Prabowo Tak ‘Nyambung’ Ditanya Ekspor Singkong, Jubir Anies: Masa Lupa Program Food Estate?
Juru bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra menilai, ada yang aneh dengan jawaban Prabowo tersebut
Juru bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra menilai, ada yang aneh dengan jawaban Prabowo tersebut
Prabowo Tak ‘Nyambung’ Ditanya Ekspor Singkong, Jubir Anies: Masa Lupa Program Food Estate?
Cuplikan video Capres Prabowo Subianto menanggapi pertanyaan warga soal solusi ekspor non-tambang dan regulasinya, viral di platform media sosial X (Twitter).
Prabowo dianggap tak nyambung menjawab pertanyaan tersebut.
Momen itu terjadi dalam acara Diskusi Perwakilan Kiai Kampung Se-Indonesia yang digelar di Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (18/11) lalu.
Menanggapi hal itu, Juru bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra menilai, ada yang aneh dengan jawaban Prabowo tersebut.
Surya mengingatkan, sebagai Menteri Pertahanan, seharusnya Prabowo ingat dengan program ‘food estate’ atau lumbung pangan yang dijalankan Kementerian Pertahanan, yang salah satu komoditas andalannya adalah singkong.
“Soal singkong bukankah Kemenhan punya tugas membangun "food estate" singkong, mengapa tidak menjawab ke situ? Apakah karena beliau sudah lupa dengan programnya sendiri, atau memang beliau sekadar tidak peduli saja?” kata Surya, Selasa (21/11).
Dibanding nikel, sambung mantan Wakil Menteri ATR/ BPN itu, singkong sebenarnya jauh lebih berkelanjutan. Dia menyayangkan jika hal itu justru dilupakan oleh Prabowo.
“Masalahnya pilihan Pak Prabowo semuanya adalah pembangunan yang tidak akan berkelanjutan. Meski Indonesia memang punya cadangan nikel terbesar di dunia," kata Surya.
"Dia akan habis dalam 7 tahun ke depan, setelah itu bagaimana? Ini belum dijelaskan olehnya dan barangkali jadi tidak nyambung dengan masyarakat Malang," ungkap Surya.
Surya mengaku memahami pemikiran dan pilihan kebijakan yang dilontarkan Prabowo, menurutnya lebih fokus pada eksploitasi sumber daya mineral khususnya nikel.
Bisa jadi, lanjut Surya, logika itu menjadi landasan berpikir Prabowo demi meningkatkan penerimaan uang negara, untuk kemudian dibagikan ke sektor atau kalangan masyarakat lainnya.
“Pembangunan Indonesia memang tidak bisa sama di semua wilayah, perlu ada cluster dengan ciri khas masing-masing. Mestinya pak Prabowo bisa lebih dulu mendengarkan harapan dan keprihatinan warga, sebelum lompat pada kesimpulan yang menyederhanakan seperti tadi,” pungkas Surya.
Ditanya Warga
Sebelumnya, Prabowo ditanya seorang warga tentang singkong alias ketela pohon. Menurut warga itu, di Malang tak ada nikel atau biji besi seperti yang dipaparkan Prabowo.
“Kalau tadi bapak paparkan jawabannya seperti nikel, biji besi dan segala macamnya. Kalau di Malang, nuwun sewu (mohon maaf), itu tidak ada. Yang ada ketela pohon (singkong) dan lain sebagainya. Itu bisa saja diekspor, tapi kami tidak tahu caranya dan bagaimana regulasinya” tanya salah seorang ibu peserta diskusi.
Prabowo pun menjawab dengan menyebut soal kebutuhan sekolah, rumah sakit hingga aspal. Jawabannya pun melebar ke persoalan penerimaan uang atau pendapatan negara hingga impor gandum.
Warganet pun ramai mempersoalkan jawaban Prabowo yang dinilai tidak fokus atau tidak ‘nyambung’ pada substansi pertanyaan warga tersebut.