Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tolak isu SARA, Pilkada DKI jadi ujian terberat

Tolak isu SARA, Pilkada DKI jadi ujian terberat Diskusi SARA dalam Pilkada. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Sejumlah elemen masyarakat menolak isu SARA digunakan dalam pilkada serentak 2017. Mereka meminta agar isu SARA dihindari dalam pilkada, utamanya di DKI Jakarta yang menjadi cerminan demokrasi di Indonesia.

"Persoalannya, kita sulit menerima kenyataan bahwa agama dijadikan alat untuk jatuhkan orang. Melawan orang yang tidak disukai. Terjadi politisasi agama. Dipolitisasi sedemikian rupa, untuk mendapatkan keuntungan politik, itu yang kita tolak," kata Masykurudin Hafidz dari JPPR, Sebastian Salang dari Formappi, Dr Rumadi dari Lakpesdam PBNU, Dr Iryanto Djou dari Apsirasi Indonesia, dan Ray Rangkuti dari LIMA Indonesia, dalam diskusi bertajuk 'Pilkada Sehat dan Cerdas Tanpa Sara', dalam acara diskusi bertajuk tolak sara dalam Pilkada di Kedai Deli, Jakarta Pusat, Kamis (15/9).

Menurut Rumadi, pilkada yang paling menarik adalah Pilkada Jakarta. Menurutnya, Pilkada Jakarta adalah ujian terberat terkait dengan SARA.

"Kalau Jakarta tahun ini bisa lolos, lalui ini semua dengan baik, saya punya optimisme ke depan Indonesia jadi lebih baik. Kalau Jakarta gagal, mungkin ada eskalasi bisa lebih buruk," katanya.

Menurut Rumadi Pilkada Jakarta adalah 'test case' yang menjadi laboratorium politik paling menarik. Sebab, calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan keturunan dan nonmuslim.

Menurutnya, jika seseorang tak mau memilih Ahok jangan menjadikan keyakinan sebagai alasan. "Persoalkan saja kebijakan yang dia buat. Karena kita tak bisa pilih dilahirkan dari etnis mana. Sama saja kita persoalkan takdir Tuhan," katanya.

Sementara, Sebastian Salang mengungkapkan, isu SARA di DKI Jakarta jika dicermati perkembangannya belakangan ini dimanfaatkan kelompok elite. Isu ini, kata dia, tidak berkembang di masyarakat.

"Karena itu, saya yakin sekali sebetulnya, gagasan yang manfaatkan isu SARA, yang ingin dapat keuntungan dari Pilkada Jakarta, sengaja dimainkan ketika lawan tanding dianggap sulit sekali dikalahkan misalnya oleh gagasan, program, integritas," ungkapnya.

Sebastian merujuk survei-survei yang menunjukkan bahwa masyarakat di Jakarta sangat rasional. "Karena itu permainan isu SARA tidak cukup membuat masyarakat kita berubah pilihannya. Ada gap antara elite yang manfaatkan isu ini dengan rakyat bawah," tukasnya.

Iryanto Djou mengatakan semua pihak harus mengawal Pilkada DKI menjadi pilkada yang cerdas. Sebab seluruh proses pilkada merupakan pendidikan politik untuk publik.

"Begitu ada wacana mengganggu penerapan prinsip demokrasi, itu merusak pendidikan politik. Jakarta jelas barometer. Kalau Jakarta gagal, bisa bermuara pada persoalan lebih serius ke depan," katanya.

Tak jauh berbeda, Ray Rangkuti mengatakan, ada dua tagline yang dipopulerkan yang seolah-olah dianggap benar atas nama demokrasi. Dua tagline ini sedemikian masif dipopulerkan dengan gunakan demokrasi sebagai dasar. Pertama soal isu dinasti dalam demokrasi.

"Misalnya kalau kita kritik dinasti tidak boleh lagi terjadi, mereka jawab, dinasti kan dibolehkan dalam demokrasi. Atas nama demokrasi enggak boleh orang dilarang naik," katanya.

Kedua soal SARA. Mereka selalu berargumen bahwa itu diperbolehkan dalam demokrasi. "Mereka bilang, boleh dong, kan demokrasi bolehkan saya memilih pemimpin atas dasar kepercayaan saya. Sekilas benar, demokrasi enggak boleh batasi orang ikut dalam pilkada. Boleh tidak pilih karena tidak seagama dengan saya. Seolah-olah ini benar. Demokrasi beri kebebasan pilih orang atas dasar apapun".

"Kalau isunya saya pilih karena agama sama, tidak pilih karena tidak seagama. Kalau orang tidak pilih karena agama, itu tarafnya demokrasi bawah. Tapi tentu saja agak bermasalah dalam demokrasi anda kampanyekan tidak pilih orang lain karena agama. Orang boleh memilih karena agama, etnik sama, sekolah sama. Tetapi bermasalah sekali kalau anda melarang untuk tidak pilih seseorang karena keyakinan berbeda," katanya. (mdk/dan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Nostalgia Pilkada DKI 2017: Kandidat, Daya Tarik, dan Hasil yang Sengit
Nostalgia Pilkada DKI 2017: Kandidat, Daya Tarik, dan Hasil yang Sengit

Pilkada DKI tahun 2017 berlangsung sangat menarik dan penuh dinamika. Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama dan etnis.

Baca Selengkapnya
Bawaslu Petakan Kerawanan Pilkada Jakarta, Isu SARA Tertinggi
Bawaslu Petakan Kerawanan Pilkada Jakarta, Isu SARA Tertinggi

Bawaslu DKI telah memetakan tiga kategori kerawanan yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Baca Selengkapnya
Bawaslu DKI Petakan Kerawanan pada Pilkada Jakarta 2024
Bawaslu DKI Petakan Kerawanan pada Pilkada Jakarta 2024

Kerawanan tinggi potensial terjadi pada tahapan kampanye dan proses pemungutan suara.

Baca Selengkapnya
Disebut Terlalu Normatif di Debat Perdana Pilgub DKI, Ridwan Kamil: Super Serius Hayuk Aja!
Disebut Terlalu Normatif di Debat Perdana Pilgub DKI, Ridwan Kamil: Super Serius Hayuk Aja!

Ridwan Kamil (RK), merespons Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera yang menyebut debat cagub-cawagub Jakarta masih terlalu normatif.

Baca Selengkapnya
Analisis Debat Perdana Pilgub Jakarta: Menguji Rasionalitas Program Ketiga Paslon
Analisis Debat Perdana Pilgub Jakarta: Menguji Rasionalitas Program Ketiga Paslon

Debat perdana Pilkada Jakarta akan digelar malam ini.

Baca Selengkapnya
Hamdan Zoelva: Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Kemunduran Demokrasi, Ini Masalah Besar
Hamdan Zoelva: Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Kemunduran Demokrasi, Ini Masalah Besar

"Ini benar-benar memberikan kesimpulan yang sangat kuat, bahwa demokrasi mundur dan ini tidak boleh terjadi," kata Hamdan Zoelva.

Baca Selengkapnya
Mendagri Nilai Pilkada 2024 jadi Sejarah Baru Pemilu di Indonesia, Apa Alasannya?
Mendagri Nilai Pilkada 2024 jadi Sejarah Baru Pemilu di Indonesia, Apa Alasannya?

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengklaim pelaksanaan Pilkada 2024 mengukir sejarah baru dalam Pemilu di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Calon Parpol Tidak Sesuai Keinginan Publik, Kotak Kosong Diminta Dihadirkan di Pilkada
Calon Parpol Tidak Sesuai Keinginan Publik, Kotak Kosong Diminta Dihadirkan di Pilkada

Poses kandidasi yang telah terjadi dalam Pilkada 2024 dinilai sangat jauh dari prinsip-prinsip demokrasi.

Baca Selengkapnya
Cerita Sandiaga Dapat Tekanan Politik Saat Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019
Cerita Sandiaga Dapat Tekanan Politik Saat Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019

Sandiaga mengaku mendapatkan intimidasi dan tekanan politik saat 2017 dan 2019.

Baca Selengkapnya
Tolak RUU DKJ, Politisi NasDem: Aneh Jika Ada Pihak Coba Kebiri Hak Warga Jakarta
Tolak RUU DKJ, Politisi NasDem: Aneh Jika Ada Pihak Coba Kebiri Hak Warga Jakarta

Ivan menambahkan kerukunan, keamanan dan kedamaian warga Jakarta dalam berdemokrasi bisa menjadi acuan bagi daerah lain.

Baca Selengkapnya
JK: Pemilu di Indonesia Terumit di Dunia
JK: Pemilu di Indonesia Terumit di Dunia

"(Tim penyelenggara pemilu) iya karena rumitnya. Pemilu di Indonesia termasuk yang terumit di dunia," kata JK

Baca Selengkapnya
Pilkada Berapa Tahun Sekali? Berikut Informasi Lengkapnya
Pilkada Berapa Tahun Sekali? Berikut Informasi Lengkapnya

Pilkada menjadi ajang bagi masyarakat untuk memilih pemimpin lokal yang terbaik.

Baca Selengkapnya