Berdasar Penelitian, Ini Alasan Mengapa Terdapat Beberapa Orang yang Pintar Berbohong
Beberapa orang lebih pintar dan mahir melakukan kebohongan karena sejumlah kondisi yang dimilikinya.
Berbohong sering kali dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral, tetapi kenyataannya, kita semua pernah melakukannya. Sebuah studi menunjukkan bahwa salah satu cara paling efektif untuk mengidentifikasi pembohong adalah dengan menemukan orang yang bersikeras, “Saya tidak pernah berbohong dalam hidup saya.” Namun, mengapa ada orang yang lebih ahli dalam berbohong dibandingkan yang lain? Penelitian ilmiah memberikan jawaban yang menarik.
Dilansir dari Fast Company, sama seperti keterampilan lainnya, kebiasaan berbohong akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukannya. Berbohong membutuhkan keterampilan khusus seperti mengendalikan emosi, membaca reaksi orang lain, dan mengingat cerita yang telah dibuat. “Latihan membuat sempurna,” ungkapan ini berlaku pula untuk seni menipu. Dibandingkan dengan mengungkapkan kebenaran yang cenderung mudah diingat, membuat kebohongan memerlukan usaha lebih besar dan pemikiran kreatif.
-
Mengapa pembohong patologis berbohong? Mereka mungkin tidak mendapatkan keuntungan langsung dari kebohongan mereka.
-
Bagaimana pembohong patologis berbohong? Pathological liar seringkali membuat kebohongan yang rumit dan mendetail. Mereka mungkin menambahkan banyak detail dan elaborasi dalam cerita mereka untuk membuatnya terlihat lebih meyakinkan.
-
Siapa saja yang bisa melakukan kebohongan? Individu yang cenderung berbohong akan menunjukkan ciri-ciri kebohongan yang jelas.
-
Apa saja tanda seseorang berbohong? Mereka sering kali memberikan versi yang berbeda dari suatu peristiwa yang sama kepada individu yang berbeda. Ketidakcocokan dalam cerita ini dapat menjadi indikasi bahwa mereka tidak berbicara dengan jujur.
-
Gimana orang berbohong menunjukkan ketidaknyamanan? Sering mengubah posisi kaki saat berbicara bisa saja menunjukkan kalau orang itu sedang berbohong. Posisi kaki yang berubah-ubah merupakan tanda kalau orang tersebut merasa tidak nyaman. Ia tidak merasa aman dalam situasi yang sedang dihadapi. Gestur tubuhnya menandakan ia ingin segera meninggalkan tempat atau mengakhiri interaksi.
-
Siapa yang bisa membedakan orang berbohong? Drama yang akan tayang pada 31 Juli 2023 di TvN ini dibintangi Kim So Hyun dan Hwang Min Hyun dan menceritakan tentang seorang wanita bernama Mok Sol Hee yang memiliki kemampuan bisa membedakan orang yang berbohong.
Bakat Alami
Beberapa individu memiliki bakat alami untuk berbohong. Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian impulsif, arogan, dan kreatif memiliki hubungan erat dengan kemampuan berbohong. Kreativitas, misalnya, memberi seseorang imajinasi yang lebih kuat untuk memutarbalikkan fakta dan membentuk narasi yang meyakinkan.
Selain itu, mereka yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) tinggi cenderung menjadi pembohong yang lebih baik. Mengapa? EQ yang tinggi memungkinkan seseorang untuk tetap tenang di bawah tekanan, mengendalikan emosi, membaca suasana hati orang lain, dan memasang "poker face" yang meyakinkan. Sebaliknya, orang dengan EQ rendah cenderung menunjukkan kegelisahan atau kebingungan, sehingga lebih mudah ketahuan.
Batasan Moral yang Lebih Longgar
Moralitas adalah salah satu alasan utama mengapa banyak orang enggan untuk berbohong. Namun, ada orang-orang yang lebih mudah melepaskan diri dari batasan moral. Mereka mampu menjustifikasi perilaku mereka, bahkan jika itu salah, untuk mendukung kepentingan pribadi mereka.
Dalam kasus ekstrem, sifat-sifat seperti psikopati atau kecenderungan Machiavellian bisa mendukung kemampuan berbohong. Namun, pada tingkat yang lebih ringan, banyak orang "normal" juga memiliki cara untuk memanipulasi kenyataan demi keuntungan pribadi, tanpa merasa bersalah.
Autentisitas yang Menipu
Dari sudut pandang pengamat, beberapa pembohong tampak benar-benar meyakinkan. Mereka terlihat tulus meskipun sebenarnya sedang menipu. Penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, pembohong terlihat kurang disukai dan lebih tegang dibandingkan mereka yang jujur. Namun, ada individu tertentu yang mampu menciptakan citra diri yang tampak otentik meski sedang berbohong.
Sebaliknya, ciri-ciri seperti bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal yang sering dianggap sebagai tanda kebohongan sebenarnya tidak selalu akurat. Bahkan, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) lebih mampu mendeteksi pola persuasi dan pengaruh yang lebih halus dibandingkan manusia.
Penipuan Diri Sendiri
Kebohongan yang paling efektif sering kali berakar pada penipuan diri sendiri. Ketika seseorang percaya pada kebohongan mereka, mereka terlihat lebih tulus saat menyampaikannya kepada orang lain. Seperti yang pernah ditulis Nietzsche: “Visioner berbohong pada dirinya sendiri; pembohong hanya berbohong kepada orang lain.”
Penelitian menunjukkan bahwa kita semua cenderung menipu diri sendiri dalam berbagai aspek kehidupan. Evolusi psikologi menjelaskan bahwa penipuan diri sendiri memberikan manfaat adaptif, seperti membuat orang lain percaya bahwa kita lebih baik daripada yang sebenarnya. Ketika kita percaya pada kebohongan kita, itu membantu membangun kepercayaan di mata orang lain.
Kebohongan yang Bermoral
Tidak semua kebohongan bersifat negatif. Dalam banyak budaya, berbohong demi melindungi perasaan atau keselamatan seseorang dianggap dapat diterima. Misalnya, mengatakan bahwa sebuah hadiah tidak diinginkan adalah hal biasa untuk menghindari melukai perasaan pemberi.
Dalam beberapa situasi, kebohongan juga bisa bersifat altruistik. Sebagai contoh, berbohong untuk melindungi nyawa seseorang dari bahaya atau menjaga rahasia yang dapat mencegah konflik besar. Oleh karena itu, masyarakat cenderung lebih toleran terhadap kebohongan yang memiliki tujuan baik dibandingkan kebohongan yang egois atau merugikan.
Konsekuensi Berbohong
Seperti yang pernah dikatakan Nietzsche, “Saya tidak marah karena kamu berbohong kepada saya; saya marah karena saya tidak dapat mempercayai kamu lagi.” Kebohongan tidak hanya merusak hubungan antarindividu tetapi juga menciptakan kerugian kolektif. Kepercayaan adalah fondasi dari hubungan sosial, dan ketika kebohongan terungkap, dampaknya dapat menghancurkan struktur sosial tersebut.
Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa manusia tidak pandai mendeteksi kebohongan. Faktor seperti intuisi atau firasat sering kali tidak dapat diandalkan. Inilah mengapa membangun masyarakat yang mengutamakan kejujuran tetap menjadi tantangan besar, meskipun upaya terus dilakukan untuk menciptakan alat deteksi kebohongan yang lebih akurat.
Kemampuan seseorang untuk berbohong dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari latihan, bakat alami, hingga kemampuan untuk menipu diri sendiri. Sementara kebohongan dapat menyebabkan kerugian, ada situasi di mana kebohongan justru diperlukan untuk melindungi orang lain atau menjaga harmoni sosial.