Peta Pilgub Sumsel 2024, Petahana Cerai dan Sibuk Cari Pasangan Baru
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2024 diprediksi bakal terjadi saling tantang antarpetahana setelah "bercerai".
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2024 diprediksi bakal terjadi saling tantang antarpetahana setelah "bercerai". Namun peta politik belum dapat dipastikan hingga pendaftaran di KPU.
Peta Pilgub Sumsel 2024, Petahana Cerai dan Sibuk Cari Pasangan Baru
Perpisahan petahana Herman Deru-Mawardi Yahya (HDMY) mencuat setelah secara tiba-tiba deklarasi Mawardi Yahya-Harnojoyo (MAHAR) saat Ramadan lalu yang dikomandoi mantan Gubernur Sumsel Syahrial Oesman.
Saat itu dengan percaya diri Mawardi menggandeng Harnojoyo karena dinilai berpengaruh setelah menjadi Wali Kota Palembang dua periode.
Kabar itu sontak membuat Herman Deru kaget karena optimistis masih dapat melanjutkan kepemimpinan untuk lima tahun ke depan bersama HDMY. Perpecahan keduanya pun hingga kini tak diketahui pemicunya lantaran tidak pernah ada kabaar perselisihan antara keduanya.
Herman Deru mulai mendekati sosok-sosok yang bakal mendampingi. Ketua DPW Partai Nasdem Sumsel itu beberapa kegiatan cukup mesra dengan mantan Bupati Empat Lawang Joncik Muhammad.
Seiring berjalannya waktu, nama Joncik hilang dari permukaan setelah gaung MAHAR makin membumi hingga ke pelosok.
Herman Deru pun mencari sela agar pasangannya nanti mampu mendorong elektabilitasnya dan memenangkan pilkada.
Benar saja, silaturrahmi politik Herman Deru membuahkan hasil setelah dia mendekati Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel Cik Ujang. Mantan Bupati Lahat itu pun mengklaim telah mengantongi restu dari DPP untuk ikut pilkada Sumsel.
Sontak, naiknya Cik Ujang menjadi bakal calon wakil gubernur mendampingi Herman Deru mendepak Harnojoyo yang sama-sama kader Demokrat. Pasangan MAHAR pun bubar setelah Harnojoyo tak mendapat 'perahu' untuk mendampingi Mawardi Yahya.
Ketika Harnojoyo tersangkiti karena ditinggalkan, Mawardi Yahya lantas berburu pengganti. Politisi Partai Gerindra itu disebut-sebut tengah meminang kader Partai Golkar Anita Noeringhati yang notabene caleg terpilih untuk DPR RI.
Keretakan MAHAR dibantah Mawardi Yahya yang ia sampaikan dalam sebuah acara, Kamis (9/5). Hanya, dia tidak bisa memaksakan kehendak jika Harnojoyo pada akhirnya tidak mendapat rekomendasi dari Demokrat atau partai lain.
"Sebenarnya tidak bubar, kita lihat saja nanti dan kita serahkan kepada Harnojoyo. Beliau boleh membawa partai lain, itu kalau bisa. Jika tidak bisa, ya mau tidak mau kita cari yang lain," kata Mawardi Yahya.
Edwar Jaya, tim pemenangan MAHAR, menyebut pasangan MAHAR masih berkemungkinan berlanjut karena surat rekomendasi Demokrat kepada Cik Ujang belum dinampakkan.
Edwar menduga rekomendasi itu hanya klaim Cik Ujang semata di tengah naiknya elektabilitas MAHAR.
"Surat dari DPP Demokrat saat ini terkait mendukung siapa belum ada, semua keputusan ada di DPP, tapi surat resminya memang belum ada. Kami masih berusaha dan tetap optimis untuk MAHAR," kata Edwar Jaya.
Selain Cik Ujang dan Harnojoyo, kader Demokrat lain juga berburu rekomendasi dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dia adalah Holda yang menjabat Bendahara DPD Partai Demokrat Sumsel.
Holda maju sebagai calon perempuan pertama dengan mengambil formulir pendaftaran di kantor DPD Partai Demokrat Sumsel pada 25 April 2024. Dia gencar menaikkan elektabilitas agar dilirik bakal calon lain sebagai pasangannya.
Belakangan, Cik Ujang menyatakan diri menerima pinangan Herman Deru dengan klaim restu AHY. Otomatis, Holda dan Harnojoyo tersingkir untuk diusung Demokrat.
"Iya dari kader Demokrat memang ada beberapa calon yang ingin maju Pilkada Sumsel, termasuk saya sebagai Ketua DPD Demokrat Sumsel. Demokrat tentunya mengutamakan kader utama terlebih dahulu," kata Cik Ujang usai mengembalikan formulir di DPW Nasdem Sumsel, Selasa (7/5).
Pengamat politik dari STISIPOL Chandradimuka Palembang Ade Indra Chaniago mengatakan, klaim tersebut masih belum final karena hal itu harus dibuktikan dengan surat resmi dukungan dari DPP Demokrat. Hanya, Demokrat bisa saja menunjuk Cik Ujang yang statusnya sebagai Ketua DPD Demokrat Sumsel. "Artinya skala prioritas tentunya pengurus partai karena posisi beliau diuntungkan karena saat ini menjabat sebagai Ketua DPD Demokrat," kata Ade.
"Hal itu tentunya berdampak terhadap akses dan kemudahan untuk komunikasi dengan ketua umum partai," lanjutnya.
Pengamat politik Bagindo Togar mengungkapkan, polemik di tubuh Demokrat Sumsel tidak terlepas dari kepemimpinan Cik Ujang yang lemah. Hal ini membuat kekuatan partai tidak terkonsolidasikan dengan baik.
Hal ini pula yang kemudian membuat Cik Ujang gagal mempertahankan eksistensi Demokrat Sumsel yang pada Pileg lalu membuat partai ini terdepak dari kursi pimpinan DPRD Sumsel.
Bagindo sudah memprediksi situasi ini sejak Cik Ujang terpilih aklamasi dalam Musyawarah Daerah (Musda) 2021.
"Jika kita lihat dari indikator perolehan suara dan hasil Pileg, Cik Ujang sudah dapat dikatakan gagal memimpin Demokrat Sumsel. Hasil Pileg 2024 menunjukkan penurunan yang signifikan hingga kehilangan kursi pimpinan. Maka wajar jika dia akan dievaluasi dan kemungkinan dilengserkan karena kiprahnya yang dinilai belum matang sejak terpilih," kata Bagindo Togar.