Diperkirakan Hingga 7,5 Persen Anak Indonesia Alergi Susu Sapi
Prevelansi anak Indonesia yang mengalami alergi susu sapi diperkirakan mencapai 0,5 hingga 7,5 persen.
Prevelansi anak Indonesia yang mengalami alergi susu sapi diperkirakan mencapai 0,5 hingga 7,5 persen.
-
Apa dampak alergi susu sapi pada anak? Alergi makanan dapat berdampak pada status gizi dan pertumbuhan anak. Salah satu contohnya adalah alergi susu sapi, yang prevalensinya mencapai antara 0,5 hingga 7,5 persen dari total kelahiran bayi di Indonesia setiap tahun.
-
Apa saja ciri-ciri alergi susu sapi pada anak? Berikut adalah beberapa ciri-ciri alergi susu sapi pada anak: 1. Ruam Kulit Anak dengan alergi susu sapi dapat mengalami ruam kulit, seperti kemerahan, bengkak, atau ruam yang gatal. Ruam ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk wajah, perut, atau ekstremitas. 2. Masalah Pencernaan Gejala pencernaan termasuk muntah, diare, atau sembelit. Anak juga dapat mengalami kembung atau nyeri perut yang terkait dengan masalah pencernaan. 3. Mengalami Kolik Anak yang alergi susu sapi mungkin lebih cenderung mengalami kolik, yang ditandai dengan menangis intens, kesulitan tidur, dan kesulitan untuk dihibur. 4. Mengalami Kesulitan Bernapas Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau sesak napas pada anak. Hal ini merupakan tanda darurat dan memerlukan perhatian medis segera. 5. Konstipasi atau Diare Perubahan dalam pola buang air besar, seperti konstipasi atau diare, dapat menjadi indikasi adanya alergi susu sapi. 6. Iritabilitas atau Ketidaknyamanan Anak dengan alergi susu sapi mungkin tampak lebih iritatif atau mudah marah. Mereka juga mungkin kesulitan untuk tidur atau merasa tidak nyaman secara umum. 7. Muntah dan Refluks Alergi susu sapi dapat menyebabkan anak mengalami muntah atau refluks yang lebih sering daripada anak yang tidak mengalami alergi. 8. Berat Badan dan Pertumbuhan yang Terhambat Beberapa anak dengan alergi susu sapi mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan berat badan atau pertumbuhan yang terhambat. 9. Infeksi Telinga yang Sering Anak dengan alergi susu sapi mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi telinga.
-
Siapa yang berisiko tinggi terkena alergi susu sapi? Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya alergi protein susu sapi termasuk kelahiran prematur, adanya riwayat alergi makanan pada ibu, penggunaan antibiotik selama masa kehamilan, serta pengenalan makanan pendamping sebelum anak berusia 4 bulan, dan kelahiran melalui operasi caesar.
-
Bagaimana mengatasi alergi susu sapi pada anak? Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengenali gejala-gejala alergi susu sapi sejak dini dan mengurangi dampak negatifnya. Pertama, segera lakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dokter dapat melakukan tes alergi untuk memastikan apakah anak benar-benar alergi terhadap susu sapi. Langkah selanjutnya adalah menghilangkan susu sapi dari diet anak dan mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan anak. Orang tua harus cermat membaca label makanan untuk memastikan tidak ada kandungan susu sapi yang tersembunyi.
-
Siapa yang rentan terkena alergi susu sapi? Meskipun alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang paling umum pada awal masa kanak-kanak, dengan insidensi mencapai dua hingga tiga persen pada tahun pertama kehidupan, orang tua harus tetap waspada terhadap gejala yang muncul.
Diperkirakan Hingga 7,5 Persen Anak Indonesia Alergi Susu Sapi
Alergi susu sapi (ASS) merupakan kondisi yang cukup umum terjadi pada anak-anak, dan prevalensinya di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), mengungkapkan bahwa prevalensi anak Indonesia yang mengalami alergi susu sapi mencapai 0,5 hingga 7,5 persen.
"Ini data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di tahun 2014 ya, kalau menurut Organisasi Alergi Dunia (WAO) pada tahun 2013, jumlah anak-anak di dunia yang terkena alergi susu sapi mencapai 1,9-4,9 persen," kata Budi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Menurut data yang dimiliki oleh klinik anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012, sekitar 31 persen pasien anak alergi terhadap putih telur, dan 23,8 persen lainnya mengalami alergi susu sapi. Hal ini menunjukkan bahwa protein susu sapi merupakan penyebab alergi terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia.
“Ini memperjelas bahwa protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi terbesar kedua setelah telur pada anak-anak kita di Asia,” kata dia.
Budi menjelaskan bahwa alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi, yang dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Meskipun lebih banyak kasus terjadi di usia anak, tidak menutup kemungkinan bahwa orang dewasa juga bisa terkena jenis alergi ini.
Dampak Alergi Susu Sapi pada Tumbuh Kembang Anak
Menurut Budi, angka kejadian alergi susu sapi terus meningkat, dan gejalanya dapat merugikan tumbuh kembang anak. Beberapa gejala yang sering muncul pada anak-anak meliputi timbulnya ruam, rasa gatal, dan sesak napas. Gejala yang paling sering dikhawatirkan oleh orang tua adalah kolik, sementara diare merupakan gejala utama yang ditemukan pada 53 persen anak yang mengalami alergi susu sapi.
“Dari banyak yang ditemukan paling banyak itu kenanya diare ya, 53 persen anak umumnya yang kena alergi susu sapi gejala utamanya pasti diare,” ucap dia.
Dengan dampak yang beragam ini, Budi meminta orang tua untuk cermat dalam mengenali gejala-gejala tersebut. Segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sangatlah penting.
Tata laksana alergi susu sapi melibatkan beberapa langkah penting. Pertama, orang tua harus segera menghilangkan susu sapi dari diet anak. Mengganti susu sapi dengan sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral, sangat penting untuk mendukung fase pertumbuhan anak.
Orang tua juga perlu membaca label makanan dengan cermat untuk memastikan tidak ada kandungan susu sapi yang tersembunyi. Memantau pertumbuhan anak secara rutin juga sangat penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan nutrisi yang cukup meskipun tidak mengonsumsi susu sapi. Selain itu, bekerja sama dengan ahli gizi dapat membantu orang tua merancang diet yang tepat bagi anak dengan alergi susu sapi.
“Tata laksana dan langkah penting lain yang harus dilakukan oleh orang tua adalah menghilangkan susu sapi dari diet anak, mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan anak. Langkah selanjutnya termasuk membaca label makanan dengan cermat, dan memantau pertumbuhan anak secara rutin,” katanya.