Daftar Panjang Kontroversi Pemecatan Pelatih Timnas Indonesia
Pemecatan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia pada awal Januari 2025 menambah deretan kontroversi terkait pergantian pelatih oleh PSSI.
Pemecatan Shin Tae-yong dari jabatan pelatih Timnas Indonesia di awal Januari 2025 menambah deretan panjang kontroversi yang melibatkan pergantian pelatih oleh PSSI. Setelah mengabdi selama lima tahun, pelatih asal Korea Selatan ini terpaksa meninggalkan posisinya meskipun banyak yang menganggapnya berhasil membawa perubahan signifikan bagi Tim Garuda.
Keputusan tersebut mendapatkan reaksi keras dari masyarakat. Banyak yang berpendapat bahwa Shin Tae-yong merupakan pelatih yang telah mengangkat prestasi Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berhasil kembali berpartisipasi di Piala Asia, tampil di Piala Asia U-23, serta melaju hingga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Namun, sejarah mencatat bahwa ini bukanlah kali pertama PSSI melakukan pemecatan pelatih dengan cara yang memicu perdebatan. Berikut adalah catatan kontroversi serupa dalam perjalanan panjang sepak bola Indonesia.
Luis Milla
Pada tahun 2017, Luis Milla dihadirkan dengan harapan yang tinggi. Ia membawa gaya permainan menyerang khas Spanyol dan memperkenalkan pendekatan tiki-taka yang berhasil menarik perhatian publik sepak bola Indonesia. Milla berhasil membentuk tim muda yang berbakat, yang di antaranya adalah Saddil Ramdani, Febri Hariyadi, dan Septian David Maulana.
Namun, hasil yang diraih oleh tim tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Indonesia hanya mampu meraih medali perunggu di SEA Games 2017 dan gagal melanjutkan langkah di Asian Games 2018. Akibatnya, PSSI memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Milla.
Keputusan tersebut memberikan dampak yang signifikan. Setelah ditinggal Milla, performa Timnas Indonesia mengalami penurunan yang drastis. Pada akhirnya, Shin Tae-yong dihadirkan sebagai pelatih baru pada tahun 2019 untuk mengembalikan kejayaan tim. Dengan pelatih baru ini, diharapkan Timnas Indonesia dapat bangkit dan meraih prestasi yang lebih baik di kancah internasional.
Alfred Riedl
Pelatih asal Austria, Alfred Riedl, telah beberapa kali menjabat sebagai pelatih Timnas Indonesia. Bersama Riedl, Timnas Indonesia berhasil mencapai dua final Piala AFF, yaitu pada tahun 2010 dan 2016. Namun, momen yang paling penuh kontroversi terjadi setelah Riedl membawa tim nasional mencapai final Piala AFF 2010. Ketika PSSI menargetkan SEA Games 2011 sebagai sasaran berikutnya, mereka secara tiba-tiba memutuskan untuk memecat Riedl. Keputusan ini tampaknya dipengaruhi oleh persaingan kepentingan di dalam tubuh PSSI, di mana Arifin Panigoro dan Nirwan Bakrie dianggap sebagai tokoh penting dalam dua kelompok yang berseteru dalam kepengurusan PSSI, yang kemudian dikenal sebagai dualisme sepak bola Indonesia.
Djohar Arifin Husin, ketua PSSI yang baru terpilih saat itu, pernah menyatakan niatnya untuk mempertahankan Riedl mengingat adanya dua agenda besar yang harus dihadapi dalam waktu yang bersamaan, yaitu penyisihan Piala Dunia dan SEA Games.
Namun, hanya dalam waktu satu hari setelah pernyataan tersebut, Riedl dipecat. Alasan pemecatan yang diberikan adalah karena kontrak Riedl bukan dengan PSSI, melainkan dengan Nirwan Bakrie. Ironisnya, Riedl tidak mendapatkan informasi apapun mengenai pemecatannya dari pihak PSSI.
"Sampai hari ini belum bertemu siapa pun dari kepengurusan baru PSSI. Saya tahu masalah pemecatan ini dari media, bukan dari pengurus PSSI. Saya bingung, apa alasan saya dipecat, saya merasa dimusuhi mereka," ungkap Riedl pada 15 Juli 2011.
"Kontrak saya dengan PSSI, bukan personal. Saya tidak akan mau menandatangani kontrak secara personal. Sebab, kalau ada masalah, tidak bisa saya bawa ke FIFA," tambah pelatih asal Austria tersebut. Akhirnya, posisi Riedl digantikan oleh pelatih asal Belanda, Wim Rijsbergen.
Wim Rijsbergen
Legenda sepak bola Belanda ini pernah menjabat sebagai pelatih Timnas Indonesia pada tahun 2011, di bawah kepengurusan Djohar Arifin Husin. Namun, dia hanya mampu bertahan selama enam bulan di posisi tersebut. Wim harus meninggalkan kursi kepelatihan setelah mengalami kegagalan total dalam Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Menariknya, PSSI memilih untuk memindahkan Wim ke posisi supervisor tim, bukannya memecatnya secara resmi, demi menghindari kewajiban membayar kompensasi. Keputusan ini menambah panjang daftar kebijakan kontroversial yang diambil PSSI terkait pelatih.
"Melatih di Indonesia sebuah mimpi buruk. Susah sekali untuk berurusan dengan baik dan benar di negara tersebut," ungkapnya pada waktu itu.
Pernyataan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi pelatih asing dalam mengelola tim di Indonesia. Banyak pelatih yang merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi sepak bola di tanah air, termasuk dalam hal administrasi dan komunikasi. Situasi ini sering kali menjadi kendala bagi perkembangan timnas dan prestasi yang ingin dicapai.
Peter Withe
Peter Withe, yang menjabat sebagai pelatih Timnas Indonesia dari tahun 2004 hingga 2007, memiliki reputasi yang sangat baik setelah berhasil meraih kesuksesan bersama tim nasional Thailand. Namun, perjalanan kariernya bersama Tim Garuda tidak memenuhi ekspektasi yang diharapkan. Withe hanya mampu mengantarkan Timnas Indonesia meraih posisi runner-up di Piala AFF 2004, yang pada saat itu masih dikenal sebagai Piala Tiger. Setelah pencapaian tersebut, performa Timnas Indonesia semakin memburuk di bawah kepemimpinannya. Peringkat Indonesia dalam Ranking FIFA pun mengalami penurunan drastis, dari posisi 91 menjadi 147.
Dia menjadi sorotan publik karena pemilihan pemain yang dianggap kontroversial dan ketidakmampuannya dalam membangun kerjasama tim yang baik. Ketegangan di dalam ruang ganti semakin meningkat, bahkan beberapa pemain mulai menunjukkan sikap yang menentang. Akibat situasi yang tidak kondusif ini, PSSI akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kontraknya pada awal tahun 2007.
STY
Kasus yang melibatkan Shin Tae-yong menambah daftar panjang perselisihan antara PSSI dan pelatih Timnas Indonesia. Pemecatan pelatih yang dinilai berhasil membawa kemajuan ini kembali mengungkapkan masalah mendasar dalam pengelolaan sepak bola di tanah air.
Jika situasi ini tidak ditangani dengan baik, kontroversi yang sama akan terus mengganggu perjalanan Timnas Indonesia. Kini, masa depan Timnas Indonesia kembali menjadi pertanyaan besar. Apakah PSSI akan memilih pelatih yang mampu meneruskan fondasi yang telah ada, atau akankah kita kembali menyaksikan siklus pergantian pelatih yang merusak konsistensi Tim Garuda?
Disadur dari: Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo, 8 Januari 2025