5 Tanda yang Ditujukan Tubuh ketika Mendadak Jadi Senstif Terhadap Suara
Meningkatnya sensitivitas kita terhadap suara bisa terjadi secara mendadak akibat sejumlah hal. Kenali sejumlah penyebabnya.
Meningkatnya sensitivitas kita terhadap suara bisa terjadi secara mendadak akibat sejumlah hal. Kenali sejumlah penyebabnya.
-
Apa tanda stres yang muncul di telinga? Munculnya denging di telinga atau tinnitus dapat menjadi pertanda munculnya stres di tubuh.
-
Kapan telinga berdenging terjadi? Seseorang yang mengalami telinga berdenging terkadang akan merasakan beberapa jam sekali dan seringkali membuat tak nyaman.
-
Kapan telinga berdengung menjadi masalah? Ada beberapa kondisi telinga berdengung yang harus segera mendapatkan perawatan dokter THT. Adapun beberapa kondisi telinga berdengung yang perlu Anda waspadai adalah sebagai berikut:• Mengalami gangguan pendengaran atau pusing akibat telinga berdengung.• Telinga berdengung selama seminggu setelah mengalami infeksi saluran pernapasan.• Telinga berdengengu disebabkan karena stres, cemas, atau depresi.
-
Apa penyebab utama telinga berdenging? Dalam banyak kasus, penyebab pasti tidak pernah ditemukan.
-
Kenapa suara keras bisa merusak telinga? “Paparan suara keras dapat merusak atau menghancurkan sel rambut yang terdapat dalam organ pendengaran kita,“ jelas Dr. Ana Kim, seorang ahli THT di Columbia University Medical Center di New York City.
5 Tanda yang Ditujukan Tubuh ketika Mendadak Jadi Senstif Terhadap Suara
Ketika tubuh secara tiba-tiba menjadi lebih peka terhadap suara, hal itu bisa menjadi pertanda adanya kondisi yang perlu diperhatikan. Sensitivitas ekstrem terhadap suara bisa menjadi indikator adanya gangguan tertentu dalam tubuh Anda. Namun, penting untuk memahami dan mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kondisi ini serta langkah apa yang dapat diambil untuk mengelolanya.
Ketika suara sehari-hari tampaknya menyebabkan stres yang luar biasa bagi Anda, mungkin Anda memiliki kondisi yang membuat Anda hipersensitif terhadap suara.
Tidak ada tes untuk hipersensitivitas suara, "jadi ini adalah pengalaman subjektif," kata Amy Sarow, AuD, ahli audiologi klinis dan Kepala Audiologi di Soundly dilansir dari Livestrong.
Namun, Anda mungkin lebih sensitif terhadap suara daripada kebanyakan orang jika beberapa suara sehari-hari membuat Anda merasa gelisah, tidak nyaman, marah, atau bahkan menyebabkan nyeri fisik, catatannya.
Meskipun sensitivitas suara biasanya tidak dapat disembuhkan, ada cara untuk mengelolanya. Strategi terbaik dimulai dengan mencari tahu apa yang menyebabkan ketidaknyamanan Anda.
Berikut ini adalah beberapa penyebab paling umum dan apa yang dapat Anda lakukan tentangnya.
Hyperakusis: Ketidakmampuan Mendengarkan Suara Sehari-hari
Hyperakusis merupakan kondisi langka di mana suara sehari-hari seperti suara air mengalir atau mesin mobil bisa terdengar sangat keras, menakutkan, atau bahkan menimbulkan ketidaknyamanan fisik. Amy Sarow, seorang ahli audiologi, menjelaskan bahwa hyperakusis tidak terkait dengan volume suara, namun dengan persepsi suara yang berlebihan.
Penderita hyperakusis sering kali mengalami sensasi seperti dering di telinga, rasa sakit, atau bahkan sensasi seperti telinga akan meletus. Gangguan ini bisa dipicu oleh paparan suara keras dalam jangka panjang atau tiba-tiba, seperti konstruksi atau kembang api, serta muncul sebagai reaksi terhadap operasi, cedera kepala, atau infeksi tertentu.
Misofonia: Amarah Terpicu oleh Suara Tertentu
Misofonia, berbeda dengan hyperakusis, terkait dengan reaksi negatif yang muncul akibat suara tertentu, bukan volume suara.
Biasanya, suara seperti makanan, minuman, atau napas seseorang bisa memicu perasaan marah atau jijik pada penderitanya. Untuk mengatasi misofonia, terapi suara dan konseling dapat membantu menghilangkan respons negatif terhadap suara tersebut dan menciptakan asosiasi yang lebih positif.
Tinnitus: Dering Telinga Tanpa Ada Suara
Tinnitus, sering kali dialami oleh orang dewasa yang lebih tua, ditandai dengan dering atau denyut di telinga saat tidak ada suara di sekitar. Meskipun tidak selalu terkait dengan sensitivitas suara, hampir setengah dari penderita tinnitus juga mengalami tingkat hyperakusis yang signifikan. Terapi dan perangkat pembungkam suara bisa membantu meredakan dering dan mengelola gejala negatif yang muncul bersamanya.
Kecemasan atau OCD: Sensitivitas Terhadap Stimulus Sensorik
Beberapa kondisi psikologis seperti kecemasan atau OCD dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap misofonia.
Orang dengan kondisi ini mungkin lebih sensitif terhadap berbagai jenis stimulus sensorik, yang membuat suara tertentu menjadi sulit ditoleransi atau menjengkelkan. Terapi menjadi pilihan utama untuk belajar menangani respons terhadap suara yang memicu reaksi negatif.
ADHD: Sensitivitas Terhadap Informasi Sensorik
Orang dengan ADHD, selain memiliki masalah fokus dan impulsivitas, juga cenderung lebih sensitif terhadap informasi sensorik, termasuk suara. Beberapa suara bisa membuat mereka merasa terlalu terstimulasi atau bahkan mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, pusing, atau mual. Penutup telinga atau teknik relaksasi dapat membantu mengelola stres yang muncul akibat kelebihan sensorik ini.
Kesadaran akan tanda-tanda ini penting. Jika sensitivitas terhadap suara membuat Anda mengalami tekanan emosional atau mengganggu kehidupan sehari-hari, berkonsultasilah dengan profesional medis untuk evaluasi lebih lanjut. Penanganan yang tepat dapat membantu dalam mengelola dan mengurangi dampak negatif dari sensitivitas suara yang Anda alami.