Soroti Masalah Infrastruktur, Ini Program 100 Hari Abdul Razak-Sri Suwanto di Pilgub Kalteng
Selain infrastruktur, Abdul Razak-Sri Suwanto menargetkan pemerataan tenaga kesehatan, termasuk suster, dokter, bidan, hingga tenaga pendidik.
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) nomor urut 4, Abdul Razak-Sri Suwanto menyampaikan rencana kerja 100 hari pertama jika mereka terpilih memimpin Kalteng. Hal tersebut disampaikan dalam debat perdana Pilgub Kalteng yang berlangsung di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Senin (14/10) malam.
Paslon dengan akronim ASRI ini menyoroti permasalahan di Kalteng yang terjadi karena luas wilayahnya. Terutama terkait infrastruktur.
"Banyak masalah yang dihadapi, terutama berkaitan dengan infrastruktur. Khususnya jalan kabupaten dan trase, masih banyak yang harus kita lakukan untuk mengejar pemerataan pembangunan infrastruktur," kata Abdul Razak yang juga Bupati Kotawaringin Barat periode 2000-2005, dalam keterangannya dikutip Selasa (15/10).
Selain infrastruktur, Razak menargetkan pemerataan tenaga kesehatan, termasuk suster, dokter, bidan, hingga tenaga pendidik.
"Selanjutnya adalah pembukaan lapangan kerja untuk menekan angka pengangguran. Keberadaan investor perkebunan dan lainnya harus memberikan kesempatan berupa lapangan kerja bagi masyarakat di sekitarnya," tutur Abdul Razak.
Sementara itu, pengajar mata kuliah komunikasi politik di Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi mengakui debat perdana antar pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng adalah gambaran dari dialektika kandidat yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terlihat dari kedalaman pernyataan dan pertanyaan yang muncul selama debat.
"Justru ekspektasi saya keliru karena semula saya memperkirakan Paslon Agustustia Sabran - Edi Pratowo serta Nadalsyah Koyem dengan Supian Hadi yang unggul ternyata tidak. Justru yang moncer dan menarik adalah pasangan Abdul Razak - Sri Suwanto yang menjawab dengan lugas, tegas dan "mak jleb”,” ungkap Ari Junaedi.
Menurut Pengajar Sekolah Partai PDI Perjuangan, pasangan Willy Yosef dengan Habib Said Ismail justru "blunder" karena mengejek faktor usia salah satu kandidat.
"Padahal norma debat yang harus dipegang teguh para peserta debat adalah menjunjung tinggi sportivitas dan tidak mengeluarkan pernyataan yang menyerang pribadi dan personal kandidat yang lain," tegas pengajar program Pascasarjana di berbagai kampus negeri dan swasta di tanah air tersebut.