Soal Mayor Teddy, Mendagri Sebut Ajudan Harus Melekat: Jangan Lupa Shinzo Abe Dibunuh Saat Kampanye
Sebagai mantan Kapolri, Tito menyebut bahwa ajudan adalah pelindung paling depan.
Menteri Dalam Negeri Tito menganggap, kehadiran Teddy di dekat Prabowo merupakan sebuah keharusan.
Soal Mayor Teddy, Mendagri Sebut Ajudan Harus Melekat: Jangan Lupa Shinzo Abe Dibunuh Saat Kampanye
Kehadiran perwira TNI aktif sekaligus ajudan Prabowo Subianto Mayor Teddy Indra Wijaya pada debat perdana capres di Komisi Pemilihan Umum (KPU) menuai sorotan. Teddy terlihat duduk dalam barisan pendukung Prabowo dan mengenakan pakaian dengan warna yang sama dengan pendukung Prabowo.
Menteri Dalam Negeri Tito menganggap, kehadiran Teddy di dekat Prabowo merupakan sebuah keharusan. Sebagai mantan Kapolri, Tito menyebut bahwa ajudan adalah pelindung paling depan.
"Sebetulnya ini bukan domain saya, tapi begini saya melihat dari layar belakang saya sebagai mantan Kadensus anti teror, mantan Kapolri ya itu seorang ajudan itu fungsinya bukan surat menyurat hal pribadi, tapi dia adalah proteksi dia adalah protektor yang paling depan jadi pelindung untuk menjaga keamanan pimpinannya," kata Tito di Media Center Indonesia Maju, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
Tito sampai hari ini memiliki ajudan yang selalu melekat dengannya. Dia berkata, ajudannya mesti diisi oleh orang-orang terlatih.
"Saya punya ajudan, ajudan saya sampai hari ini saya pilihin yang kuat kuat makanya rata rata ajudan itu orang terlatih juga untuk melindungi pimpinannya kalau ada serangan," ucapnya.
Tito lalu mengambil contoh kasus kematian mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe yang tewas ditembak pada saat kampanye. Menurutnya, hal itu baru kali pertama terjadi dalam sejarah Jepang.
"Nah jangan lupa kita kasusnya Shinzo Abe (PM Jepang) mohon maaf dengan segala hormat ya terjadinya serangan itu dalam sejarah Jepang baru pertama kali saya kira ya pimpinan setingkat prime minister dibunuh itu pada saat dia kampanye," ucapnya.
Terlebih, Tito melihat lokasi debat capres di KPU digelar diruang terbuka. Dia menganalisa, bisa saja ada penembak jitu yang sudah bersembunyi.
"Saya melihat waktu melihat di KPU itu ruang terbuka, bukan ruang tertutup sniper bisa saja terjadi, saya selalu berpikir skenario sebagai mantan polisi ya, jadi ajudan pada saat itu saya pikir penting untuk menjaga menjadi protektor ketika terjadi situasi krisis, serangan terhadap yang bersangkutan kepada pimpinannya," ucapnya.
Maka dari itu, Tito meminta untuk tidak meremehkan segala situasi. Dia bercerita, saat hadir ke pemakaman Shinzo Abe di Jepang, ia berdiskusi dengan kepala polisi dan para intelijen. Disitu, mereka tidak menyangka Shinzo Abe bakal dibunuh.
"Saya bilang 'why should happen?' kita terlalu underestimate karena gak pernah ada, gak menyangka sedikit pun akan ada serangan kepada mantan prime minister Shinzo Abe," ungkapnya.
"Artinya negara sehebat itu bisa kecolongan jangan underestimate dengan serangan teror, jangan underestimate apalagi figur figur capres ini kan calon pemimpin ya ada lawan politik segala macam ada orang yang gak suka," ujar Tito.
Tito mengungkapkan, dirinya pernah mengingatkan Wiranto yang saat ini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Presiden bahwa ia pernah menjadi sasaran. Atas hal itu semua, Tito meminta untuk tidak meremehkan segala situasi apapun.
"Saya Kapolri juga saya pernah ngingatkan kepada pak Wiranto waktu itu, bahwa bapak salah satu target termasuk saya juga dan kita tahu ini terjadi kan, jadi tidak boleh underestimate dengan serangan," pungkasnya.