Membaca Peran Jokowi di Balik Dukungan Golkar dan PAN ke Prabowo
Di DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar.
Diduga, ada sentimen anti PDI Perjuangan di antara partai-partai pemerintah.
Membaca Peran Jokowi di Balik Dukungan Golkar dan PAN ke Prabowo
Partai Golkar dan PAN resmi mendeklarasikan dukungan kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Faktor Presiden Joko Widodo diduga menjadi dorongan Golkar dan PAN.
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai Jokowi peran besar terbentuknya koalisi besar Gerindra, PKB, Golkar dan PAN. Apalagi beberapa narasi politik sebelumnya kedua partai ini menunggu izin atau restu Jokowi sebelum memberikan dukungan.
"Jadi koalisi besar yang dibangun Gerindra PKB PAN dan Golkar saya melihatnya peran Jokowi besar di sini," kata Ujang kepada wartawan, Senin (14/8).
merdeka.com
Pembentukan koalisi pendukung Prabowo ini merupakan kelanjutan dari wacana koalisi besar yang muncul ketika bulan Ramadan lalu. Di DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar. "Pasca itu Jokowi mengumpulkan partai koalisinya minus PDIP dan NasDem. Yang bertemu partai yang saat ini, bahwa di situ ada Gerindra Golkar PKB dan PAN. Waktu itu saya masih ingat Pak Prabowo mengatakan bahwa kami ini adalah ikut Pak Jokowi, Pak Zulhas juga mengatakan bahwa dirigennya Pak Jokowi," jelas Ujang.
"Jadi saya melihatnya bagian dari skema menindaklanjuti dulu koalisi besar yang akan dibangun. Tentu saya melihatnya peran Jokowi besar di sini," lanjutnya.
Ujang mengatakan, Prabowo dan Gerindra butuh Jokowi untuk menang. Golkar, PKB dan PAN pun akan ikut sikap politik Jokowi soal Pilpres 2024. Peran Jokowi itu akan semakin terlihat ketika putranya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang diajukan sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo. Tergantung bagaimana Mahkamah Konstitusi memutuskan gugatan batas umur calon presiden dan calon wakil presiden."Apalagi misalkan nanti Gibran kalau MK memutuskan batas usia capres cawapres diturunkan jadi 35 tahun Gibran kan jadi cawapres bisa saja dimajukan di Koalisi KKIR ini. Dalam politik semuanya serba mungkin," ujar Ujang.
merdeka.com
Sentimen Anti PDIP
Selain peran Jokowi, menurut Ujang, ada sentimen anti PDI Perjuangan di antara partai-partai pemerintah. Karena sikap PDIP yang kerap berbeda. Misalnya, ketika muncul isu perpanjangan masa jabatan Jokowi sebagai presiden dan usulan tiga periode, PDIP satu-satunya partai pemerintah yang menolak. Partai-partai pendukung Jokowi mengisyaratkan mendukung wacana perpanjangan masa jabatan tersebut.
Kemudian, soal sistem pemilu proporsional terbuka dan tertutup. PDIP satu-satunya partai yang mendukung sistem tertutup yang ditolak seluruh partai di parlemen. "Banyak hal terkait antara hubungan dengan partai lain yang berbeda tentu PDIP punya sikap sendiri. Dalam konteks ini bisa jadi ada sentimen anti PDIP bisa jadi. Bisa jadi mungkin," ujar Ujang. Namun, ada juga kepentingan politik Golkar dan PAN. PAN sebelumnya selalu menawarkan Erick Thohir sebagai calon wakil presiden. Termasuk untuk mendampingi Ganjar. Dengan dukungan kepada Prabowo menjelaskan bahwa PDIP tidak mengakomodir keinginan partai yang dipimpin Zulkifli Hasan itu. "Bisa juga ketidakgabungan Golkar dan PAN itu kepentingan politik. Misalkan PAN tidak diakomodir menawarkan Erick Thohir sebagai cawapres Ganjar. Mungkin PDIP, atau PAN enggak mau karena belum ada kejelasan maka dukung Prabowo," jelas Ujang.Sementara, Ujang melihat Golkar mendukung Prabowo karena ada perintah Jokowi. Ditambah dukungan kepada Prabowo untuk meningkatkan elektabilitas partai beringin.
"Soal Golkar sih banyak hal bisa perintah Jokowi bisa juga Golkar kalau mau elektabilitas naik dukung Prabowo. Kalau di PDIP tidak dapat efek ekor jas, kalau di Prabowo Golkar bisa main bebas dan dapat coat tail effect begitu," jelas Ujang.
merdeka.com