Ramai Kabar Shin Tae-yong Dipecat, Pelatih Timnas Indonesia Harus dari Eropa?
Raja Isa, pelatih asal Malaysia-Indonesia, memberikan pandangannya mengenai isu pemecatan Shin Tae-yong dari posisi pelatih Timnas Indonesia.
Raja Isa, pelatih yang memiliki darah Malaysia-Indonesia, memberikan pendapatnya terkait isu pemecatan Shin Tae-yong dari posisi pelatih Timnas Indonesia. Menurutnya, situasi ini seharusnya dapat diantisipasi dengan baik oleh para pengambil keputusan dalam dunia sepak bola di Indonesia.
Isu mengenai pemecatan Shin Tae-yong mendadak menjadi perbincangan hangat setelah Exco PSSI, Khairul Anwar, mengunggah sebuah postingan yang penuh tanda tanya, seolah memberikan sinyal bahwa pelatih asal Korea Selatan tersebut akan segera digantikan.
Hingga berita ini diturunkan, 'orang-orang PSSI' seperti Arya Sinulingga dan Sumardji belum memberikan tanggapan terkait kabar yang simpang siur ini. Rumor tentang pemecatan STY sebenarnya sudah beredar sejak akhir 2024.
Media Tuttosport misalnya, menyampaikan bahwa Timnas Indonesia sebaiknya dilatih oleh pelatih asal Eropa. Mereka berpendapat bahwa Shin Tae-yong hanya mampu menangani aspek fisik dan stamina, sedangkan dalam hal taktik, ia dinilai belum mencapai tingkat yang memadai.
Dalam konteks ini, Bola.com berusaha berdiskusi dengan Raja Isa, seorang ahli taktik dari Malaysia, mengenai karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh pelatih Timnas Indonesia.
Harus melebihi kemampuan Shin Tae-yong
Sama seperti yang diungkapkan oleh Tuttosport, Raja Isa menekankan bahwa calon pengganti Shin Tae-yong harus memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Jika penggantinya setara atau bahkan lebih rendah, maka dana kompensasi yang dikeluarkan akan menjadi sia-sia.
"Yang pasti levelnya harus jauh lebih tinggi. Shin Tae-yong itu sudah tinggi, maka ini jadi PR PSSI untuk mencari pengganti yang punya visi misi lebih daripada STY," jelas Raja Isa dalam perbincangannya dengan Bola.com. "Semua kembali ke PSSI dan Erick Thohir," tambahnya.
Tidak harus berasal dari Eropa
Raja Isa menegaskan bahwa tidak perlu ada anggapan bahwa pelatih baru harus berasal dari Eropa. Ia berpendapat bahwa pelatih dari Asia juga memiliki kualitas yang setara dengan pelatih dari benua tersebut. Sebagai contoh, ia mengungkapkan bahwa Vietnam dan Arab Saudi mengalami kegagalan di bawah arahan pelatih Eropa.
Di sisi lain, Raja Isa mencatat bahwa Kamboja telah menunjukkan perkembangan positif dengan pelatih asal Jepang.
"Arab Saudi dilatih Roberto Mancini, jeblok, balik lagi ke pelatih yang pegang mereka di Piala Dunia juga belum ada hasil," ujar Raja Isa.
"Apakah pelatih harus dari Eropa atau Belanda? Tidak harus, yang terpenting adalah pemahaman mereka tentang kultur sepak bola di Indonesia. Lihatlah Kamboja, mereka dilatih juru taktik dari Jepang dan sekarang kita bisa melihat perubahan yang signifikan, bukan?"
Mampu beradaptasi dengan cepat
Raja Isa menekankan bahwa selain berkaitan dengan tingkat pengalaman, pelatih baru perlu mampu beradaptasi dengan cepat.
"Keuntungannya kalau pelatih dari Asia tentunya bisa dengan cepat paham gaya atau kultur sepak bola Indonesia. Nah, itu juga merupakan karakteristik yang penting," ujar Raja Isa.
Ia juga menambahkan, "Sekarang seandainya STY dipecat, penggantinya ini pikul beban berat. STY butuh empat tahun untuk membangun Timnas Indonesia, pelatih level tinggi jika diberikan warisan seperti ini bisa cepat bisa lambat beradaptasi, dan itu yang menentukan kualitas kepelatihan dia berarti."