Sosok-Sosok Perempuan di Bursa Cawapres 2024
Kendati beberapa partai sudah menjalin koalisi, namun belum ada yang mendeklarasikan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Kendati beberapa partai sudah menjalin koalisi, namun belum ada yang mendeklarasikan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Sosok-Sosok Perempuan di Bursa Cawapres 2024
Pemilu 2024 tinggal menghitung bulan. Pesta demokrasi lima tahunan itu bakal berlangsung mulai 14 Februari 2024 mendatang.
Waktu beberapa bulan itu dimanfaatkan partai politik melakukan lobi-lobi mencari rekan koalisi. Beberapa partai sudah menyatakan kerja sama.
Partai politik itu di antaranya PDIP, PPP , Harnura dan Perindo yang sepakat mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal Capres 2024.
Kemudian NasDem, PKS, dan Demokrat yang menyokong Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang. Serta Gerindra dan PKB yang sepakat mengusung Prabowo Subianto.
Sementara Golkar dan PAN belum mengarahkan dukungan setelah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang semula diinisiasi bersama PPP terancam bubar, usai partai berlambang kabah merapat ke PDIP mendukung Ganjar.
Kendati beberapa partai sudah menjalin koalisi, namun belum ada yang mendeklarasikan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Manuver-manuver politik gencar dilakukan partai mendekati sosok-sosok yang dinilai layak mendampingi sang jagoan.
Sejumlah nama digadang-gadang menjadi cawapres Ganjar, Anies dan Prabowo. Kandidat cawapres itu di antaranya figur perempuan.
Nama figur perempuan itu muncul berdasarkan jejak pendapat dilakukan lembaga survei maupun masuk daftar partai koalisi pengusung ketiga bakal capres tersebut.
Sosok-sosok perempuan di bursa cawapres itu di antaranya Khofifah Indar Parawansa. Gubernur Jawa Timur ini dinilai punya basis massa yang besar. Selain bisa mengamankan suara di Jawa Timur yang mencapai lebih dari 30 juta jiwa, Khofifah dianggap mampu menggalang dukungan di internal Nahdlatul Ulama (NU).
Selain itu, mantan Menteri Sosial ini punya segudang pengalaman di dunia politik. Karir politik Khofifah tergolong mentereng. Dia berkiprah dengan menduduki jabatan strategis di eksekutif, legislatif hingga partai politik.
Khofifah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU selama 20 tahun atau empat periode kepengurusan. Anggota Muslimat NU diperkirakan mencapai 32 juta orang di seluruh Indonesia.
merdeka.com
NasDem merupakan salah satu partai yang memperhitungkan nama Khofifah sebagai cawapres.
Ketua Umum (Ketum) Partai NasDem, Surya Paloh mengakui salah satu kandidat cawapres Anies adalah Khofifah.
Sebelum NasDem, Golkar dan Gerindra rupanya telah mendekati Khofifah. Pada Kamis 13 Januari 2022, Ketum Golkar Airlangga Hartarto melakukan pertemuan dengan Khofifah. Namun, Airlangga membantah pertemuan itu membahas Pemilu 2024.
Airlangga mengaku hanya menjalin silaturahmi dengan Khofifah. Keduanya pernah berada dalam komisi yang sama saat menjabat anggota DPR RI.
Tiga bulan kemudian atau pada 4 Mei 2022, Ketum Gerindra Prabowo Subianto mengunjungi Kantor Gubernur Jawa Timur. Saat itu, tepat satu hari setelah Lebaran Idulfitri.
Prabowo yang didampingi Sekjen Gerindra Ahmad Muzani dan Ketua DPD Gerindra Jatim Anwar Sadad melakukan pertemuan tertutup dengan Khofifah. Prabowo mengaku sedang berada di Jatim sowan dengan tokoh dalam rangka lebaran termasuk dengan Khofifah.
Nama Khofifah juga kerap masuk bursa cawapres yang dirilis lembaga survei. Khofifah meraih 5,8 persen suara berdasarkan hasil survei dilakukan Charta Politika Indonesia terkait dengan elektabilitas bakal cawapres.
Selain Khofifah, sosok perempuan yang masuk bursa cawapres adalah Yenny Wahid. Bahkan putri presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gusdur) itu sudah dideklarasikan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada 3 Oktober 2022, lalu sebagai cawapres Ganjar.
Namun saat itu, Yenny menganggap jika dirinya bukanlah orang penting. Aktor utamanya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dia hanya berperan sebagai batur atau pembantu.
Yenny mengakui selama ini sudah terbiasa bertemu dan berdialog dengan para petinggi semua partai. Terkait dukungan tersebut, dia belum akan bersikap, baik menerima maupun menolak. Dia masih akan menunggu perkembangan politik ke depan.
"Kita enggak tahu ya proses politik ke depan akan seperti apa. Kita masih ikut prosesnya akan seperti apa, kita jalani saja," kata Yenny di Solo, Senin (24/10).
Sementara itu, PDI Perjuangan (PDIP) tidak menutup kemungkinan kandidat cawapres pendamping Ganjar merupakan sosok perempuan. PDP Perjuangan terus mencermati potensi perempuan sebagai kandidat cawapres Ganjar.
Bicara sejarah, PDIP kerap meminang tokoh atau kader Nahdlatul Ulama (NU) sebagai cawapres pendamping jagoannya. Termasuk cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
Hal itu terlihat ketika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pernah berpasangan dengan Hamzah Haz yang merupakan kader NU ketika menjabat sebagai Presiden RI. Megawati juga maju di Pemilu 2004 dengan kader NU yaitu Hasyim Muzadi.
Kemudian, Joko Widodo menjadi presiden dua periode didampingi oleh kader NU. Dengan Jusuf Kalla pada periode pertama dan Ma'ruf Amin pada periode kedua.
Nama Yenny Wahid juga masuk dalam bahasan internal Koalisi Perubahan untuk Persatuan sebagai cawapres Anies. Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, menyebut Yenny Wahid sebagai sosok potensial cawapres Anies Baswedan.
Sementara itu, Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra menegaskan jika pembahasan cawapres Anies Baswedan sudah tuntas. Demokrat telah menyerahkan sepenuhnya kepada Anies untuk menentukan siapa pendampingnya di Pilpres 2024 nanti.
Selain masuk bursa cawapres koalisi capres, nama Yenny Wahid juga kerap masuk dalam survei sebagai cawapres 2024 mendatang.
Berdasarkan survei Litbang Kompas sebagai cawapres Anies, Ganjar dan Prabowo, perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid itu masuk daftar kendati di bawah Khofifah. Tingkat keterpilihan Yenny Wahid jika disandingkan dengan Anies, Ganjar dan Prabowo di bawah 1 persen.
Survei ini dilakukan Litbang Kompas pada 25 Januari hingga 4 Februari 2023, serta melibatkan 1.202 responden dari 38 provinsi di Tanah Air. Jajak pendapat dilakukan melalui wawancara tatap muka, dan sampel ditentukan secara acak melalui metode pencuplikan sistematis bertingkat. Survei Litbang Kompas memiliki tingkat kepercayaan mencapai 95 persen, dan margin of error kurang lebih 2,83 persen.
Yenny Wahid sendiri dikenal aktif sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU), mengikuti jejak sang ayah Gusdur. Putri kedua dari pasangan Gusdur dan Sinta Nuriyah ini pernah ditunjuk sebagai staf khusus bidang komunikasi politik di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2006. Namun satu tahun kemudian dia mengundurkan diri.
Kemudian pada tahun 2020, Yenny ditunjuk Menteri BUMN Erick Thohir sebagai komisaris independen PT Garuda Indonesia. Lagi-lagi, satu tahun kemudian dia mengundurkan diri.
Sementara itu, kiprah Yenny Wahid di perpolitikan tanah air cukup panjang. Yenny Wahid semula aktif di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saat itu, perempuan peraih penghargaan Young Global Leaders oleh World Economic Forum, pada tahun 2009 itu sebagai sebagai sekretaris jenderal (sekjen) PKB selama 2005-2008. Namun konflik internal partai dengan Muhaimin Iskandar yang saat ini menjabat ketua umum membuat Yenny Wahid didepak dari kepengurusan PKB. Kemudian, Yenny Wajid membentuk Partai Kedaulatan Bangsa (PKB) dan menjabat ketua umum. Periode 2012, PKB bermanuver, melebur dengan Partai Indonesia Baru (PIB) dan mendeklarasikan diri sebagai Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB).Yenny Wahid kembali didapuk sebagai ketua umum dan sempat mendaftarkan PKBIB menjadi peserta Pemilu 2014. Namun saat itu PKBIB gagal dalam tahapan verifikasi dan hingga kini namanya tenggelam.
Yenny Wahid saat ini menjabat sebagai Direktur The Wahid Institute, organisasi yang didirikan bersama sang ayah dan beberapa tokoh lainnya. Wahid Institute adalah lembaga yang membawa misi mewujudkan cita-cita intelektual Gusdur dalam membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme, dan toleransi. Kemunculan figur perempuan di bursa cawapres membawa warna berbeda di Pilpres 2024, mengingat keterlibatan capres atau cawapres perempuan sangat minim sejak Pemilu langsung 2004 silam. Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com.