Kronologi Penjegalan Anies Baswedan di Pilkada Jabar
Anies dan DPP PDIP berkomunikasi secara intens saat masa pendaftaran calon kepala daerah dibuka pada Selasa (27/8).
Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono menyebut Anies Baswedan sempat menyatakan bersedia diusung maju di Pilkada Jabar. Namun, semua gagal karena ada pihak yang tidak menghendaki hal itu terealisasi.
Ono menyatakan urusan PIlkada Serentak, semua keputusan berada di wilayah kewenangan pengurus DPP PDIP. Anies dan DPP PDIP berkomunikasi secara intens saat masa pendaftaran calon kepala daerah dibuka pada Selasa (27/8).
Dalam prosesnya, pengurus DPD PDIP Jabar memantau dan berkoordinasi mengenai sosok yang akan dipastikan mendapat tiket untuk Pilkada Jabar. Anies Baswedan adalah figur yang mengemuka.
“Tentunya kan ada sebuah proses, ya proses mungkin 3 hari 2 hari yang lalu. Terakhir Kami mendapatkan kabar bahwa Pak Anies bersedia diusung oleh PDI Perjuangan di Jawa Barat,” kata Ono di Kantor KPU Jabar, Jumat (30/8) dini hari.
Semua proses berlangsung lancar, kedua belah pihak sudah setuju. Hanya saja, pada Kamis (29/8) malam, rencana pengusungan Anies Baswedan gagal. Ada pihak yang ia sebut tidak menginginkan Anies tampil dalam kontestasi politik.
“Kami sangat ingin mengusung Pak Anies di (Pilkada) Jawa Barat, setelah beliau tidak jadi diusung di DKI (Jakarta). Kami tidak tahu secara persis, proses yang dilakukan DPP partai dan bu Ketua Umum . Tapi kami menilai bahwa yang sudah mengerucut pada akhirnya bubar itu karena ada tangan tangan dari luar yang tidak menghendaki Pak Anies diusung di Jawa Barat,”
Ono tidak menjelaskan secara spesifik upaya atau proses penjegalan yang dilakukan pihak luar tersebut. Namun, pihak ini berkaitan erat atau kelompok yang sama dalam penjegalan Anies di Pilkada Jakarta.
“Tidak secara spesifik saya sampaikan, tapi kan sudah kita bisa lihat, kita pahami Pak Anies dijegal di DKI (Jakarta) ya. Dan (penjegalan) ini juga terjadi di (Pilkada) Jawa Barat. Teman-teman bisa menafsirkan sendiri dan bentuknya seperti apa,” ucap Ono.
“Mulyono dan genk. Tulis saja Mulyono” dia melanjutkan.
Sebagai informasi, beberapa hari ke belakang, Mulyono ramai dibahas oleh netizen, salah satunya di media sosial X. Nama tersebut sebutan untuk tokoh imajiner yang diduga diasosiasikan dengan Joko Widodo.
Salah satu konteks nama Mulyono ramai dibahas berawal dari kemarahan netizen di momen revisi RUU Pilkada hingga memunculkan reaksi publik berupa aksi unjukrasa di berbagai wilayah.
Dari informasi lain, merujuk pada buku berjudul ‘Jokowi Menuju Cahaya’ Karya Alberthiene Endah yang terbit pada tahun 2018, Mulyono adalah nama Joko Widodo saat ia kecil. Namun, karena saat kecil sering sakit-sakitan, nama Mulyono berganti dengan Joko Widodo.
Ono tidak menjelaskan secara rinci maksud Mulyono yang ia sebut berperan dalam penjegalan Anies di Pilkada Jabar. Hanya saja, ia memberi pesan menohok.
“Mulyono jangan cawe-cawe lagi lah di Pilkada biarkan rakyat bisa mempunyai pilihan sesuai dengan hati nuraninya. Sehingga nanti terpilih pemimpin yang terbaik untuk Indonesia untuk provinsi dan untuk kabupaten kota di seluruh Indonesia,” tegas dia.