Tak Hanya Berdampak pada Anak, Ketahui Batasan Screentime yang Aman dan Sehat bagi Orang Dewasa
Tidak hanya anak yang perlu diatur screentimenya, orang dewasa juga perlu memiliki screentime yang aman dan sehat.

Tidak hanya anak yang perlu diatur screentimenya, orang dewasa juga perlu memiliki screentime yang aman dan sehat.

Tak Hanya Berdampak pada Anak, Ketahui Batasan Screentime yang Aman dan Sehat bagi Orang Dewasa
Dalam konteks digital modern, kita terbiasa dengan panduan terkait penggunaan layar, terutama bagi anak-anak. Namun, yang menarik adalah kurangnya panduan konkret untuk menentukan seberapa banyak waktu layar yang sehat bagi orang dewasa.
Data menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa menghabiskan lebih dari 6 jam per hari di depan layar, menggarisbawahi kompleksitas dalam menetapkan batasan yang tepat terkait penggunaan teknologi. Tentu saja, bukan hanya anak-anak yang terkena dampak dari kelebihan waktu layar, orang dewasa pun merasakan efek sampingnya.
Dalam menentukan batasan waktu layar, perbedaan terlihat dalam panduan yang diberikan. Namun, berbeda dengan panduan waktu layar untuk anak-anak, orang dewasa harus menentukan batasan yang tepat sendiri, kata Dimitri A. Christakis, MD, seorang ahli pediatri di Seattle Children's Hospital dan profesor di University of Washington School of Medicine, kepada Health.

"Anggapan yang keliru adalah bahwa orang dewasa dapat menggunakan layar dengan tanggung jawab sendiri," katanya.
Yalda T. Uhls, PhD, seorang profesor pendamping asisten di UCLA, memiliki pandangan yang berbeda. Dia berharap orang dewasa lebih memikirkan cara positif untuk menggunakan media dan tidak terlalu keras pada batasan waktu layar.
Meskipun tidak ada panduan pasti mengenai berapa banyak waktu layar yang terlalu banyak, data menunjukkan bahwa orang dewasa menghabiskan waktu layar secara signifikan, bahkan hingga 28,5 jam seminggu selama masa pandemi. Ini menciptakan penekanan lebih besar pada batasan waktu layar untuk anak-anak, sementara kurangnya pedoman jelas bagi orang dewasa. American Academy of Pediatrics, misalnya, menekankan pada kualitas media dan aturan yang konsisten daripada menetapkan batasan waktu bagi anak-anak.
Pentingnya pemahaman ini muncul dari pemahaman bahwa waktu layar dapat mempengaruhi individu secara berbeda, tergantung pada tahap perkembangan, karakteristik platform media, serta kebutuhan psikologis individu.

Seiring dengan anak-anak yang membutuhkan panduan yang lebih jelas, orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari saran-saran yang mempertimbangkan dampak kesehatan terkait penggunaan layar.
Waktu layar memengaruhi orang secara berbeda tergantung pada kebutuhan perkembangan mereka pada berbagai usia: kepribadian, alasan mengapa mereka menggunakan media, karakteristik platform media yang digunakan, dan kebutuhan atau masalah psikologis yang mendasari, kata Zhiying (Zoey) Yue, PhD, seorang peneliti di Digital Wellness Lab yang terafiliasi dengan Boston Children’s Hospital dan Harvard Medical School, kepada Health.
Dalam kaitannya dengan dampak negatif, terlalu banyak waktu layar dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

Risiko penyakit kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi dan obesitas, meningkat akibat lamanya waktu yang dihabiskan di depan layar. Selain itu, efek fisik seperti nyeri leher, sakit kepala, dan gangguan tidur juga dapat terjadi.
Namun, penting untuk membedakan bahwa tidak semua waktu layar berdampak buruk. Penggunaan layar yang disengaja untuk aktivitas sehat seperti olahraga atau kelas mindfulness memiliki efek yang berbeda dengan sekadar menghabiskan waktu secara tidak produktif. Dalam hal ini, penggunaan layar yang diatur dan disengaja memainkan peran penting.
Dalam proses mengelola waktu layar, penting juga untuk mempertimbangkan dampaknya pada anak-anak di sekitar. Memahami bagaimana keterlibatan dalam media dapat memengaruhi perkembangan mereka adalah pertimbangan penting saat menetapkan batasan waktu layar.
