Setiyardi kirim paket dari percetakan inilah printing
Merdeka.com - PT Pos Indonesia menjalin kerja sama dengan PT Mulia Kencana Semesta (MKS) alias Inilah Printing, untuk pendistribusian hasil percetakan, termasuk tabloid Obor Rakyat. Demikian laporan investigasi harian Media Indonesia, Senin 30 Juni 2014.
Tim Media Indonesia memperoleh dokumen order pengiriman paket dari PT MKS. Dalam salah satu order, PT Pos Indonesia mengirim hasil cetakan dengan nama pengirim Setyardi B yang beralamatkan di Jalan Pisangan Timur Raya IV, Jakarta.
"Kami tidak tahu kaitan pengiriman dengan tabloid Obor Rakyat karena kami menerima dalam sampul tertutup. Isinya kami tidak tahu," ujar Kepala Unit Operasi Korporat PT Pos Indonesia, Asep Suparman di Kantor Pos Bandung, Jawa Barat, pekan lalu.
-
Siapa pendiri Kompas Gramedia? Namanya tersohor karena menjadi salah satu pendiri dari Kelompok Kompas Gramedia.
-
Siapa yang menjadi redaktu Majalah Indonesia? Keterlibatannya di majalah tersebut membuat Suparna makin marah terhadap kalangan penjajah. Ia lantas dipercaya sebagai redaktu Majalah Indonesia dan menerbitkan berbagai tulisan yang provokatif dan mengajak rakyat untuk melawan kekuasaan Belanda.
-
Siapa Raja Pers Indonesia? Berkat kontribusinya di dunia pers, nama Dja Endar Moeda selalu dikenang dan menjadi sosok penting dalam profesi jurnalistik Indonesia.
-
Siapa yang mendirikan Indonesische Persbureau? Berdirinya kantor berita Indonesia tak lepas dari sosok RM Soewandi Soerjaningrat atau yang dikenal dengan Ki Hajar Dewantara.
-
Siapa pemilik UMKM yang menjual batik tulis? Esti, pemilik Griya Kain Solo, UMKM binaan Pertamina asal Solo yang memproduksi batik tulis mengaku senang bisa diajak Pertamina mengikuti pameran.
-
Siapa yang bisa menggunakan kata-kata promosi? Salah satunya melalui kata kata menawarkan produk yang menarik dan mudah diingat orang.
Dalam dokumen itu tercatat Setyardi mengirim pada 14 Mei pukul 12.38 WIB. Paket itu dikirim ke Pondok Pesantren Babul Ulum dengan alamat M Galuran RT 04/IV Semarang, 59511.
Paket berupa cetakan itu diambil dari percetakan PT MKS yang beralamat di Jalan AH Nasution No. 73 Cipadung, Bandung, Jawa Barat. "Mereka mengabari tidak ada yang antar, lalu kami jemput ke sana. Fleksibel saja, kami komunikasikan," tambah Asep.
Menurut Asep, PT MKS telah mengirim paket sejak tiga bulan lalu. Dalam kontrak kerja sama dengan PT MKS tercatat total pengiriman sebanyak 20 ribu pucuk dokumen dengan nilai transaksi sekitar Rp200 juta.
Sebagian besar paket dikirimkan ke pondok pesantren di kawasan Jawa Tengah, Jawa Timur, kawasan Jawa Barat serta sebagian kecil Pulau Sumatera.
Sejak Maret sudah empat kali pengiriman. Terakhir tabloid dikirim Mei 2014. Setiap dokumen dikemas dalam amplop cokelat berukuran lebih besar daripada folio, atau seukuran A3. Beratnya beragam, ada yang 250 gram, 450 gram, dan 1 kilogram. "Kalau isinya buku, lebih tebal. Kalau dokumen biasa, amplopnya dilipat dua," papar Asep.
Sumber di Inilah Printing menyebutkan Muchlis Hasyim Jahja bertindak sebagai direktur umum di PT MKS. Ia dibantu Frans dan Tari (manajer keuangan) yang merupakan kepercayaan pemilik PT MKS, Muhammad Riza Chalid.
Menurut sejumlah karyawan Inilah Printing, Manajer Produksi Agus Sudrajat dan Didit yang memimpin percetakan. Namun, Tari terlihat lebih berkuasa dalam mengatur arus kas dan proyek-proyek cetak.
Tari, menurutnya, ialah sekretaris Riza yang ditempatkan di Inilah Printing untuk mengontrol perusahaan tersebut. "Bu Tari ya orangnya Pak Riza. Pak Agus dan Pak Didit lapor ke Bu Tari," terang seorang karyawan.
Perihal keterkaitan percetakan PT MKS dalam penerbitan tabloid Obor Rakyat yang mendiskreditkan capres Joko widodo, Muchlis Hasyim punya alibi. Bagi dia, keterlibatan percetakan dalam produksi Obor Rakyat tak serta-merta membuat percetakannya bersalah.
"Apa salah mencetak tabloid yang belum diputus bersalah oleh siapa pun? Kalau (tabloid) sudah diputus salah terus mencetak, ya itu salah," kilahnya.
Ia menganalogikan dengan penerbitan tabloid Monitor yang memuat survei tokoh-tokoh terpopuler dan dicetak Gramedia tahun 1990. Tabloid yang digawangi Arswendo Atmowiloto itu kemudian menempatkan Nabi Muhammad SAW di urutan ke-11.
Hal itu memicu protes, kemudian membuat Arswendo dijerat dengan delik penistaan agama. "Apa waktu itu Gramedia kena (hukuman)? Enggak, kan? Jadi biarkan polisi memprosesnya dulu," kata dia. (skj) (mdk/cza)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun nama Mukti tidak ada dalam berkas perkara tersebut, masih ada peluang untuk menghadirkan Jendral bintang satu itu ke muka persidangan.
Baca SelengkapnyaBrigjen Mukti Juharsa lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1994, seangkatan dengan terdakwa Ferdy Sambo
Baca SelengkapnyaSaid dilaporkan Maskota HJS, ketua Apdesi Kabupaten Tangerang yang juga Kades Blimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.
Baca SelengkapnyaSetiawan masuk dalam formasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca Selengkapnya