Tolak isu SARA, Pilkada DKI jadi ujian terberat
Merdeka.com - Sejumlah elemen masyarakat menolak isu SARA digunakan dalam pilkada serentak 2017. Mereka meminta agar isu SARA dihindari dalam pilkada, utamanya di DKI Jakarta yang menjadi cerminan demokrasi di Indonesia.
"Persoalannya, kita sulit menerima kenyataan bahwa agama dijadikan alat untuk jatuhkan orang. Melawan orang yang tidak disukai. Terjadi politisasi agama. Dipolitisasi sedemikian rupa, untuk mendapatkan keuntungan politik, itu yang kita tolak," kata Masykurudin Hafidz dari JPPR, Sebastian Salang dari Formappi, Dr Rumadi dari Lakpesdam PBNU, Dr Iryanto Djou dari Apsirasi Indonesia, dan Ray Rangkuti dari LIMA Indonesia, dalam diskusi bertajuk 'Pilkada Sehat dan Cerdas Tanpa Sara', dalam acara diskusi bertajuk tolak sara dalam Pilkada di Kedai Deli, Jakarta Pusat, Kamis (15/9).
Menurut Rumadi, pilkada yang paling menarik adalah Pilkada Jakarta. Menurutnya, Pilkada Jakarta adalah ujian terberat terkait dengan SARA.
-
Mengapa Pilkada DKI 2017 menarik perhatian? Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pemilihan kepala daerah yang menarik perhatian. Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Bagaimana Pilkada DKI 2017 dijalankan? Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan salah satu pemilihan kepala daerah yang paling menonjol dalam sejarah Indonesia karena berbagai dinamika politik dan sosial yang terjadi.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Pada putaran pertama, ada tiga pasangan calon: Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat; Anies Baswedan - Sandiaga Uno; dan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni.
-
Mengapa Pilkada Jateng menarik? Pilkada Jawa Tengah semakin menarik karena bakal ada 'perang bintang'.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
"Kalau Jakarta tahun ini bisa lolos, lalui ini semua dengan baik, saya punya optimisme ke depan Indonesia jadi lebih baik. Kalau Jakarta gagal, mungkin ada eskalasi bisa lebih buruk," katanya.
Menurut Rumadi Pilkada Jakarta adalah 'test case' yang menjadi laboratorium politik paling menarik. Sebab, calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan keturunan dan nonmuslim.
Menurutnya, jika seseorang tak mau memilih Ahok jangan menjadikan keyakinan sebagai alasan. "Persoalkan saja kebijakan yang dia buat. Karena kita tak bisa pilih dilahirkan dari etnis mana. Sama saja kita persoalkan takdir Tuhan," katanya.
Sementara, Sebastian Salang mengungkapkan, isu SARA di DKI Jakarta jika dicermati perkembangannya belakangan ini dimanfaatkan kelompok elite. Isu ini, kata dia, tidak berkembang di masyarakat.
"Karena itu, saya yakin sekali sebetulnya, gagasan yang manfaatkan isu SARA, yang ingin dapat keuntungan dari Pilkada Jakarta, sengaja dimainkan ketika lawan tanding dianggap sulit sekali dikalahkan misalnya oleh gagasan, program, integritas," ungkapnya.
Sebastian merujuk survei-survei yang menunjukkan bahwa masyarakat di Jakarta sangat rasional. "Karena itu permainan isu SARA tidak cukup membuat masyarakat kita berubah pilihannya. Ada gap antara elite yang manfaatkan isu ini dengan rakyat bawah," tukasnya.
Iryanto Djou mengatakan semua pihak harus mengawal Pilkada DKI menjadi pilkada yang cerdas. Sebab seluruh proses pilkada merupakan pendidikan politik untuk publik.
"Begitu ada wacana mengganggu penerapan prinsip demokrasi, itu merusak pendidikan politik. Jakarta jelas barometer. Kalau Jakarta gagal, bisa bermuara pada persoalan lebih serius ke depan," katanya.
Tak jauh berbeda, Ray Rangkuti mengatakan, ada dua tagline yang dipopulerkan yang seolah-olah dianggap benar atas nama demokrasi. Dua tagline ini sedemikian masif dipopulerkan dengan gunakan demokrasi sebagai dasar. Pertama soal isu dinasti dalam demokrasi.
"Misalnya kalau kita kritik dinasti tidak boleh lagi terjadi, mereka jawab, dinasti kan dibolehkan dalam demokrasi. Atas nama demokrasi enggak boleh orang dilarang naik," katanya.
Kedua soal SARA. Mereka selalu berargumen bahwa itu diperbolehkan dalam demokrasi. "Mereka bilang, boleh dong, kan demokrasi bolehkan saya memilih pemimpin atas dasar kepercayaan saya. Sekilas benar, demokrasi enggak boleh batasi orang ikut dalam pilkada. Boleh tidak pilih karena tidak seagama dengan saya. Seolah-olah ini benar. Demokrasi beri kebebasan pilih orang atas dasar apapun".
"Kalau isunya saya pilih karena agama sama, tidak pilih karena tidak seagama. Kalau orang tidak pilih karena agama, itu tarafnya demokrasi bawah. Tapi tentu saja agak bermasalah dalam demokrasi anda kampanyekan tidak pilih orang lain karena agama. Orang boleh memilih karena agama, etnik sama, sekolah sama. Tetapi bermasalah sekali kalau anda melarang untuk tidak pilih seseorang karena keyakinan berbeda," katanya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pilkada DKI tahun 2017 berlangsung sangat menarik dan penuh dinamika. Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama dan etnis.
Baca SelengkapnyaBawaslu DKI telah memetakan tiga kategori kerawanan yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Baca SelengkapnyaKerawanan tinggi potensial terjadi pada tahapan kampanye dan proses pemungutan suara.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil (RK), merespons Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera yang menyebut debat cagub-cawagub Jakarta masih terlalu normatif.
Baca SelengkapnyaDebat perdana Pilkada Jakarta akan digelar malam ini.
Baca Selengkapnya"Ini benar-benar memberikan kesimpulan yang sangat kuat, bahwa demokrasi mundur dan ini tidak boleh terjadi," kata Hamdan Zoelva.
Baca SelengkapnyaMenteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengklaim pelaksanaan Pilkada 2024 mengukir sejarah baru dalam Pemilu di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPoses kandidasi yang telah terjadi dalam Pilkada 2024 dinilai sangat jauh dari prinsip-prinsip demokrasi.
Baca SelengkapnyaSandiaga mengaku mendapatkan intimidasi dan tekanan politik saat 2017 dan 2019.
Baca SelengkapnyaIvan menambahkan kerukunan, keamanan dan kedamaian warga Jakarta dalam berdemokrasi bisa menjadi acuan bagi daerah lain.
Baca Selengkapnya"(Tim penyelenggara pemilu) iya karena rumitnya. Pemilu di Indonesia termasuk yang terumit di dunia," kata JK
Baca SelengkapnyaPilkada menjadi ajang bagi masyarakat untuk memilih pemimpin lokal yang terbaik.
Baca Selengkapnya