Suara pemilih PKS di Pemilu 2014 berpindah ke PAN?

Merdeka.com - Tahun 2013, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) mengalami masa-masa berat dalam beberapa kasus korupsi. Hal itu pun dinilai mempengaruhi suara pemilih terhadap kedua parpol. 

Menurut pemerhati masalah sosial politik, Bambang Sulistyo, dugaan adanya keterlibatan hukum yang menimpa Ketua Umum Partai Demokrat , Anas Urbaningrum , pada kasus Hambalang, menyebabkan elektabilitas partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini terjun bebas. Serupa dengan Demokrat, PKS juga mengalami nasib yang sama. Mantan Presiden PKS , Luthfi Hasan Ishaaq diduga terlibat kasus suap impor daging sapi. Hingga diprediksikan suara pemilih pun meluncur drastis. 

Turunnya suara PKS seharusnya bisa beralih ke parpol yang mempunyai ideologi yang sama. Namun, hal ini justru menjadi keuntungan bagi parpol nasionalis. Suara pemilih beralih.

Seperti parpol Partai Amanat Nasional ( PAN ). Dengan turunnya suara pemilih PKS , seharusnya PAN bisa meraup suara pemilih PKS di Pemilu 2014. Pemilih PAN yang berbasis Muhammadiyah, sejatinya merupakan jenis pemilih yang memiliki kemiripan dengan ideologi yang dianut oleh pemilih-pemilih PKS . 

"Adanya kecenderungan kemiripan jenis pemilih PAN dan PKS ini terlihat dalam analisis hilangnya suara PAN pada pemilu 2004 dan pemilu 2009. Ketika itu, saya melakukan penelitian switching voters. Hasilnya, pemilih PAN yang tidak memilih kembali PAN pada pemilu 2009 ternyata beralih ke PKS . Alasan mereka karena PKS memiliki kemiripan ideologi keagamaan dengan PAN . Anehnya, ketika PKS mengalami keterpurukan, kok pemilih ini tak kembali ke PAN lagi? Apa yang salah dengan PAN?" kata Bambang. 

Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi PAN . Karena PAN memiliki prospek baik ketika PKS mengalami masalah. 

"Itu sebabnya, PAN harus mulai ambil sikap. Jangan sampai peluang ini terbuang sia-sia yang berujung pada gagalnya mencapreskan Hatta Rajasa pada pemilu 2014 mendatang," pintanya.