Kisah Perjuangan Mahfud Sekolah di Yogyakarta, Hidup Pas-pasan hingga Tidur di Kuburan China
Perjuangan Mahfud meraih kesuksesan dalam pendidikan ternyata tidak diraih dengan mudah.
Perjuangan Mahfud meraih kesuksesan dalam pendidikan ternyata tidak diraih dengan mudah.
Kisah Perjuangan Mahfud Sekolah di Yogyakarta, Hidup Pas-pasan hingga Tidur di Kuburan China
Fakta unik datang dari Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD. Menko Polhukam itu ternyata saat sekolah di Yogyakarta sering tidur di kuburan China.
Kisah menarik dari Mahfud itu terungkap saat melakukan live TikTok di akun @mohmahfudmdofficial miliknya pada Selasa (9/1) malam.
Seorang TikToker bernama Chandra Dirgantara bertanya kepada Mahfud soal kehidupannya saat sekolah dan kuliah di Yogyakarta.
"Prof, kabarnya dulu waktu sekolah di Yogya sering tidur di kuburan China. Apa yang membuat Prof tidak punya rasa takut?" tanya Chandra yang dibacakan Mahfud.
Sontak pertanyaan itu membuat Mahfud tergelitik. Sambil tertawa kecil, Mahfud menjelaskan alasan tidur di kuburan China saat itu.
"Dulu waktu saya sekolah, tempat kos saya itu hanya anyaman bambu. Rumahnya sederhana sekali, tidak ada listrik," kata Mahfud mulai bercerita.
Mahfud menjelaskan kalau di tempat kosnya itu memiliki kamar yang sempit dan tidak ada listrik. Penerangannya hanya ada dari lampu 'templok' yang mengeluarkan cahaya kuning.
"Sementara kuburan China mewah waktu itu. Pakai porselen, ada lampunya, ada yang bersihkan," kata Mahfud yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.
Kondisi kuburan China yang disebut Mahfud mewah itu akhirnya menjadi tempat belajar tiap malam. Di sela-sela belajarnya, seringkali Mahfud tertidur karena merasa nyaman.
"Saya tidur di situ sambil belajar, maksudnya bukan untuk tidur, tapi untuk belajar, tidak usah bayar listrik dan tidak menakutkan," kata Cawapres pasangan Capres Ganjar Pranowo ini.
Kehidupannya yang serba pas-pasan tidak membuat Mahfud merasa terhalang untuk terus belajar, mengejar impian di Kota Pelajar, Yogyakarta.
"Kuburannya kan ramai, bersih, ada lampunya dan terang benderang, bukan kayak kuburan di kampung gelap menakutkan gitu," ujar Mahfud.
Pada tahun 1974, Mahfud mendapat beasiswa, berangkat dari pulau Madura ke Kota Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan. Sebagai anak kampung yang terlahir dari keluarga yang sederhana, Mahfud tidak merasa minder.
Mahfud juga tercatat sebagai anak yang unggul dan berprestasi, baik saat sekolah di Pendidikan Hakim Islam Negeri (saat ini menjadi MAN 1 Yogyakarta), maupun saat kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Bahkan Mahfud berhasil meraih Guru Besar Hukum Tata Negara di umur 41 tahun, usia yang sangat muda untuk meraih gelar profesor pada saat itu.