Ketakutan Tak Berdasar pada MSG dan Manfaat Sebenarnya dari Serbuk Micin Ini
MSG atau micin kerap dituding sebagai biang kerok dari sejumlah masalah kesehatan. Namun, fakta sebenarnya tidak semenakutkan itu.
Monosodium glutamat (MSG) atau dikenal juga sebagai micin di Indonesia, sering kali mendapat stigma buruk dari masyarakat. Banyak orang yang percaya bahwa MSG bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari sakit kepala hingga kerusakan otak. Namun, banyak penelitian terbaru yang justru menyanggah ketakutan ini dan menunjukkan bahwa konsumsi MSG dalam batas wajar sebenarnya aman, bahkan bisa memberikan manfaat bagi pengalaman makan kita.
Ketakutan terhadap MSG dimulai pada akhir tahun 1960-an, ketika sebuah surat kepada The New England Journal of Medicine mencatat fenomena "Chinese Restaurant Syndrome" (sindrom restoran Cina). Penulis surat tersebut melaporkan gejala seperti sakit kepala, leher tegang, dan rasa panas setelah mengonsumsi makanan dari restoran Cina yang menggunakan MSG (Kwok, 1968). Kasus ini memicu reaksi global dan membuat MSG disalahkan sebagai penyebab berbagai gangguan kesehatan.
-
Mengapa MSG aman untuk kesehatan? Seringkali, MSG menjadi topik kontroversial. Namun, berbagai studi dan badan kesehatan internasional menyatakan bahwa MSG aman digunakan dalam batas yang disarankan.
-
Apa manfaat MSG untuk makanan? 'Di Ayam Bengis, kami menggunakan MSG untuk meningkatkan rasa hidangan tanpa harus menambah garam,' kata Leony Susan. 'Ini memungkinkan kami untuk menjaga rasa makanan tetap penuh dan menggugah selera sambil mematuhi diet rendah garam.'
-
Kenapa MSG bisa menyebabkan toksisitas otak? Meskipun glutamat sangat penting bagi fungsi otak, MSG juga dapat berpotensi menyebabkan toksisitas otak dengan meningkatkan kadar glutamat secara berlebihan, yang dapat mengakibatkan stimulasi berlebihan pada sel-sel saraf dan berisiko menyebabkan kematian sel.
-
Di mana MSG dapat ditemukan? 'Kami memastikan bahwa MSG yang kami gunakan di restoran kami mematuhi standar keamanan yang ketat. Ini memberi kami dan pelanggan kami rasa aman.'
-
Bagaimana MSG membantu diet rendah garam? Dengan menggantikan sebagian garam dengan MSG, asupan natrium dapat dikurangi tanpa mengorbankan cita rasa.
-
Bagaimana MSG diolah dalam tubuh? Oleh karena itu, setelah mengonsumsi MSG, seluruh zat tersebut sepenuhnya diolah dalam sistem pencernaan, di mana MSG berfungsi sebagai sumber energi, diubah menjadi asam amino lain, atau berperan dalam sintesis berbagai senyawa bioaktif.
Namun, setelah investigasi yang lebih mendalam, ditemukan bahwa bukti-bukti tersebut sangat lemah. Sebuah laporan dari FDA (Food and Drug Administration) menyatakan bahwa MSG dianggap aman bagi kebanyakan orang bila digunakan sesuai dengan standar (FDA, 1995). Penelitian lebih lanjut juga menemukan bahwa reaksi negatif terhadap MSG, yang kemudian dikenal sebagai "MSG Symptom Complex," hanya dialami oleh sebagian kecil populasi yang sangat sensitif, dan gejalanya pun ringan dan sementara (Walker & Lupien, 2000).
Apa Itu MSG?
MSG merupakan garam dari asam glutamat, yaitu salah satu asam amino yang terdapat secara alami dalam berbagai makanan seperti daging, ikan, susu, tomat, dan keju. Asam glutamat juga diproduksi oleh tubuh manusia, berperan penting dalam fungsi otak sebagai neurotransmiter. MSG ditemukan oleh ilmuwan Jepang, Kikunae Ikeda pada tahun 1908, yang mengisolasi glutamat dari rumput laut kombu dan menyadari bahwa ia memiliki rasa umami, salah satu dari lima rasa dasar (selain manis, asin, asam, dan pahit).
Penggunaan MSG sebagai penyedap rasa sangat umum dalam industri makanan karena mampu meningkatkan cita rasa makanan dengan memberikan sensasi umami. Menariknya, rasa umami yang diberikan MSG juga hadir secara alami dalam makanan yang sering dianggap sehat, seperti tomat dan keju parmesan.
Bukti Ilmiah tentang Keamanan MSG
Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran publik tentang MSG, banyak studi ilmiah yang mencoba membuktikan kaitannya dengan kesehatan. Namun, hasil dari penelitian ini secara konsisten menunjukkan bahwa konsumsi MSG dalam jumlah wajar aman.
Dalam sebuah tinjauan penelitian yang dilakukan oleh EFSA (European Food Safety Authority) pada tahun 2017, dinyatakan bahwa MSG aman untuk dikonsumsi, dengan catatan konsumsi tidak boleh melebihi batas harian yang direkomendasikan, yaitu 30 mg per kilogram berat badan. EFSA juga mencatat bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung kaitan MSG dengan penyakit kronis seperti kanker atau gangguan saraf (EFSA, 2017).
Bahkan, WHO (World Health Organization) dan JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) juga telah mengkategorikan MSG sebagai aditif makanan yang aman, dengan catatan bahwa sebagian kecil individu mungkin lebih sensitif terhadapnya, namun ini jarang terjadi.
Manfaat MSG dalam Makanan
MSG tidak hanya aman, tetapi juga memiliki manfaat dalam dunia kuliner. Penambahan MSG dapat membantu meningkatkan rasa makanan tanpa harus menambah jumlah garam yang digunakan. Ini penting mengingat banyak masyarakat modern mengonsumsi terlalu banyak natrium (garam), yang berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi dan masalah kardiovaskular.
Penelitian yang dilakukan oleh He & MacGregor (2009) menunjukkan bahwa penggunaan MSG sebagai pengganti sebagian garam bisa mengurangi konsumsi natrium harian secara signifikan tanpa mengorbankan rasa. Mengingat tingginya angka penyakit kardiovaskular di berbagai negara, termasuk Indonesia, ini bisa menjadi langkah penting dalam upaya kesehatan masyarakat.
Selain itu, MSG juga dapat meningkatkan selera makan bagi kelompok tertentu, seperti orang tua yang mungkin mengalami penurunan selera makan karena faktor usia atau penyakit. Dalam konteks ini, MSG bisa membantu memperkaya rasa makanan tanpa harus menambah beban natrium yang tidak perlu (Bellisle, 1998).
Mengatasi Stigma Terhadap MSG
Meski berbagai penelitian telah membuktikan keamanan MSG, stigma terhadap zat ini masih tetap ada di masyarakat. Banyak restoran dan produsen makanan yang mulai menghindari penggunaan MSG atau secara terang-terangan mencantumkan label "No MSG" untuk menarik konsumen yang masih takut akan dampak negatifnya. Hal ini mungkin terkait dengan kurangnya pemahaman dan penyebaran informasi yang salah.
Untuk mengatasi stigma ini, penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai fakta ilmiah tentang MSG. Edukasi tentang keamanan MSG serta manfaatnya dalam mengurangi konsumsi garam bisa membantu masyarakat membuat keputusan yang lebih sehat dan rasional terkait pola makan mereka.