Kenali Tahapan Perkembangan Emosi Anak dari Usia Bayi Hingga 12 Tahun
Merdeka.com - Seorang anak memiliki beragam perasaan dan emosi yang mereka rasakan. Seiring dengan perkembangan anak, mereka bakal memiliki karakteristik sifat dan emosi yang khas.
Anggia Hapsari, dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja mengatakan bahwa kemampuan anak untuk bereaksi secara emosional, sebenarnya sudah ada sejak dia baru lahir seperti menangis, tersenyum, dan frustasi.
Dia menjelaskan bahwa beberapa peneliti yakin bahwa beberapa pekan setelah dilahirkan, bayi sudah bisa memperlihatkan berbagai macam ekspresi mulai dari semua emosi dasar seperti kebahagiaan, perhatian, heran, takut, marah, sedih, dan bosan sesuai situasinya.
-
Kapan anak mulai bisa merasakan berbagai emosi? Ketika usia anak lebih dewasa lagi, tahapan perasaannya lebih bervariasi seperti frustasi, kecewa, gugup dan bangga.
-
Kapan anak mulai mengembangkan emosi? Menurut Dian, anak-anak mulai mengembangkan emosi mereka sejak usia dini, sekitar 0-2 tahun.
-
Bagaimana anak mengelola emosi? Misalnya, ketika mereka merasa marah atau frustrasi, mereka tidak akan langsung meledak atau menangis berlebihan.
-
Apa tanda anak cerdas emosi? Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) tinggi mampu mengenali dan memahami emosi mereka dengan baik.
-
Apa yang bisa anak rasakan sejak lahir? Sejak dari lahir, seorang anak sudah bisa menunjukkan emosinya.
-
Apa saja gejala gangguan mental emosional pada anak? “Hati-hati, mental emosional disorder. Kami titip perhatian pada anak-anak. Mereka yang sulit diajak komunikasi itu gejala,“ Hasto mengatakan, gejala lain yang mengganggu mental emosional antara lain anak-anak yang merasa hebat sendiri, depresiasi seksual atau memiliki orientasi seksual yang aneh.
Anggia mengatakan bahwa anak biasanya belum memiliki kosakata untuk mengemukakan perasaan mereka.
"Sehingga mereka mengomunikasikan perasaan mereka dengan cara-cara lain. Terkadang anak-anak dapat mengekspresikan perasaan mereka melalui perilaku yang tidak tepat dan menimbulkan masalah," kata dokter di Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya ini.
Melewati Masa Bayi
Menurut Anggia, pada semua usia, kuatnya emosi positif merupakan dasar untuk penyesuaian yang baik.
"Bayi yang mengalami lebih banyak emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik, juga untuk pola-pola perilaku yang akan menimbulkan kebahagiaan," ujarnya.
Anggia melanjutkan, kira-kira usia dua hingga enam tahun, anak sudah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan dengan orang lain.
Di sini, anak pra-sekolah sudah bisa merasakan cinta dan memiliki kemampuan untuk menjadi anak yang penuh kasih sayang, merasakan kesedihan pada anak lain, hingga mulai merasa bersimpati dan ingin menolong.
"Anak-anak pra-sekolah baru dapat mengekspresikan satu emosi pada satu waktu dan belum dapat memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan," katanya.
Mencapai Usia 12 Tahun
Di usia sekolah atau enam sampai 12 tahun, kemampuan kognitif anak mulai berkembang. Mereka sudah mampu untuk mengekspresikan emosinya dengan lebih bervariasi.
"Dan terkadang dapat mengekspresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda, bahkan bertolak belakang," kata Anggia.
Sehingga pada tahap ini, anak mulai tahu kapan harus mengontrol ekspresi emosi, sebagamana mereka menguasai keterampilan regulasi perilaku, yang memungkinkan mereka menyembunyikan emosinya menggunakan cara yang sesuai dengan aturan sosial.
Barulah pada usia 12 tahun ke atas, anak sudah mampu menganalisis dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu.
"Begitu juga terhadap orang lain, anak yang hampir memasuki masa remaja ini sudah dapat merasakan bentuk empati yang lebih dalam," Anggia menjelaskan.
"Perbedaan dalam perkembangan emosi membutuhkan perhatian khusus agar anak memiliki kemampuan dalam meregulasi emosi mereka dengan tepat," tandasnya.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengajarkan anak tentang emosi atau perasaan memang tidak mudah. Hal ini dikarenakan emosi adalah sebuah konsep yang abstrak.
Baca SelengkapnyaMunculnya selera humor pada bayi ternyata sudah terjadi sejak usia yang cukup dini yaitu pada 1 bulan sejak dilahirkan.
Baca SelengkapnyaMemiliki kecerdasan emosional yang baik memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan lebih baik dalam hubungan sosial.
Baca SelengkapnyaDampak membiarkan bayi menangis terlalu lama mungkin memang tidak terlihat langsung, namun bisa menjadi buruk jika kebiasaan ini tidak diperbaiki.
Baca SelengkapnyaMunculnya karakter anak perlu dikenali oleh orangtua untuk menentukan cara parenting yang tepat bagi perkembangan buah hati.
Baca SelengkapnyaKeterikatan yang terjalin sejak di dalam kandungan membuat anak menjadi lebih sensitif terhadap perasaan ibunya.
Baca SelengkapnyaMunculnya ADHD pada bayi dan anak bisa ditunjukkan oleh berbagai hal berikut.
Baca SelengkapnyaTumbuh kembang merupakan proses yang kompleks dan penting pada anak, orangtua perlu segera menyadari jika terjadi gangguan.
Baca SelengkapnyaInner child dapat memiliki dampak yang signifikan pada perilaku dan respons seseorang terhadap situasi tertentu.
Baca SelengkapnyaPenting untuk diingat bahwa setiap anak bereaksi berbeda terhadap situasi, dan beberapa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan mereka.
Baca SelengkapnyaAda masanya anak akan mengalami percepatan pertumbuhan yang membuat mereka menjadi lebih rewel dalam keseharian.
Baca SelengkapnyaMembawa anak ke psikolog tidak hanya untuk mengobati masalah kesehatan mental. Berbagai hal juga bisa dilakukan terhadap anak.
Baca Selengkapnya