada Jumat (15/12).
Saat itu, ia menceritakan, soal sulitnya mencari pekerjaan yang harus membayar Rp5 juta supaya bisa diterima kerja.
"Untuk kerja di sini sulit, Pak," kata Icha saat berbicara dengan Ganjar sambil berusaha menahan tangis.
Dengan mata berkaca-kaca, Icha mengungkapkan dirinya terpaksa harus membayar Rp5 juta kepada 'orang dalam' jika dirinya ingin mendapatkan pekerjaan.
"Harus pakai sogokan Rp5 juta kepada yayasan. Kami cari kerja dipersulit sampai hari ini," ungkapnya.
Pengalaman pahit itu dialami suaminya saat hendak melamar kerja menjadi petugas keamanan di sebuah perusahaan. Hingga akhirnya, dia dan suaminya harus menelan kekecewaan karena tidak mampu membayar permintaan oknum tersebut.
"Uang Rp5 juta dari mana, buat makan saja susah," imbuhnya.
Usai mencurahkan isi hatinya, Icha berharap kepada Ganjar agar mampu menyelesaikan persoalan pungutan liar yang menjerat masyarakat kecil.
"Harapannya Pak Ganjar bisa menyelesaikan, karena kami butuh kerja," ujarnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Eli, warga Kampung Bugel yang lain.
Di hadapan Ganjar, Eli menceritakan dua anaknya yang lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesulitan mencari kerja.
Dia diminta penyalur tenaga kerja untuk membayar sogokan sebesar Rp5 juta hingga Rp8 juta jika ingin anaknya bisa diterima bekerja.
"Kalau mau kerja harus bayar dulu dari Rp5 juta sampai Rp8 juta. Tolong ya, Pak. Anak saya agar bisa kerja," ucapnya.
Menanggapi curhatan tersebut, Ganjar Pranowo mengaku sering mendapatkan keluhan soal sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Tak hanya itu, ia juga mendengar masih banyak terjadi praktik pungli oleh oknum yang memanfaatkan situasi di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
"Dari kemarin banyak dan sering terdengar soal lapangan kerja dan kalau mau kerja ada pungli Rp5 juta sampai Rp8 juta," terangnya.
Diduga, pelaku pungli dilakukan oleh pihak ketiga yakni penyalur tenaga kerja.
Menurutnya, praktik pungli semacam itu harus segera dibereskan supaya tidak menyengsarakan masyarakat.
"Ini yang harus kita bereskan. Dan kemudahan kerja bisa menghubungkan sekolah dengan indistri. Selain itu juga memberikan kesempatan mereka untuk membuka usaha dengan pelatihan dan akses permodalan,"
kata Ganjar.